Teknik Pengomposan Pemanfaatan Limbah Perikanan Waduk Cirata sebagai Pupuk Organik dengan Penambahan Kascing dan Gliocladium sp.

2.6 Teknik Pengomposan

Pengomposan sering didefinisikan sebagai suatu proses biologis yang memanfaatkan mikroorganisme untuk mengubah material organik diantaranya kotoran ternak, sampah, daun, kertas dan sisa makanan menjadi kompos. Pengomposan juga bisa diartikan dengan proses penguraian senyawa yang terkandung dalam sisa bahan organik dengan suatu perlakuan khusus. Tujuannya adalah agar lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman Djaja 2008. Pada prinsipnya pengomposan adalah memperkecil rasio CN bahan baku hingga sama atau mendekati rasio CN tanah Sentana 2010. Proses pengomposan bahan organik dirombak oleh mikroorganisme sehingga dihasilkan energi dan unsur karbon sebagai pembangun sel-sel tumbuh. Sumber energi diperoleh dari unsur N pada bahan organik mentah. Pada pengomposan akan terjadi perubahan yang dilakukan mikroorganisme, yaitu berupa penguraian selulose, hemiselulose, lemak, lilin serta lainnya menjadi karbondioksida CO 2 dan air, pengikatan unsur hara oleh mikroorganisme yang akan dilepaskan kembali bila mikroorganisme mati, serta pembebasan unsur hara senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang akan tersedia bagi tanaman. Perubahan-perubahan tersebut dapat menyebabkan bobot dan isi bahan dasar pengomposan akan menjadi sangat berkurang 40-60, tergantung bahan dasar kompos dan proses pengomposan. Sebagian besar senyawa CO 2 akan hilang ke udara Musnamar 2003. Tiga hal penting yang menyebabkan terjadinya proses pengomposan, yaitu zat hara, mikroba, dan keadaan lingkungan hidup mikroba. Pada dasarnya, mikroba bekerja memanfaatkan zat hara bahan baku kompos di lingkungan yang sesuai untuknya. Mikroba memegang peranan utama pada pengomposan, walaupun cacing dan serangga ikut berperan setelah temperatur menurun. Pada umumnya, tidak ada spesies mikroba yang mendominasi, karena keadaan dan materi berbeda dan selalu berubah. Namun, kelompok utama yang berperan pada proses pengomposan adalah bakteri, jamur, dan aktinomisetes yang mempunyai spesies mesofilik dan termofilik Djaja 2008. Pengomposan dapat dilakukan pada kondisi aerob dengan oksigen dan anaerob tanpa oksigen. Pada tahap awal dekomposisi berlangsung intensif, dihasilkan suhu tinggi 65-70 o C dalam waktu pendek. Waktu pengomposan bervariasi tergantung dari bahan dasar yang digunakan. Pengomposan bahan organik terjadi secara biofisika-kimia, melibatkan aktivitas biologi mikroba dan mesofauna. Mikroorganisme pengurai membutuhkan hara N, P, dan K untuk aktivitas metabolisme sel mikroba dekomposer. Proses dekomposisi akan menghasilkan panas yang dapat mematikan benih gulma dan telur hama penyakit. Proses pengomposan biasanya dipercepat dengan menggunakan bioaktivator perombak bahan organik Simanungkalit et al. 2004. Selama proses pengomposan berlangsung, perubahan secara kualitatif dan kuantitatif terjadi pada tahap awal akibat adanya perubahan lingkungan beberapa spesies flora menjadi aktif dan berkembang dalam waktu yang relatif singkat, yang kemudian hilang untuk memberikan kesempatan pada jenis lain untuk berkembang. Pada minggu kedua dan ketiga, kelompok fisiologi yang berperan aktif dalam pengomposan dapat diidentifikasi, yaitu bakteri 10 6 -10 7 , bakteri amonifikasi 10 4 , proteolitik 10 4 , pektinolitik 10 3 dan bakteri penambat nitrogen 10 3 . Mulai hari ke-7, kelompok mikrobia meningkat dan setelah hari ke-14 terjadi penurunan jumlah kelompok. Kemudian terjadi kenaikan populasi selama minggu keempat. Mikroorganisme yang berperan adalah mikroorganisme selulopatik, lignolitik dan fungi Sutanto 2002.

2.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan