Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan Unsur Hara

dihasilkan suhu tinggi 65-70 o C dalam waktu pendek. Waktu pengomposan bervariasi tergantung dari bahan dasar yang digunakan. Pengomposan bahan organik terjadi secara biofisika-kimia, melibatkan aktivitas biologi mikroba dan mesofauna. Mikroorganisme pengurai membutuhkan hara N, P, dan K untuk aktivitas metabolisme sel mikroba dekomposer. Proses dekomposisi akan menghasilkan panas yang dapat mematikan benih gulma dan telur hama penyakit. Proses pengomposan biasanya dipercepat dengan menggunakan bioaktivator perombak bahan organik Simanungkalit et al. 2004. Selama proses pengomposan berlangsung, perubahan secara kualitatif dan kuantitatif terjadi pada tahap awal akibat adanya perubahan lingkungan beberapa spesies flora menjadi aktif dan berkembang dalam waktu yang relatif singkat, yang kemudian hilang untuk memberikan kesempatan pada jenis lain untuk berkembang. Pada minggu kedua dan ketiga, kelompok fisiologi yang berperan aktif dalam pengomposan dapat diidentifikasi, yaitu bakteri 10 6 -10 7 , bakteri amonifikasi 10 4 , proteolitik 10 4 , pektinolitik 10 3 dan bakteri penambat nitrogen 10 3 . Mulai hari ke-7, kelompok mikrobia meningkat dan setelah hari ke-14 terjadi penurunan jumlah kelompok. Kemudian terjadi kenaikan populasi selama minggu keempat. Mikroorganisme yang berperan adalah mikroorganisme selulopatik, lignolitik dan fungi Sutanto 2002.

2.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan

Pada proses pengomposan bekerja berbagai mikroba, semakin banyak mikroba semakin cepat pengomposan berlangsung. Umumnya mikroba dapat bekerja secara optimal pada kelembaban 60. Kelembaban yang tidak sesuai menyebabkan tidak berkembangnya atau bahkan matinya mikroba. Aerasi dapat dilakukan dengan pembalikan, misalnya sekali dalam seminggu tergantung kondisi pengomposan, aerobik atau anaerobik Sentana 2010. Pada umumnya mikroba mengkonsumsi oksigen. Selama periode awal proses pengomposan bahan yang mudah dipecah dapat diurai dengan cepat. Oleh kerena itu, dibutuhkan banyak oksigen dalam prosesnya Djaja 2008. Suhu pengomposan optimal 30-50 o C dan selama proses dekomposisi suhu dijaga agar tetap 60 o C selama 3 minggu. Pada suhu tersebut bakteri akan bekerja secara optimal, bakteri patogen dan biji gulma akan mati, dan terjadi penurunan rasio CN. Bila suhu terlalu tinggi, mikroba akan mati, sebaliknya bila terlalu rendah mikroba tidak dapat bekerja atau dorman. Keasaman yang baik dalam pengomposan adalah 6,5-7,5. Bila keasaman rendah dapat ditambahkan kapur atau abu Sentana 2010. Kandungan air penting untuk menunjang proses metabolik mikroba. Sebaiknya bahan baku kompos mengandung 40-65 air. Apabila dibawah 40, aktivitas mikroba berjalan lambat, namun jika di atas 65 udara terdorong ke luar dan terjadilah keadaan anaerobik. Kandungan C atau N berlebih kadang-kadang dapat mempengaruhi proses pengomposan. Sebab, mikroba menggunakan C untuk energi dan pertumbuhan, sedangkan N dan P penting untuk sintesis protein dan reproduksi. Mikroba juga menggunakan K dalam proses metabolisme yang berfungsi sebagai katalisator. Organisme biologis membutuhkan C 25 kali lebih banyak daripada N Djaja 2008.

2.8 Unsur Hara

Unsur-unsur kimia alami yang terangkai menjadi bahan organik merupakan bahan penting dalam membantu menciptakan kesuburan tanah yang biasa disebut unsur hara. Bahan organik tanah memiliki banyak kegunaan, diantaranya mempertahankan struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah untuk menyimpan dan mendistribusikan air dan udara di dalam tanah, serta memberikan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman dan organisme di dalam tanah. Unsur hara dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu unsur hara makro yang terdiri dari unsur nitrogen, fosfor, kalium, sulfur, kalsium dan magnesium; serta unsur hara mikro yang terdiri dari unsur klor, besi, mangan, boron, kobal, iodium, seng, selenium, molibdenum, flour dan tembaga Hadisuwito 2007. Unsur nitrogen atau N merupakan unsur hara di dalam tanah yang sangat berperan bagi pertumbuhan tanaman. Suplai unsur N melaui pemupukan lebih diutamakan untuk tanaman karena N merupakan unsur yang paling banyak hilang dari lahan setelah dipanen. Tanaman yang kekurangan N akan terus mengecil, bahkan secara cepat berubah menjadi kuning karena N yang tersedia tidak cukup untuk membentuk protein dan klorofil Yuliarti 2009. Lebih dari 98 N yang ada dalam tanah tidak tersedia untuk tanaman karena terakumulasi dalam bahan organik atau terjerat dalam mineral liat. Oleh karena itu, bahan organik yang sudah ditransformasi dalam pupuk dapat membantu dan menyediakan N bagi tanaman Hadisuwito 2007. Unsur P merupakan salah satu unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, namun ketersediaanya bagi tanaman sangat rendah, karena biasanya unsur ini terikat oleh unsur lain yaitu Al dan Ca Subaedah 2007. Unsur P sangat penting sebagai sumber energi, oleh karena itu kekurangan P dapat menghambat pertumbuhan dan reaksi-reaksi metabolisme tanaman. Kandungan fosfor pada tanaman membantu dalam pertumbuhan bunga, buah, dan biji, serta mempercepat pematangan buah. Tanaman yang kekuarangan unsur P dapat menyebabkan daun dan batang menjadi kecil, daun berwarna hijau tua keabu-abuan, daun mengkilap, terlihat pigmen merah pada daun bagian bawah, pembentukan bunga menjadi terhambat dan produksi buah dan bijinya kecil Hadisuwito 2007. Kalium berfungsi dalam pembentukan protein dan karbohidrat. Selain itu, unsur ini juga beperan penting dalam pembentukan antibodi tanaman untuk melawan penyakit. Ciri fisik tanaman yang kekurangan kalium yaitu daun tampak keriting dan mengkilap. Lama kelamaan, daun akan menguning di bagian pucuk dan pinggirnya. Bagian antara jari-jari daun juga menguning, sedangkan jari-jari tetap hijau. Ciri fisik lain kekurangan unsur ini adalah tangkai daun menjadi lemah, dan mudah terkulai serta biji keriput Hadisuwito 2007. 3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat