Kualitas pupuk organik Pemanfaatan Limbah Perikanan Waduk Cirata sebagai Pupuk Organik dengan Penambahan Kascing dan Gliocladium sp.

Perbedaan lamanya penurunan pH pada tiap perlakuan dapat disebabkan oleh perbedaan ketersediaan karbon yang akan mempengaruhi aktivitas mikroba selama proses pengomposan. Bahan baku pupuk A0 terdiri dari limbah ikan dengan konsentrasi yang tinggi 80 sehingga proporsi bahan baku tambahan lainnya yaitu kascing sebagai sumber karbon rendah. Hal ini menyebabkan penurunan pH pada A0 berlangsung lebih lama dari perlakuan yang lainnya, karena ketersediaan karbon yang rendah. Karbon digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan mikroba. Selama proses dekomposisi, karbon akan dilepaskan dalam bentuk CO 2 , sementara sisanya dikombinasikan dengan nitrogen untuk pertumbuhan mikroba Graves et al 2000. Pada pupuk C3 dan C4 dapat mencapai pH netral lebih cepat yaitu pada hari ke-24. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya penambahan Gliocladium sp. yang dapat mempengaruhi proses pengomposan sehingga aktivitas dari mikroorganisme dalam bahan tidak terganggu dan proses penguraian bahan organik pun berlangsung lebih cepat. Gliocladium sp. merupakan mikroorganisme seululotik yang dapat mempercepat proses dekomposisi Tondok 2006. Nilai pH selama proses pengomposan terjadi peningkatan setelah mengalami penurunan. Hal ini dapat disebabkan oleh munculnya mikroorganisme lain dari bahan yang didekomposisi dalam pembentukan nitrogen yang dibentuk dari senyawa-senyawa asam Yuwono 2007. Menurut Liao et al. 1997 bahwa peningkatan nilai pH selama pengomposan dapat disebabkan oleh meningkatnya volume ammonia yang dihasilkan dari proses degradasi protein. Nilai pH akhir semua pupuk pada proses pengomposan cenderung mendekati pH netral. Berdasarkan hasil tersebut untuk perlakuan pupuk B3, B4, C1, C2, C3 dan C4 sudah memenuhi standar nilai pH menurut SNI 19-7030-2004 6,80-7,49. Pupuk A0, A1, A2, A3, A4, B0, B1, B2, dan C0 belum memenuhi standar pH dari SNI, hal ini dapat disebabkan oleh proses penguraian yang belum sempurna.

4.3 Kualitas pupuk organik

Kualitas pupuk organik dapat ditentukan dengan unsur hara yang terkandung pada pupuk organik tersebut. Unsur hara merupakan unsur-unsur 15,36 16,35 17,14 15,97 15,84 17,33 15,17 16,54 17,15 14,98 16,59 18,02 16,12 16,32 18,61 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 Pupuk A Pupuk B Pupuk C C o rg a nik 1 2 3 4 kimia alami yang terangkai menjadi bahan organik yang dapat membantu menciptakan kesuburan tanah Hadisuwito 2007. 4.3.1 Kandungan C organik Karbon organik merupakan salah satu unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak dan berfungsi sebagai pembangun bahan organik Fitria 2008. Hasil analisis kandungan C organik dari pupuk organik yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4. Keterangan: A0 : 80 Limbah ikan + 0 Gliocladium sp. B3 : 70 Limbah ikan + 4 Gliocladium sp. A1 : 80 Limbah ikan + 2 Gliocladium sp. B4 : 70 Limbah ikan + 5 Gliocladium sp. A2 : 80 Limbah ikan + 3 Gliocladium sp. C0 : 60 Limbah ikan + 0 Gliocladium sp. A3 : 80 Limbah ikan + 4 Gliocladium sp. C1 : 60 Limbah ikan + 2 Gliocladium sp. A4 : 80 Limbah ikan + 5 Gliocladium sp. C2 : 60 Limbah ikan + 3 Gliocladium sp. B 0: 70 Limbah ikan + 0 Gliocladium sp. C3 : 60 Limbah ikan + 4 Gliocladium sp. B1 : 70 Limbah ikan + 2 Gliocladium sp. C4 : 60 Limbah ikan + 5 Gliocladium sp. B2 : 70 Limbah ikan + 3 Gliocladium sp. Gambar 4 Kandungan total C organik pada pupuk organik yang dihasilkan Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa secara umum pupuk C cenderung memiliki nilai total C organik yang lebih tinggi dari pupuk A dan B, yaitu 17,14 ± 0,14 C0, 17,33 ± 0,06 C1, 17,15 ± 0,03 C2, 18,02 ± 0,01 C3, dan 18,61 ± 0,03 C4, sedangkan pupuk A cenderung memiliki nilai C organik yang lebih rendah dari pupuk B dan C, yaitu 15,36 ± 0,31 A0, 15,97 ± 0,23 A1, 15,17 ± 0,28 A2, 14,98 ± 0,26 A3, dan 16,12 ± 0,04 A4. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan komposisi bahan baku yang ditambahkan pada pupuk. Pada pupuk C, limbah ikan yang ditambahkan lebih rendah konsentrasinya 60 dibandingkan pada pupuk lainnya sehingga proporsi bahan baku tambahan lainnya yaitu kascing sebagai sumber karbon tambahan lebih tinggi. Oksidasi senyawa-senyawa yang mengandung karbon organik menggambarkan mekanisme dimana organisme heterotrofik memperoleh energi untuk sintesis Jenie dan Rahayu 1993. Berdasarkan hasil analisis, kualitas semua pupuk organik yang dihasilkan memiliki kandungan C organik berkisar antara 14,98 - 18,61. Berdasarkan nilai tersebut maka pupuk organik yang dihasilkan sudah memenuhi nilai C organik menurut SNI pupuk organik 19-7030-2004 yaitu 9,80 - 32,00 . 4.3.2 Kandungan N Total Nitrogen merupakan hara makro utama yang sangat diperlukan tanaman. Unsur ini disebut unsur makro primer karena paling penting dalam siklus hidup tanaman Utami dan Handayani 2003. Nitrogen juga merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang tinggi setelah unsur hidrogen, karbon dan oksigen sebagai bahan penyusun tubuh tumbuhan Mujiyati dan Supriyadi 2009. Kekurangan nitrogen dalam tanah menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terganggu dan hasil tanaman menurun karena pembentukan klorofil yang sangat penting untuk proses fotosintetis terganggu Usman 2012. Hasil analisis kandungan N total dari pupuk organik yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 5. Pada Gambar 5 menunjukkan bahwa pupuk C cenderung memiliki nilai N total yang lebih rendah dibandingkan dengan pupuk A dan B, yaitu 4,47 ± 0,04 C0, 4,06 ± 0,01 C1, 4,50 ± 0,00 C2, 4,35 ± 0,01 C3, dan 4,44 ± 0,04 C4. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan komposisi bahan baku yang ditambahkan pada pupuk A dan B. Pupuk C memiliki komposisi limbah ikan yang lebih rendah 60 dibandingkan dengan pupuk A dan B 80 dan 70. Limbah ikan yang digunakan juga memiliki kandungan N total yang tinggi yaitu sebesar 5,14. Hal ini dapat menduga bahwa semakin 5,23 5,00 4,47 4,72 5,46 4,06 5,44 4,58 4,50 4,86 4,75 4,35 5,34 5,00 4,44 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50 Pupuk A Pupuk B Pupuk C N it r o g e n to ta l 1 2 3 4 banyak limbah ikan yang ditambahkan maka semakin tinggi kandungan nitrogen yang dihasilkan pada pupuk. Menurut Supadma dan Arthagama 2008 bahwa semakin tinggi kadar N bahan dasar, maka semakin mudah mengalami tingkat dekomposisi, dan menghasilkan kadar N total kompos yang semakin tinggi. Keterangan: A0 : 80 Limbah ikan + 0 Gliocladium sp. B3 : 70 Limbah ikan + 4 Gliocladium sp. A1 : 80 Limbah ikan + 2 Gliocladium sp. B4 : 70 Limbah ikan + 5 Gliocladium sp. A2 : 80 Limbah ikan + 3 Gliocladium sp. C0 : 60 Limbah ikan + 0 Gliocladium sp. A3 : 80 Limbah ikan + 4 Gliocladium sp. C1 : 60 Limbah ikan + 2 Gliocladium sp. A4 : 80 Limbah ikan + 5 Gliocladium sp. C2 : 60 Limbah ikan + 3 Gliocladium sp. B 0: 70 Limbah ikan + 0 Gliocladium sp. C3 : 60 Limbah ikan + 4 Gliocladium sp. B1 : 70 Limbah ikan + 2 Gliocladium sp. C4 : 60 Limbah ikan + 5 Gliocladium sp. B2 : 70 Limbah ikan + 3 Gliocladium sp. Gambar 5 Kandungan N total pada pupuk organik yang dihasilkan Kandungan N total pupuk organik yang dihasilkan berkisar antara 4,06 - 5,46. Berdasarkan nilai tersebut maka pupuk organik yang dihasilkan sudah memenuhi kandungan N total menurut SNI 19-7030-2004 yaitu 0,40. 4.3.3 Nilai rasio CN Rasio CN merupakan nilai indikator yang menunjukkan proses mineralisasi-immobilisasi unsur hara oleh mikroba dekomposer bahan organik Pramaswari et al. 2011. Salah satu indikator yang menandakan berjalannya proses dekomposisi dalam pengomposan adalah penguraian CN substrat oleh mikroorganisme maupun agen dekomposer lainnya. Rasio CN merupakan salah 2,94 3,27 3,83 3,38 2,90 4,27 2,79 3,61 3,81 3,08 3,49 4,14 3,02 3,26 4,19 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 Pupuk A Pupuk B Pupuk C Nila i ra sio CN 1 2 3 4 satu indikasi kematangan kompos Sulistyawati et al. 2008. Berdasarkan hasil perhitungan, rasio CN dari pupuk organik yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 6. Pada Gambar 6 menunjukkan bahwa secara umum rasio CN pupuk organik yang dihasilkan berkisar antara 2,79 - 4,27. Berdasarkan nilai tersebut nilai rasio CN pupuk organik yang dihasilkan belum memenuhi nilai rasio CN menurut SNI 19-7030-2004 yaitu 10 - 20. Keterangan: A0 : 80 Limbah ikan + 0 Gliocladium sp. B3 : 70 Limbah ikan + 4 Gliocladium sp. A1 : 80 Limbah ikan + 2 Gliocladium sp. B4 : 70 Limbah ikan + 5 Gliocladium sp. A2 : 80 Limbah ikan + 3 Gliocladium sp. C0 : 60 Limbah ikan + 0 Gliocladium sp. A3 : 80 Limbah ikan + 4 Gliocladium sp. C1 : 60 Limbah ikan + 2 Gliocladium sp. A4 : 80 Limbah ikan + 5 Gliocladium sp. C2 : 60 Limbah ikan + 3 Gliocladium sp. B 0: 70 Limbah ikan + 0 Gliocladium sp. C3 : 60 Limbah ikan + 4 Gliocladium sp. B1 : 70 Limbah ikan + 2 Gliocladium sp. C4 : 60 Limbah ikan + 5 Gliocladium sp. B2 : 70 Limbah ikan + 3 Gliocladium sp. Gambar 6 Hasil rasio CN pada pupuk organik yang dihasilkan Rendahnya nilai rasio CN pada semua pupuk yang dihasilkan dapat disebabkan karena bahan baku yang digunakan untuk pembuatan pupuk memiliki kadar nitrogen yang sangat tinggi Graves et al. 2000. Nilai rasio CN yang rendah juga dapat disebabkan oleh proses kehilangan nitrogen yang belum optimal selama proses pengomposan berlangsung. Graves et al. 2000 menyatakan bahwa pada pupuk yang memiliki rasio CN yang rendah atau penggunaan bahan baku yang kaya akan nitrogen akan terjadi proses kehilangan nitrogen menjadi amoniak NH 3 selama proses pengomposan. Hal ini terjadi akibat dari kelebihan nitrogen yang tidak termanfaatkan oleh mikroba. Nilai rasio CN yang tidak sesuai standar dapat mengindikasikan bahwa proses pengomposan belum selesai atau pupuk belum matang sehingga diperlukan proses lanjutan atau penambahan waktu pengomposan. Nilai nitrogen yang masih tinggi pada pupuk menandakan protein belum terdegradasi sempurna menjadi kompleks amino. Mikrob akan memecah protein menjadi kompleks amino menggunakan enzim proteolitik lalu menggunakannya sebagai makanan untuk tumbuh dan bertahan hidup, sehingga mikrob akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mendekomposisi bahan yang kaya protein dibandingkan dengan bahan yang memiliki kandungan protein lebih rendah Graves et al. 2000. 4.3.4 Kandungan P Unsur P merupakan salah satu unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, namun ketersediaanya bagi tanaman sangat rendah, karena biasanya unsur ini terikat oleh unsur lain seperti Al dan Ca Subaedah 2007. Unsur P sangat penting sebagai sumber energi, oleh karena itu kekurangan P dapat menghambat pertumbuhan dan reaksi-reaksi metabolisme tanaman. Kandungan fosfor pada tanaman membantu dalam pertumbuhan bunga, buah, dan biji, serta mempercepat pematangan buah Hadisuwito 2007. Berdasarkan hasil analisis, kandungan fosfor dari pupuk organik yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 7. Pada Gambar 7 menunjukkan bahwa pupuk A cenderung memiliki kandungan P lebih tinggi daripada pupuk B dan pupuk C, yaitu 2,39 ± 0,01 A0, 2,03 ± 0,00 A1, 2,53 ± 0,01 A2, 2,14 ± 0,01 A3, dan 2,78 ± 0,01 A4. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan komposisi bahan baku yang ditambahkan pada pupuk A. Pupuk A memiliki komposisi limbah ikan yang lebih tinggi 80 dibandingkan dengan pupuk B dan C 70 dan 60 dan limbah ikan yang digunakan memiliki kandungan P yang lebih tinggi dibandingkan bahan baku lain yang ditambahkan yaitu 1,35 ± 0,01 , sehingga dapat menduga bahwa semakin tinggi limbah ikan yang ditambahkan maka semakin tinggi kandungan P pada pupuk yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan Hidayati et al. 2008 yang menyatakan bahwa kandungan P pada pupuk dapat berkaitan dengan kandungan nitrogen dalam bahan. Semakin besar nitrogen yang dikandung maka multiplikasi mikroorganisme yang merombak P meningkat, 2,39 2,18 1,88 2,03 1,89 1,74 2,53 1,64 1,77 2,14 1,96 1,93 2,78 1,93 1,35 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 Pupuk A Pupuk B Pupuk C K a nd un g a n P 1 2 3 4 sehingga kandungan P dalam bahan juga meningkat, demikian juga kandungan P dalam pupuk seiring dengan kandungan P dalam bahan. Keterangan: A0 : 80 Limbah ikan + 0 Gliocladium sp. B3 : 70 Limbah ikan + 4 Gliocladium sp. A1 : 80 Limbah ikan + 2 Gliocladium sp. B4 : 70 Limbah ikan + 5 Gliocladium sp. A2 : 80 Limbah ikan + 3 Gliocladium sp. C0 : 60 Limbah ikan + 0 Gliocladium sp. A3 : 80 Limbah ikan + 4 Gliocladium sp. C1 : 60 Limbah ikan + 2 Gliocladium sp. A4 : 80 Limbah ikan + 5 Gliocladium sp. C2 : 60 Limbah ikan + 3 Gliocladium sp. B 0: 70 Limbah ikan + 0 Gliocladium sp. C3 : 60 Limbah ikan + 4 Gliocladium sp. B1 : 70 Limbah ikan + 2 Gliocladium sp. C4 : 60 Limbah ikan + 5 Gliocladium sp. B2 : 70 Limbah ikan + 3 Gliocladium sp. Gambar 7 Kandungan P pada pupuk organik yang dihasilkan Berdasarkan hasil analisis kualitas pupuk organik memiliki kandungan unsur hara P tersedia berkisar antara 1,35-2,78 . Berdasarkan nilai tersebut maka semua pupuk organik yang dihasilkan sudah memenuhi kandungan P menurut SNI pupuk organik 19-7030-2004 yaitu 0,10. 4.3.5 Kandungan K Kalium berfungsi dalam pembentukan protein dan karbohidrat. Unsur ini juga beperan penting dalam pembentukan antibodi tanaman untuk melawan penyakit Hadisuwito 2007. Berdasarkan hasil analisis, kandungan kalium dari pupuk organik yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 8. Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa pupuk C cenderung memiliki kandungan K lebih tinggi daripada pupuk A dan B, yaitu 1,00 ± 0,09 C0, 1,01 0,98 1,00 0,83 0,93 1,05 0,78 0,96 1,00 0,85 0,94 0,95 0,83 0,88 0,94 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 Pupuk A Pupuk B Pupuk C K a nd un g a n K 1 2 3 4 1,05 ± 0,03 C1, 1,00 ± 0,08 C2, 0,95 ± 0,09 C3, dan 0,94 ± 0,15 C4. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan komposisi bahan baku yang ditambahkan pada pupuk C. Pupuk C memiliki komposisi limbah ikan yang lebih rendah 60 dibandingkan dengan pupuk A dan B 80 dan 70 sehingga proporsi bahan baku tambahan lainnya yaitu kascing yang memiliki kandungan K lebih tinggi dibandingkan limbah ikan dan sebagai sumber karbon tambahan lebih tinggi. Karbon C dimanfaatkan sebagai sumber energi di dalam proses metabolisme dan perbanyakan sel oleh mikroorganisme Yuwono 2002. Hal ini sejalan dengan Hidayati et al. 2008 yang menyatakan bahwa kalium digunakan oleh mikroorganisme dalam bahan sebagai katalisator, dengan kehadiran bakteri dan aktivitasnya, sangat berpengaruh terhadap peningkatan kandungan kalium. Kalium diikat dan disimpan dalam sel oleh bakteri dan jamur, jika didekomposisi kembali maka kalium akan menjadi tersedia kembali. Berdasarkan penyataan tersebut, dapat diduga bahwa semakin banyak kascing yang ditambahkan maka kandung K pada pupuk yang dihasilkan semakin tinggi. Keterangan: A0 : 80 Limbah ikan + 0 Gliocladium sp. B3 : 70 Limbah ikan + 4 Gliocladium sp. A1 : 80 Limbah ikan + 2 Gliocladium sp. B4 : 70 Limbah ikan + 5 Gliocladium sp. A2 : 80 Limbah ikan + 3 Gliocladium sp. C0 : 60 Limbah ikan + 0 Gliocladium sp. A3 : 80 Limbah ikan + 4 Gliocladium sp. C1 : 60 Limbah ikan + 2 Gliocladium sp. A4 : 80 Limbah ikan + 5 Gliocladium sp. C2 : 60 Limbah ikan + 3 Gliocladium sp. B 0: 70 Limbah ikan + 0 Gliocladium sp. C3 : 60 Limbah ikan + 4 Gliocladium sp. B1 : 70 Limbah ikan + 2 Gliocladium sp. C4 : 60 Limbah ikan + 5 Gliocladium sp. B2 : 70 Limbah ikan + 3 Gliocladium sp. Gambar 8 Kandungan K pada pupuk organik yang dihasilkan Berdasarkan hasil analisis kualitas pupuk organik memiliki kandungan unsur hara K berkisar antara 1,01-0,78 . Berdasarkan nilai tersebut maka semua pupuk organik yang dihasilkan sudah memenuhi kandungan K menurut SNI pupuk organik 19-7030-2004 yaitu 0,20 .

4.4 Aplikasi Pupuk Organik Terhadap Tanaman Caisin Brasica rapa cv. caisin