8
III. METODE PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT
Bahan  baku  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  beras  Oryza  sativa  Linn  dan beras ketan Oryza sativa glutinosa yang diperoleh dari daerah Bogor, Jawa Barat. Bahan-bahan
lain yang digunakan adalah akuades, NaOH 0.25, K
2
SO
4
, HgO, H
2
SO
4
pekat, 60 NaOH-5 Na
2
S
2
O
3
,  H
3
BO
3
,  indikator  metilen  red-metilen  blue,  HCl  0.02  N,  heksana,  Na
2
S
2
O
3
.5H
2
O, Na
2
CO
3
,  KIO
3
,  KI,  HCl  2  N,  indikator  pati,  HCl  25,  indikator  phenolptalein,  NaOH  45, pereaksi Luff Schoorl, KI 20, H
2
SO
4
26.5, Na
2
S
2
O
3
0.1 N, amilosa murni, etanol 95, NaOH 1 N, asam asetat 1 N, dan larutan iod.
Alat-alat  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  Texture  Analyzer  XT-2i  Stable Micro  System  Ltd,  UK,  Rapid  Visco  Analyzer  RVA  TechMaster  Newport  Scientific  Pty
Limited,  Australia,  Deep  Fat  Fryer  Cecilware  Corp.,  USA,  wadah  stainless  steel,  kain  kasa, kertas  saring,  oven,  neraca  digital,  spektrofotometer,  pengaduk  gelas,    termometer,  hot  plate,
erlenmeyer, gelas ukur, tabung reaksi,  nampan, botol semprot, kemasan alumunium, timbangan, wadah untuk merendam, blender kering, ayakan 100 mesh,  cawan alumunium, desikator, gegep,
neraca  analitik,  sudip,  cawan  porselin,  tanur,  labu  Kjeldahl,  pipet  mohr,  pipet  tetes,    pengaduk kaca,  alat  destilasi,  erlenmeyer,  buret,  labu  lemak,  alat  ekstraksi  soxhlet,  kertas  saring,  kapas,
gelas piala, labu takar, pendingin balik, alumunium foil, corong, dan kuvet.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian  ini  dibagi  menjadi  lima  tahap,  yaitu  1  karakterisasi  tepung  beras  dan  tepung beras ketan, 2 kajian pengaruh rasio amilosa-amilopektin terhadap profil gelatinisasi, 3 kajian
pengaruh  rasio  amilosa-amilopektin  terhadap  kerenyahan  dan  kekerasan,  4  kajian  pengaruh amilosa dan amilopektin dalam penyimpanan terhadap kerenyahan dan kekerasan, dan 5  kajian
pengaruh  kadar  air  berdasarkan  lama  goreng  terhadap  kerenyahan  dan  kekerasan.  Diagram  alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
1. Karakterisasi Tepung Beras dan Tepung Beras Ketan
a. Penepungan Beras dan Beras Ketan
Pada  tahap  persiapan  bahan  dilakukan  penepungan  beras  dan  beras  ketan. Penepungan  dilakukan  dengan  menggunakan  alat  Pin  Disc  Mill  Gambar  2.  Diagram
alir pembuatan tepung beras dan tepung beras ketan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 2. Pin Disc Mill
9 Tahap I  :
Tahap II  :
Tahap III :
Tahap IV :
Tahap V :
Gambar 3. Diagram alir penelitian Beras atau Ketan
Karakterisasi Tepung Beras dan Tepung Beras Ketan
1. Penepungan beras dan beras ketan
2. Analisis kimia dan fisik tepung
beras dan tepung beras ketan
Kajian Pengaruh Rasio Amilosa- Amilopektin terhadap Profil Gelatinisasi
Kajian Pengaruh Rasio Amilosa- Amilopektin terhadap Kerenyahan dan
Kekerasan 1.
Perhitungan rasio amilosa- amilopektin
2. Formulasi adonan
3. Penentuan suhu dan lama goreng
4. Pembuatan model produk
gorengan 5.
Pengaruh rasio amilosa- amilopektin terhadap kerenyahan
dan kekerasan
Kajian Pengaruh Amilosa dan Amilopektin dalam Penyimpanan terhadap Kerenyahan
dan Kekerasan
Kajian Pengaruh Kadar Air berdasarkan Lama Goreng terhadap Kerenyahan dan
Kekerasan
10 Gambar 4. Diagram alir pembuatan tepung beras atau tepung beras ketan
Suksomboon  Onanong 2006 dengan modifikasi
b. Karakter Kimia dan Fisik Tepung Beras dan Tepung Beras Ketan
Karakterisasi  terhadap  tepung  beras  dan  tepung  beras  ketan  meliputi  perhitungan proksimat,  kadar  pati,  kadar  amilosa,  kadar  amilopektin,  densitas  kamba,  dan  profil
gelatinisasi pati.
1 Kadar Air, Metode Oven AOAC  2006
Cawan aluminium dikeringkan dalam oven selama 15  menit,didinginkan dalam desikator selama 10 menit, kemudian ditimbang A. Sejumlah sampel dengan bobot
tertentu B dimasukkan dalam cawan. Cawan beserta isinya dikeringkan dalam oven bersuhu  105°C  selama  6  jam,  didinginkan  dalam  desikator  selama  15  menit,
kemudian  ditimbang.  Cawan  beserta  isinya  dikeringkan  kembali  sampai  diperoleh berat konstan C. Kadar air contoh dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Direndam 1 malam
Ditiriskan 30 menit Dikeringkan dalam oven
60°C, 120 menit Ditepungkan dengan
Pin disc mill
Diayak 100 mesh Beras atau
Beras ketan
Dikeringkan dalam oven 60°C, 120 menit
Tepung beras atau tepung beras ketan 100 mesh
11 dimana:
bb = basis basah bk = basis kering
2 Kadar Abu, Metode Tanur AOAC 2006
Pengukuran  kadar  abu  ditentukan  dengan  metode  tanur.  Cawan  porselin dipanaskan  terlebih  dahulu  dalam  oven  selama  15  menit,  kemudian  didinginkan  dalam
desikator  dan  ditimbang  A.  Sebanyak  3-5  gram  sampel  ditimbang  B  kemudian dibakar  di  dalam  cawan  porselin  sampai  tidak  berasap  dan  diabukan  dalam  tanur  suhu
600 C selama 4-6 jam hingga terbentuk abu berwarna putih dan memiliki bobot konstan.
Kemudian abu beserta cawan didinginkan dalam desikator dan ditimbang C.
3 Kadar Protein, Metode Mikro Kjehldal AOAC 2006
Sampel  sebanyak  ±100-250  mg  dimasukkan  kedalam  labu  Kjeldahl,  ditambah dengan 1±0.1 g K
2
SO
4
, 40±10 mg HgO dan2±0.1 ml H
2
SO
4
pekat.  Sampel didestruksi selama  30  menit  hingga  cairan  menjadi  jernih.  Isi  labu  dipindahkan  ke  dalam  alat
destilasi  dan  dibilas  5-6  kali  dengan  air  destilata  sebanyak  1-2  ml,  kemudian ditambahkan  8-10  ml  campuran  larutan  60  NaOH-5  Na
2
S
2
O
3
.  Labu  tersebut disambungkan  dengan  alat  destilasi  dan  kondensor  yang  telah  dilengkapi  dengan
penampung  yang  berisi  larutan  H
3
BO
3
.  Destilasi  dilakukan  sampai  diperoleh  volume destilat  sebanyak  15  ml,  kemudian  destilat  dititrasi  dengan  HCl  0.02N  sampai  larutan
berubah  warna  dari  hijau  menjadi  abu-abu.  Indikator  yang  digunakan  dalam  titrasi  ini adalah  campuran  dua  bagian  0.2  metil  merah  dalam  etanol  dan  satu  bagian  0.2
metilen  biru  dalam  etanol.  Sebelum  digunakan,  HCl  terlebih  dahulu  distandardisasi menggunakan  NaOH  dengan  indikator  fenolftalein.  NaOH  sebelumnya  distandarisasi
menggunakan  larutan  kaliumhidrogenftalat  KHP  dengan  indikator  fenolftalein.  Kadar protein contoh dapat dihitung dengan persamaan berikut:
4 Kadar Lemak, Metode Soxhlet AOAC 2006
Metode yang digunakan dalam analisis lemak adalah metode ekstraksi soxhlet. Labu lemak  yang  akan  digunakan,  dikeringkan  dalam  oven,  kemudian  didinginkan  dalam
desikator lalu ditimbang A. Sebanyak 5 gram contoh B dalam bentuk potongan kecil dibungkus  dengan  kertas  saring,  kemudian  kertas  saring  yang  berisi  contoh  tersebut
dimasukkan  ke  dalam  alat  ekstraksi  dan  sokhlet.  Alat  kondensor  diletakkan  diatasnya
12 dan  labu  lemak  secukupnya.  Selanjutnya  dilakukan  refuks  selam  5  jam  sampai  pelarut
yang turun  kembali ke dalam labu lemak berwarna jernih. Pelarut  yang  ada  dalam  labu  lemak  didestilasi,  dan  pelarut  ditampung  kembali.
Kemudian  labu  lemak  yang  berisi  lemak  hasil  ekstraksi  dipanaskan  dalam  oven  pada suhu  105°C  hinggga  mencapai  berat  tetap,  kemudian  didinginkan  dalam  desikator.
Selanjutnya  labu  beserta  lemak  ditimbang  C.  Berat  lemak  dapat  diperoleh  dengan persamaan berikut:
5 Kadar Karbohidrat by difference
Perhitungan  kadar  karbohidrat  dilakukan  dengan  cara  by  different  dengan persamaan:
dimana: A = kadar air  bb
B = kadar abu  bb C = kadar lemak  bb
D = kadar protein  bb
6 Kadar Pati Metode Luff Schoorl Sudarmadji et al 1997
Pembuatan larutan Luff Schoorl Air sebanyak 1 ml dicampurkan dengan 2.5 gram CuSO
4
.5H
2
O lalu diaduk. Larutan ini  disebut  larutan  A.  Air  sebanyak  5  ml  dicampurkan  dengan  5  gram  asam  sitrat.
Larutan  ini  disebut  larutan  B.  Air  mendidih  sebanyak  40  ml  dicampurkan  dengan 38,8  gram  soda  murni  Na
2
CO
3
.10H
2
O.  Larutan  ini  disebut  larutan  C.  Larutan  A dan  B  kemudian  dicampurkan  ke  dalam  larutan  C  sambil  digoyang-goyangkan,
lalu didinginkan. Larutan tersebut kemudian ditera di dalam labu takar 100 ml. Standardisasi larutan Na
2
S
2
O
3
0,1 N Sebanyak 12,5 gram Na
2
S
2
O
3
.H
2
O dicampurkan dengan 0,15 gram Na
2
CO
3
dalam labu  takar  500  ml  lalu  ditera.  Titrat  dibuat  dengan  cara  melarutkan  20  mg  KIO
3
dalam 10 ml akuades lalu ditambahkan larutan KI 20 sebanyak 10 ml dan HCl 2 N  sebanyak  10  ml,  kemudian  dititrasi  dengan  larutan  larutan  Na
2
S
2
O
3
yang  telah dibuat  sebelumnya.  Titrasi  dilakukan  sampai  titrat  berwarna  kuning  pucat,  lalu
ditambahkan  indikator  pati  sebanyak  5  tetes,  kamudian  titrasi  dilanjutkan  sampai warna  biru  menghilang.  Penghitungan  normalitas  larutan  Na
2
CO
3
adalah  sebagai berikut :
13 Pengukuran sampel
Sebanyak  ±  0.1  g  sampel  dan  5  ml  HCl  25  dimasukkan  ke  dalam  gelas  piala pendingin  balik,  kemudian  direfluks  selama  3  jam.  Setelah  selesai,  netralkan  pH
larutan dengan larutan NaOH 45. Tambahkan air destilata hingga volume larutan 100  ml.  Larutan tersebut kemudian disaring dengan kertas saring. Sebanyak 25  ml
filtrat  dimasukkan  ke  dalam  erlenmeyer,  kemudian  ditambah  25  ml  larutan  Luff Schoorl.  Tutup  erlenmeyer  dengan  alumunium  foil  dan  panaskan  hingga  larutan
mendidih. Lakukan pemanasan selama 10 menit sejak larutan mendidih. Setelah 10 menit,  dinginkan  larutan  secara  cepat  dengan  merendam  larutan  dalam  air  es.
Selanjutnya, 15 ml KI 20 dan 25 ml H
2
SO
4
26.5 ditambahkan ke dalam larutan. Lakukan  titrasi  dengan  larutan  Na
2
S
2
O
3
0.1  N  yang  telah  distandardisasi  hingga warna  larutan  berubah  dari  merah  bata  menjadi  kuning  pucat.  Tambahkan  1-2  ml
larutan pati dan lanjutkan titrasi hingga warna biru menghilang. Pengukuran blanko juga  dilakukan  dengan  mengganti  25  ml  filtrat  sampel  dengan  25  ml  air  destilata.
Penetapan bobot glukosa dilakukan dengan membandingkan volume Na
2
S
2
O
3
yang digunakan dalam tabel Luff Schoorl Lampiran 1. Kadar pati contoh dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
dimana: Vb = volume Na
2
S
2
O
3
yang digunakan untuk titrasi blanko Vs = volume Na
2
S
2
O
3
yang digunakan untuk titrasi sampel FP = faktor pengenceran
7 Kadar Amilosa Apriyanto et al. 1989
Pembuatan kurva standar
Sebanyak 40 g amilosa murni dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, ditambahkan 1  ml  etanol  95,  dan  9  ml  larutan  NaOH  1  N.  Kemudian  labu  takar  dipanaskan
dalam  penangas  air  pada  suhu  95°C  selama  10  menit.  Setelah  didinginkan, ditambahkan  air  destilata  hingga  tanda  tera.  Larutan  tersebut  digunakan  sebagai
larutan stok. Pipet larutan stok sebanyak 1, 2, 3, 4, dan 5 ml ke dalam labu takar 100 ml. Larutan asam asetat 1 N ditambahkan sebanyak 0.2, 0.4, 0.6, 0.8, dan 1.0 ml ke
dalam masing-masing labu takar. Kemudian ditambahkan 2 ml larutan iod 0.2 g I
2
dan  2  g  KI  dilarutkan  dalam  100  ml  air  destilata  ke  dalam  setiap  labu  takar,  lalu ditera  dengan  air  destilata.  Larutan  dibiarkan  selama  20  menit,  lalu  diukur
absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm. Kurva standar yang diperoleh menunjukkan hubungan antara kadar amilosa dan
absorbansi.
14
Pengukuran sampel
Sebanyak  100  mg  sampel  dimasukkan  ke  dalam  tabung  reaksi.  Kemudian ditambahkan 1 ml etanol 95 dan 9 ml larutan NaOH 1 N  ke dalam tabung reaksi.
Tabung reaksi kemudian dipanaskan dalam penangas air pada suhu 95°C selama 10 menit.  Larutan  gel  pati  dipindahkan  ke  dalam  labu  takar  100,  ditambahkan  air
destilata  hingga  tanda  tera,  dan  dihomogenkan.  Larutan  dipipet  sebanyak  5  ml  ke dalam labu takar 100 ml. Tambahkan 1 ml larutan asam asetat 1 N dan 2 ml larutan
iod ke dalam  labu takar tersebut, lalu ditera dengan air destilata. Larutan dibiarkan selama 20  menit,  lalu diukur absorbansinya dengan  spektrofotometer pada panjang
gelombang  625  nm.  Kadar  amilosa  contoh  dapat  dihitung  dengan  persamaan berikut:
dimana: C = konsentrasi amilosa contoh dari kurva standar mgml
V = volume akhir contoh ml W = bobot sampel mg
FP = faktor pengenceran
8 Kadar Amilopektin
Penentuan  kadar  amilopektin  dihitung  dari  selisih  antara  kandungan  pati  dengan amilosa.
Kadar amilopektin  = kadar pati – kadar amilosa
9 Densitas Kamba Muchtadi dan Sugiyono 1992
Pengukuran  densitas  kamba  dilakukan  dengan  menyiapkan  sampel  kering  dan gelas ukur 50  ml.  Pada tahap  awal dilakukan penimbangan dan pencatatan berat gelas
ukur a gram kemudian sampel dimasukkan dalam gelas ukur 50  ml.  Gelas ukur  yang telah berisi sampel diketuk-ketukkan ke meja hingga tidak ada lagi rongga ketika sampel
ditepatkan menjadi 50 ml. Kemudian dilakukan pengukuran berat gelas ukur yang berisi sampel b gram
10 Profil Gelatinisasi Pati Singh et al. 2010
Analisis  profil  gelatinisasi  pati  dilakukan  dengan  menggunakan  Rapid  Visco Analyzer  RVA  seperti  yang  terlihat  pada  Gambar  5.  Sebelum  dilakukan  pengukuran
dengan  RVA,  kadar  air  sampel  harus  diukur  terlebih  dahulu.  Sejumlah  sampel  dan  air destilata ditimbang dan dimasukkan ke dalam  canister. Jumlah sampel dan air destilata
ditentukan  oleh  program  pada  alat  RVA  sesuai  dengan  kadar  air  sampel.  Selanjutnya, campuran  tersebut  diaduk  menggunakan  paddle  plastik  hingga  bercampur  sempurna
untuk menghindari pembentukan gumpalan sebelum dimasukan ke dalam RVA. Sampel  kemudian  dimasukkan  pada  alat  RVA  dan  dilakukan  analisis.
Selanjutnya,dilakukan  siklus  pemanasan  dan  pendinginan  dengan  pengadukan  konstan yang diatur selama 23  menit. Sampel dipanaskan  hingga  suhu 30°C dan dipertahankan
selama 1 menit. Kemudian sampel dipanaskan lagi hingga suhu 95°C selama 7.5 menit.
15 Suhu  95°C  dipertahankan  selama  5  menit  sebelum  didinginkan  hingga  suhu  50°C
selama  7.5  menit.Suhu  50°C  dipertahankan  selama  2  menit.  Parameter  yang  diamati adalah  suhu  awal  gelatinisasi,  viskositas  maksimum  peak  viscosity,  viskositas  pada
suhu 95°C, viskositas pada suhu 50°C, viskositas breakdown, dan viskositas setback.
Gambar 5. Rapid Visco Analyzer
2. Kajian  Pengaruh  Rasio  Amilosa-Amilopektin  terhadap  Profil