KAJIAN PENGARUH AMILOSA DAN AMILOPEKTIN DALAM

35 membentuk pasta kental atau gel setelah proses pemanasan dan pendinginan serta ketahanan pasta terhadap gaya geser yang terjadi selama pengadukan. Menurut Jane et al. 1999, molekul linier dan kuatnya asosiasi antar molekul amilosa menjaga integritas granula dan menjadi lebih tahan terhadap pemanasan dan pengadukan atau gaya mekanis yang diberikan. Semakin banyak amilosa pada sampel akan membatasi pengembangan granula dan mempertahankan integritas granula. Semakin tinggi kadar amilosa maka semakin kuat ikatan intramolekulnya Ulyarti 1997. Hal ini menyebabkan konsistensi kekerasan sampel meningkat jika kandungan amilosa semakin tinggi sedangkan kerenyahan sampel mengalami penurunan. Sampel yang telah digoreng kemudian diukur kadar airnya Tabel 15. Rasio amilosa-amilopektin 0.04 memiliki kadar air tertinggi 6.20 d , diikuti rasio amilosa- amilopektin 0.2 5.72 c , kemudian 0.4 5.02 b , dan terendah rasio amilosa- amilopektin 0.58 4.20 a . Berdasarkan hasil uji ANOVA dan uji lanjut Duncan, kadar air keseluruhan rasio amilosa-amilopektin saling berbeda nyata satu sama lain. Hal ini menunjukkan semakin tinggi kadar amilopektin maka semakin tinggi penyerapan air yang ditandai oleh tingginya kadar air. Pada proses gelatinisasi, ikatan hidrogen yang mengatur integritas struktur granula pati akan melemah. Terdapatnya gugus hidroksil yang bebas akan menyerap molekul air sehingga terjadi pembengkakan granula pati Harper 1981. Amilosa mempunyai ikatan intramolekul yang lebih kuat dibandingkan amilopektin sehingga ikatan hidrogen antara molekul amilosa dan air lebih sulit terbentuk dibandingkan amilopektin. Hal inilah yang menyebabkan semakin tinggi kandungan amilopektin maka akan semakin tinggi tingkat kadar airnya. Kadar air yang tinggi pada sampel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap kerenyahan dan kekerasan sampel. Hal ini ditunjukkan oleh rasio amilosa-amilopektin 0.04 memiliki kadar air tertinggi tetapi kerenyahan yang dihasilkan tertinggi dan kekerasan yang dihasilkan terendah.

D. KAJIAN PENGARUH AMILOSA DAN AMILOPEKTIN DALAM

PENYIMPANAN TERHADAP KERENYAHAN DAN KEKERASAN Kajian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara amilosa dan amilopektin dalam penyimpanan gorengan terhadap kerenyahan dan kekerasan sehingga dapat diketahui seberapa besar laju penurunan kerenyahan serta efek yang terjadi terhadap kekerasan produk gorengan. Pada dasarnya kajian ini berhubungan erat dengan peningkatan kadar air produk dan efek kandungan amilosa dan amilopektin. Sampel yang digunakan adalah rasio amilosa-amilopektin 0.04 dan 0.58. Kedua rasio tersebut telah mewakili sampel lainnya karena masing-masing sampel memiliki kandungan amilosa tertinggi dan amilopektin tertinggi. Produk tersebut disimpan di ruang terbuka. Skala waktu penyimpanan ditentukan selama 6 jam. Selang waktu 2 jam, sampel dimasukkan ke dalam plastik seperti yang terlihat pada Gambar 14. Hal ini dilakukan untuk mencegah perubahan kadar air, kerenyahan, dan kekerasan yang berkelanjutan. Hasil uji sensori profil tekstur pengaruh amilosa dan amilopektin dalam penyimpanan produk gorengan terhadap kerenyahan dan kekerasan dapat dilihat pada Tabel 16. 36 Gambar 14. Sampel yang disimpan dalam plastik Tabel 16. Hasil uji sensori profil tekstur pengaruh amilosa dan amilopektin dalam penyimpanan Rasio Amilosa-Amilopektin Lama Penyimpanan jam Kadar Air Kerenyahan Kekerasan 0.58 2 4.95±0.04 a 44.63±10.74 bc 63.40±11.71 ab 4 5.62±0.04 b 39.92±10.31 ab 70.08±13.82 c 6 6.20±0.09 c 36.03±9.68 a 73.60±13.98 c 0.04 2 7.01±0.01 d 56.58±11.20 d 58.85±11.13 a 4 8.63±0.09 e 48.50±9.78 c 64.56±12.29 b 6 9.53±0.05 f 34.89±7.15 a 79.56±15.49 d Keterangan: Nilai yang diikutioleh huruf yang berbeda dalam satu baris yang sama menunjukkan berbeda nyata p0.05 dengan menggunakan uji lanjut Duncan. Nilai kerenyahan dan kekerasan merupakan hasil organoleptik dengan skala maksimum 100 Pada atribut kerenyahan, penyimpanan 2 jam pertama sampel rasio amilosa-amilopektin 0.58 44.63±10.74 bc memiliki kerenyahan yang lebih rendah dibandingkan sampel 0.04 56.58±11.20 d . Pada penyimpanan 4 jam, sampel rasio amilosa-amilopektin 0.58 39.92±10.31 ab memiliki kerenyahan yang masih lebih rendah dibandingkan sampel 0.04 48.50±9.78 c . Akan tetapi setelah sampel disimpan selama 6 jam, ternyata penurunan kerenyahan sampel rasio amilosa-amilopektin 0.04 34.89±7.15 a lebih tinggi dibandingkan dengan sampel 0.58 36.03±9.68 a . Hal ini menyebabkan kerenyahan yang dimiliki oleh sampel rasio amilosa- amilopektin 0.58 menjadi lebih tinggi dibandingkan sampel 0.04. Berdasarkan hasil uji ANOVA dan uji lanjut Duncan, kerenyahan sampel rasio amilosa-amilopektin 0.58 berbeda nyata dengan sampel 0.04 saat penyimpanan 2 dan 4 jam. Akan tetapi setelah penyimpanan 6 jam, kerenyahan sampel rasio amilosa-amilopektin 0.58 tidak berbeda nyata dengan sampel 0.04. Pada atribut kekerasan, penyimpanan 2 jam pertama sampel rasio amilosa-amilopektin 0.58 63.40±11.71 ab memiliki kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan sampel 0.04 58.85±11.13 a . Pada penyimpanan 4 jam, sampel rasio amilosa-amilopektin 0.58 70.08±13.82 c memiliki kekerasan yang masih lebih tinggi dibandingkan sampel 0.04 64.56±12.29 b . Akan tetapi setelah sampel disimpan selama 6 jam, ternyata kenaikan kekerasan sampel rasio amilosa-amilopektin 0.04 79.56±15.49 d lebih tinggi dibandingkan dengan sampel 0.58 73.60±13.98 c . Hal ini menyebabkan kekerasan yang dimiliki oleh sampel rasio amilosa-amilopektin 0.04 menjadi lebih tinggi dibandingkan sampel 0.58. Berdasarkan hasil uji ANOVA dan uji lanjut Duncan, kekerasan sampel rasio amilosa-amilopektin 0.58 tidak berbeda nyata dengan sampel 0.04 saat penyimpanan 2 jam. Pada saat penyimpanan 4 jam dan 6 jam, kekerasan sampel rasio amilosa-amilopektin 0.58 berbeda nyata dengan sampel 0.04. 37 Gambar 15. Pengaruh lama penyimpanan terhadap tingkat kerenyahan Gambar 16. Pengaruh lama penyimpanan terhadap tingkat kekerasan Pada Gambar 15 dan 16 dapat dilihat bahwa saat penyimpanan, rasio amilosa-amilopektin 0.04 mengalami penurunan tingkat kerenyahan dan peningkatan kekerasan yang lebih besar dibandingkan dengan rasio amilosa-amilopektin 0.58. Amilopektin yang terdapat pada rasio amilosa-amilopektin 0.04 lebih tinggi dibandingkan rasio 0.58. Sebaliknya amilosa yang terdapat pada rasio amilosa-amilopektin 0.58 lebih tinggi dibandingkan rasio 0.04. Amilosa mempunyai ikatan intramolekul yang lebih kuat dibandingkan amilopektin. Hal ini dapat menyebabkan ikatan hidrogen antara molekul amilosa dan air lebih sulit terbentuk dibandingkan amilopektin. Menurut Harper 1981, ikatan hidrogen yang mengatur integritas struktur granula pati akan melemah pada proses gelatinisasi sehingga gugus hidroksil yang bebas akan menyerap molekul air sehingga terjadi pembengkakan granula pati. 10 20 30 40 50 60 2 4 6 8 T in gka t ke re n y aha n s ka la m aks im u m 100 Lama penyimpanan jam Rasio amilosa amilopektin 0.58 Rasio amilosa- amilopektin 0.04 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2 4 6 8 T in gka t ke ke ra sa n s ka la m aks im u m 100 Lama penyimpanan jam Rasio amilosa amilopektin 0.58 Rasio amilosa- amilopektin 0.04 38 Gambar 17. Hubungan kadar air terhadap kerenyahan dalam penyimpanan Gambar 18. Hubungan kadar air terhadap kekerasan dalam penyimpanan Berdasarkan hasil uji kadar air, rasio amilosa-amilopektin 0.04 penyimpanan 2 jam memiliki kadar air sebesar 7.01 d , penyimpanan 4 jam sebesar 8.63 e , dan penyimpanan 6 jam sebesar 9.53 f , sedangkan rasio amilosa-amilopektin 0.58 penyimpanan 2 jam memiliki kadar air sebesar 4.95 a , penyimpanan 4 jam sebesar 5.62 b , dan penyimpanan 4 jam sebesar 6.20 c . Berdasarkan hasil uji ANOVA dan uji lanjut Duncan, kerenyahan dan kekerasan produk pangan juga dipengaruhi oleh kadar air. Peningkatan kadar air dan Aw dihubungakan dengan produk yang menjadi lembek dan alot kehilangan kerapuhan akibat air Arimi et al. 2010. Nugroho 2007 dalam penelitiannya melaporkan kerenyahan wafer yang merupakan produk pangan berkadar air rendah menurun selama penyimpanan yang disebabkan oleh penyerapan uap air dari lingkungan sehingga kadar air wafer meningkat. Peningkatan kekerasan disebabkan oleh peningkatan jumlah air yang mengisi pori-pori udara bahan pangan Roudaut et al. 2004. Pada Tabel 16 terlihat bahwa interaksi amilopektin dengan molekul air menyebabkan penurunan kerenyahan dan peningkatan kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan amilosa dengan molekul 10 20 30 40 50 60 5 10 15 T in gka t ke re n y aha n s ka la m aks im u m 100 Kadar air Rasio amilosa- amilopektin 0.58 Rasio amilosa- amilopektin 0.04 10 20 30 40 50 60 70 80 90 5 10 15 T in gka t ke ke ra sa n s ka la m aks im u m 100 Kadar air Rasio amilosa- amilopektin 0.58 Rasio amilosa- amilopektin 0.04 39 air. Amilopektin lebih mengikat air dibandingkan amilosa sehingga penguapan yang terjadi saat penggorengan lebih tinggi dibandingkan amilosa. Hal ini menyebabkan pori-pori pada produk pangan tersebut lebih banyak terbentuk pada produk dengan amilopektin tinggi. Semakin lama sampel disimpan maka kesempatan air untuk masuk ke dalam pori-pori sampel semakin tinggi. Produk akan menjadi lebih alot atau keras dan kerenyahannya juga menurun. Peningkatan kadar air pada sampel yang memiliki kadar amilopektin tinggi rasio amilosa-amilopektin 0.04 menjadi lebih tinggi dibandingkan kadar amilosa tinggi rasio amilosa-amilopektin 0.58, seperti yang terlihat pada Tabel 16. Gambar 17 dan 18 menunjukkan bahwa rasio amilosa-amilopektin 0.04 mengalami peningkatan kadar air yang lebih besar dibandingkan dengan rasio amilosa- amilopektin 0.58 selama penyimpanan sehingga menyebabkan penurunan kerenyahan dan peningkatan kekerasan yang lebih besar pada rasio amilosa-amilopektin 0.04 dibandingkan rasio amilosa-amilopektin 0.58.

E. KAJIAN PENGARUH KADAR AIR BERDASARKAN LAMA GORENG