Densitas Kamba Profil Gelatinisasi Pati

23 penelitian ini lebih rendah dibandingkan pati beras IR64 penelitian Setyaningsih 2008 dan ketan Ciasem penelitian Argasasmita 2008. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik yang terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak larut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus dengan ikatan α-1,4-D-glikosida, sedangkan amilopektin mempunyai cabang α-1,6-D-glikosida sebanyak 4-5 berat total Winarno 1997. Hasil analisis kadar amilosa dan amilopektin sampel dapat dilihat pada Tabel 8. Amilosa dan amilopektin berpengaruh besar terhadap karakteristik gelatinisasi dan retrogradasi pati Jane et al. 1999. Tabel 8. Hasil analisis kadar pati, amilosa, dan amilopektin tepung beras IR64 dan ketan Ciasem Karakteristik Kimia Tepung Beras IR64 bb Tepung Beras Ketan Ciasem bb Kadar pati 72.37±0.10 71.31±0.25 Kadar amilosa 26.58±0.24 2.46±0.02 Kadar amilopektin 45.80±0.14 68.85±0.23 Keterangan: pengujian kadar pati, amilosa, dan amilopektin dilakukan sebanyak dua kali ulangan Analisis kadar amilosa dilakukan dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 625 nm. Kurva standar amilosa murni Lampiran 13 digunakan untuk menentukan konsentrasi amilosa yang terkandung dalam sampel pati yang diuji. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa kandungan amilosa pada tepung beras ketan Ciasem 2.46 lebih rendah dibandingkan dengan tepung beras IR64 26.58. Berdasarkan penelitian Lestari 1987, kadar amilosa tepung beras IR36, Semeru, dan Cisadane berturut-turut sebesar 27.75, 27.55, dan 22.12. Tepung beras ketan Ciasem memiliki kadar amilosa yang paling rendah, sedangkan tepung beras IR64 memiliki kadar amilosa yang lebih tinggi dibandingkan tepung beras ketan Ciasem dan Cisadane tetapi masih lebih rendah dibandingkan IR36 dan Semeru. Semakin tinggi kandungan amilosa suatu bahan maka semakin kecil kandungan amilopektin bahan tersebut. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa kandungan amilopektin tepung beras IR64 sebesar 45.80 dan ketan Ciasem sebesar 68.85. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Argasasmita 2008, kadaramilosa beras ketan Ciasem sebesar 7.32 dan amilopektin sebesar 73.99. Beras IR64 memiliki kadaramilosa sebesar 24.6 dan amilopektin sebesar 49.2 Setyaningsih 2008. Kadar amilosa berpengaruh besar pada gelatinisasi dan retrogradasi pati Fredriksson et al. 1998, viskositas pasta Yanagisawa et al. 2006, pembentukan gel Biliaderis dan Zawistowski 1990, dan daya cerna α-amylase Skrabanja et al. 1999. Kadar amilosa dilaporkan bervariasi sesuai sumber penghasil patinya dan dipengaruhi oleh kondisi iklim dan tanah selama pertumbuhan biji Singh et al. 2006.

c. Densitas Kamba

Densitas kamba merupakan perbandingan bobot terhadap volume suatu bahan. Pengukuran densitas kamba pati sorgum dilakukan dengan memasukkan sejumlah 24 tepung ke dalam wadah yang telah diketahui volumenya. Hasil analisis densitas kamba tepung beras IR64 dan ketan Ciasem dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil analisis densitas kamba tepung beras IR64 dan ketan Ciasem Jenis Densitas Kamba gml Tepung beras IR64 0.75±0.00 Tepung beras ketan Ciasem 0.78±0.00 Keterangan: pengujian densitas kamba dilakukan sebanyak dua kali ulangan Densitas kamba tepung beras IR64 0.75 gml lebih rendah dibandingkan dengan tepung beras ketan Ciasem 0.78 gml. Semakin tinggi densitas kamba suatu bahan, semakin besar bobot untuk setiap volumenya. Bahan dengan densitas kamba yang tinggi membutuhkan volume yang lebih kecil dibanding bahan dengan densitas kamba yang rendah pada bobot yang sama. Densitas kamba suatu bahan ditentukan oleh ukuran partikel bahan tersebut. Bahan dengan ukuran partikel yang lebih besar akan memiliki densitas kamba yang lebih kecil. Ukuran partikel meningkat menyebabkan pori-pori ruang diantara partikel meningkat sehingga menurunkan densitas kamba Chevananet al. 2010. Pada penelitian ini, ukuran partikel tepung beras IR64 dan ketan Ciasem tidaklah sama. Hal ini dikarenakan tepung hanya diayak dengan ayakan 100 mesh sehingga keragaman ukuran partikel tepung dapat berada diantara 100 mesh atau lebih besar. Pengukuran densitas kamba berguna untuk mengetahui seberapa besar volume yang diperlukan untuk menyimpan sejumlah besar bahan.

d. Profil Gelatinisasi Pati

Profil gelatinisasi pati dari tepung beras IR64 dan ketan Ciasem dianalisis dengan menggunakan alat Rapid Visco Analyzer RVA. Menurut Winarno 1997, mekanisme gelatinisasi pati terdiri dari tiga tahap. Pertama, air berpenetrasi secara bolak-balik ke dalam granula. Kemudian pada suhu 60°C-85°C granula akan mengembang dengan cepat dan akhirnya kehilangan sifat ”birefringence”-nya. Pada tahap ketiga, jika temperatur terus naik maka molekul-molekul pati akan terdifusi dari granula. Kurva gelatinisasi pati dari tepung beras IR64 dan ketan Ciasem dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8. Tabel 10. Profil gelatinisasi pati dari tepung beras IR64 dan ketan Ciasem Sampel Tepung Beras IR64 Tepung Beras Ketan Ciasem Viskositas puncak cP 4921 3789 Viskositas trough cP 3139.5 1814 Viskositas breakdown cP 1781.5 1975 Viskositas akhir cP 8283.5 2989 Viskositas setback cP 5144 1175 Waktu puncak menit 9.1 5.3 Suhu gelatinisasi ⁰C 82.475 62.425 Keterangan: pengujian profil gelatinisasi pati dilakukan sebanyak dua kali ulangan 25 Pada Tabel 10 terlihat bahwa tepung beras IR64 memiliki viskositas puncak 4921 cP yang lebih tinggi daripada tepung beras ketan Ciasem 3789 cP. Lin et al. 2011 melaporkan viskositas puncak tepung beramilosa sedang lebih tinggi dibandingkan dengan tepung beramilosa rendah. Viskositas puncak dipengaruhi oleh kandungan amilosa dan lemak. Kompleks amilosa dengan lemak akan meningkatkan suhu gelatinisasi sehingga viskositas puncak, akhir, dan setback meningkat Lee et al. 2002. Hal ini terlihat dari nilai viskositas akhir tepung beras IR64 8283.5 cP yang lebih tinggi daripada tepung beras ketan Ciasem 2989 cP. Begitu pun nilai viskositas setback tepung beras IR64 5144 cP yang lebih tinggi daripada tepung beras ketan Ciasem 1175 cP. Viskositas akhir berkorelasi positif secara signifikan dengan kandungan amilosa pada tepung. Semakin tinggi kandungan amilosa tepung, maka semakin tinggi viskositas akhirnya Lin et al. 2011. Viskositas akhir merupakan parameter yang menunjukkan kemampuan pati untuk membentuk pasta kental atau gel setelah proses pemanasan dan pendinginan serta ketahanan pasta terhadap gaya geser yang terjadi selama pengadukan. Pada Tabel 11 dapat dilihat hasil penelitian Lin et al. 2011 mengenai profil gelatinisasi rata-rata tepung beras beramilosa rendah, sedang, dan tinggi dari berbagai macam jenis beras sebagai pembanding. Viskositas trough merupakan viskositas minimum pada fasa suhu konstan yang mengukur kemampuan pati untuk bertahan terhadap breakdown selama proses pemanasan. Viskositas trough tepung beras IR64 lebih tinggi daripada tepung beras ketan Ciasem. Viskositas breakdown menunjukkan stabilitas granula pati selama pemanasan dan pengadukan. Tepung beras IR64 memiliki nilai viskositas breakdown 1781.5 cP yang lebih rendah daripada tepung beras ketan Ciasem 1975 cP. Viskositas breakdown diperoleh dari hasil pengurangan viskositas puncak dengan viskositas trough. Peningkatan nilai viskositas breakdown menunjukkan bahwa pati semakin tidak tahan terhadap pemanasan dan pengadukan Lee et al. 2002. Hasil penelitian menunjukkan tepung beras IR64 lebih tahan terhadap pengadukan dan pemanasan. Menurut Jane et al. 1999, molekul linier dan kuatnya asosiasi antar molekul amilosa menjaga integritas granula dan menjadi lebih tahan terhadap pemanasan dan pengadukan atau gaya mekanis yang diberikan. Tabel 11. Profil gelatinisasi pati berbagai jenis tepung beras berdasarkan kandungan amilosa Lin et al. 2011 Tepung Beras Beramilosa Rendah Tepung Beras Beramilosa Sedang Tepung Beras Beramilosa Tinggi Viskositas puncak cP 2762 6154 5466 Viscositas Hot Pasting cP 1247 2413 3250 Viskositas breakdown cP 1515 3741 2216 Viskositas akhir cP 1700 4090 6574 Viskositas setback cP 453 1677 3324 Suhu gelatinisasi ⁰C 68.9 71.1 70.1 Data tersebut merupakan nilai rata-rata berbagai macam tepung beras 26 Viskositas setback merupakan parameter yang dipakai untuk melihat kecendrungan retrogradasi maupun sineresis dari suatu pasta. Sineresis adalah keluarnya atau merembesnya cairan dari suatu gel dari pati Winarno 1997. Retrogradasi merupakan terbentuknya jaringan mikrokristal dari molekul-molekul amilosa yang berikatan kembali satu sama lain atau dengan percabangan amilopektin di luar granula pati setelah pasta didinginkan. Menurut Goodfellow Wilson 1990, proporsi amilosa dan struktur amilopektin memiliki peranan penting pada kecepatan dan derajat retrogradasi pati. Nilai viskositas setback tepung beras IR64 lebih tinggi dibandingkan tepung beras ketan Ciasem. Berdasarkan penelitian Lin et al.2011, nilai viskositas setback tepung beramilosa tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan tepung beramilosa rendah dan sedang. Tepung beras IR64 memiliki kandungan amilosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan tepung beras ketan Ciasem. Nilai viskositas setback yang tinggi akan menghasilkan sifat kohesif dan hardness yang tinggi pada mi serta kelengketan dan cooking loss yang rendah. Retrogradasi pati berhubungan dengan perubahan tekstur dan daya cerna produk pangan berbasis pati selama penyimpanan Matalanis et al. 2009. Waktu puncak merupakan parameter waktu pemasakan pasta pati. Waktu puncak tepung beras IR64 lebih tinggi daripada tepung beras ketan Ciasem. Hal ini berarti tepung beras IR64 memiliki waktu pemasakan pasta pati yang lebih lambat daripada tepung beras ketan Ciasem. Hal tersebut menyebabkan tepung beras IR64 lebih lambat mengental dan mencapai viskositas puncaknya. Suhu gelatinisasi merupakan suhu dimana mulai terdeteksi adanya peningkatan viskositas yang disebabkan oleh pembengkakan granula pati. Suhu gelatinisasi tepung beras IR64 82.475°C lebih tinggi daripada tepung beras ketan Ciasem 62.425°C. Lin et al. 2011 melaporkan suhu gelatinisasi tepung beras lebih tinggi daripada tepung beras ketan. Suhu gelatinisasi tepung beras IR64 yang lebih tinggi membutuhkan waktu pemasakan yang lebih lama dan energi termal yang lebih besar selama proses. Suhu gelatinisasi yang tinggi mengindikasikan stabilitas kristal molekul pati Moorthy 2002. Gambar 7. Profil gelatinisasi pati dari tepung beras ketan Ciasem = Suhu = Viskositas Viskositas puncak Viskositas trough Viskositas setback Viskositas breakdown Suhu awal gelatinisasi Viskositas akhir Waktu puncak 27 Gambar 8. Profil gelatinisasi pati dari tepung beras IR64

B. KAJIAN PENGARUH RASIO AMILOSA-AMILOPEKTIN TERHADAP