V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Budidaya Singkong
Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Karawang merupakan wilayah yang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Ketiga lokasi
tersebut dipilih karena memiliki lahan pertanian yang ditanami singkong. Singkong ditanam oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Berdasarkan hasil survey, lokasi Bogor merupakan lokasi yang paling mudah dalam menemukan lahan singkong. Di daerah Karawang cenderung sulit dalam
menemukan lahan singkong, hal ini dikarenakan daerah Karawang didominasi oleh lahan sawah.
Singkong yang ditanam di ketiga daerah tersebut cenderung berada di tanah yang gembur. Jenis yang ditanam para petani adalah jenis singkong lokal.
Jenis singkong yang didapatkan di daerah Bogor adalah Manggu, Kuru, Adira, Hiris, Roti, Hijau, Belitung, Tambilung, Putih, Kuning, dan Mentega. Di daerah,
Karawang, jenis singkong yang ditemukan adalah Rema, Perelek, dan Putih. Di daerah Sukabumi terdapat singkong jenis Manggu dan Lampining. Singkong
cenderung ditanam di lokasi yang datar dan beberapa diberi guludan, sedangkan yang ditanam di lahan yang miring, para petani membuat teras bangku. Jarak
tanam yang digunakan oleh para petani cenderung seragam, yaitu ± 100X100 cm. Perlakuan yang diberikan pada singkong berbeda di setiap daerah. Di
daerah Bogor, kebanyakan petani menggunakan pupuk kandang seperti kotoran sapi dan kambing ditambah dengan pupuk kimia seperti Urea, Ponska, dan TSP,
tetapi ada juga beberapa petani yang memilih untuk tidak memberi pupuk sedikitpun. Lahan singkong yang berada di daerah Karawang sebagian besar tidak
diberi pupuk. Pemupukan untuk lahan singkong daerah Sukabumi dilakukan dengan pemberian pupuk kandang pada awal penanaman dan selanjutnya
diberikan pupuk kimia, seperti Urea. Panen yang dilakukan di ketiga daerah penelitian tersebut sebagian besar dilakukan pada umur singkong 8-9 bulan.
Produksi singkong pada umur tanaman siap panen mencapai nilai rata-rata 33,4 tonha.
5.2 Produksi Singkong Teraan
Sampel yang diambil di lapang memiliki umur yang beragam. Untuk menghilangkan pengaruh faktor umur terhadap produksi singkong maka produksi
singkong harus ditera terhadap umur. Peneraan dilakukan agar produksi singkong yang satu dapat dibandingkan dengan produksi singkong yang lainnya Gambar
15.
Gambar 15. Hubungan umur dengan produksi singkong
Walaupun koefisien determinan R
2
sangat kecil namun cenderung produksi singkong dipengaruhi oleh umur. Dengan menggunakan persamaan Ý = -1,221x
2
+ 23,56x - 75,94 pada produksi singkong, maka akan didapatkan produksi singkong tera berdasarkan rumus:
Y
ti
= 33,24 + Yi – -1,221x
2
+ 23,56x - 75,94 Keterangan:
Y
ti
= Produksi teraan ke- i Yi = Produksi aktual pada umur ke- i
x = Umur bulan Dalam menentukan kualitas lahan yang dipersyaratkan untuk kesesuaian
lahan, maka selang produksi singkong untuk kelas S1 sangat sesuai adalah ≥80 dari produksi singkong teraan maksimum 75 tonha yaitu ≥60 tonha,
kelas S2 cukup sesuai adalah 60-80 dari produksi singkong teraan maksimum atau 45-60 tonha, kelas S3 sesuai marginal adalah 25-60 dari produksi
singkong teraan maksimum atau antara 18,75-45 tonha, dan kelas N tidak sesuai mempunyai selang produksi
≤25 dari produksi singkog teraan maksimum atau
y = -1,221x
2
+ 23,56x - 75,94 R² = 0,132
10 20
30 40
50 60
70 80
90
4 6
8 10
12
pr odu
ks i s
ingk ong
t on
ha
umur bulan
≤18,75 tonha. Data produksi singkong teraan maksimum disajikan pada Lampiran 23.
Tabel 4. Sekat produksi singkong untuk kelas kesesuaian lahan
Kelas Kesesuaian Lahan Produksi Singkong
Tonha Persentase Sangat sesuaiCukup sesuai
S1S2 60
80 Cukup sesuaiSesuai marjinal
S2S3 45
60 Sesuai marjinalTidak sesuai
S3N 18,75
25
5.3 Produksi Pati Singkong Teraan