Boundary Line Methods Metode Pembatasan Minimum

 Kelas N2: Tidak sesuai untuk selamanya, artinya lahan mempunyai pembatas permanen yang mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang. 3. Kesesuaian lahan pada tingkat sub-kelas menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan dalam masing-masing kelas. Setiap kelas dapat terdiri dari satu atau lebih sub-kelas, tergantung dari jenis pembatas yang ada. Jenis pembatas yang ada ini ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang ditempatkan setelah simbol kelas. Contohnya kelas S2 yang mempunyai pembatas kejenuhan basa n menjadi sub-kelas S2n. Dalam satu sub-kelas dapat mempunyai satu atau lebih simbol pembatas, dimana pembatas yang paling dominan ditulis paling depan. 4. Kesesuaian lahan pada tingkat unit menunjukkan perbedaan- perbedaan besarnya faktor penghambat yang berpengaruh dalam pengelolaan suatu sub-kelas. Pemberian simbol dalam tingkat unit dilakukan dengan penambahan angka-angka yang dipisahkan oleh strip dari simbol sub-kelas, contohnya S3r-2. Unit dalam satu sub- kelas jumlahnya tidak terbatas.

2.6 Boundary Line Methods

Boundary line methods adalah metode penarikan batas, dimana garis pembungkus dari diagram sebar menunjukkan hubungan antara produksi dan kualitas lahan. Garis tersebut membatasi data aktual lapang, sehingga sangat kecil peluangnya akan ditemukan data di luar garis tersebut. Garis batas ini menggambarkan hasil yang dapat terjadi pada produksi optimum dengan faktor- faktor pertumbuhan tertentu dan dapat digunakan untuk menetapkan kualitas lahan yang sesuai untuk mendapatkan produksi yang optimum. Diagram sebaran hasil yang direncanakan untuk mengatasi faktor pertumbuhan tanaman umumnya mencapai puncak pada tingkat optimum dari faktor pertumbuhan tertentu, dimana garis pembatas memisahkan data dari situasi nyata dan tidak nyata. Penggambaran seperti ini sangat bermanfaat dalam mendiagnosa kemungkinan perolehan produksi maksimum yang konsisten dengan nilai apapun dari faktor pertumbuhan tertentu yang dapat ditentukan Walworth et al., 1986.

2.7 Metode Pembatasan Minimum

Keseluruhan sifat fisik yang sesuai dari area lahan untuk tipe penggunaan lahan diambil dari yang paling membatasi kualitas lahan, yaitu kualitas lahan yang nilainya paling buruk. Metode ini memiliki keuntungan yaitu sederhana. Mengacu pada Hukum Minimum Law of the minimum Liebig bahwa jika tingkat kualitas- kualitas lahan tergambar menurut suatu standar satuan pengurangan hasil dan faktor-faktor hasil ini tidak saling berhubungan Alvyanto, 2010, maka dengan metoda ini akan diperoleh kelas yang sesuai. Praktek FAO secara umum, S1 sesuai untuk 80-100 dari hasil yang optimum, S2 pada 60-80, dan S3N pada 25-60. Tetapi beberapa faktor fisik tidak mempengaruhi hasil, mereka hanya membuat pengelolaan menjadi lebih sulit. Kerugiannya adalah metoda ini tidak membedakan antara area lahan dengan beberapa pembatas dan hanya memiliki satu pembatas, selama pembatas maksimum sama FAO, 1976 dalam Rossiter, 1994.

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lapang yaitu di Bogor, Karawang, dan Sukabumi. Pengamatan kadar pati dilakukan di Laboratorium BPTP Cimanggu Bogor. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2010 sampai September 2010.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah singkong Manihot utilissima . Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan pengamatan lapang dan laboratorium. Proses pengamatan lapang dilakukan pada singkong siap panen dengan mengamati ciri morfologi tanaman dan menimbang hasil produksi. Pengamatan yang dilakukan di laboratorium adalah uji kadar pati. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa alat lapang, seperti bor, cangkul, munsell, abney level, timbangan, dan plastik. Bahan lain yang digunakan adalah peta dasar lokasi Bogor, Karawang dan Sukabumi dan diolah menggunakan program Arcview dan Microsoft Excel pada komputer.

3.3 Pengambilan Sampel Tanah dan Umbi Singkong

Pengambilan sampel tanah dilakukan secara komposit pada setiap titik lokasi. Pengambilan tanah secara komposit dimaksudkan untuk mewakili jenis tanah di titik tersebut. Sampel tanah ini kemudian dianalisis di laboratorium untuk penetapan pH H 2 O, C-organik, N, KTK, KB, K, P, Al, dan tekstur tanah. Pengambilan sampel umbi dilakukan secara acak. Sampel umbi ini kemudian dianalisis di laboratorium untuk analisis kadar pati.

3.4 Metode Analisis

Umbi yang akan dianalisis laboratorium terlebih dahulu dijadikan tepung. Langkah yang dilakukan dalam pembuatan tepung adalah dengan pemotongan singkong secara tipis, pengeringan dengan oven pada suhu 90 C, dan kemudian digiling menjadi tepung. Umbi yang telah berbentuk tepung kemudian dianalisis kadar pati dengan menggunakan metode spektro. Data lapang dan data laboratorium diolah dengan menggunakan Microsoft Excel.