32
mudah untuk melakukan perbaikan. Informasi keempat adalah adanya progress report audit. Progress report audit ini dibutuhkan perusahaan untuk mengetahui perkembangan pengajuan
sertifikasi setelah dilakukan audit di perusahaan. Progress report ini akan membantu perusahaan untuk mengetahui kekurangan dan hasil audit yang dilakukan di perusahaan.
Informasi kelima yang dibutuhkan perusahaan adalah update list Lembaga Sertifikasi Halal yang diakui MUI. Informasi keenam adalah daftar produsen dan bahan bersertifikat halal
MUI. Sesungguhnya kedua informasi ini rutin diinformasikan oleh LPPOM MUI. Kedua informasi ini dapat diakses melalui website LPPOM MUI yaitu www.halalmui.org. Selain itu,
dapat pula dilihat di Majalah Jurnal Halal yang rutin diterbitkan oleh LPPOM MUI setiap dua bulan sekali. Setiap perusahaan yang sudah mendapatkan sertifikat halal secara otomatis akan
berlangganan Majalah Jurnal Halal. Kedua informasi tersebut dapat pula dilihat di Indonesia Halal Directory yang terbit setiap satu tahun sekali. Kebutuhan kedua informasi ini seharusnya
dapat terpenuhi oleh perusahaan. Hal ini mungkin dapat terjadi karena perusahaan tidak mengetahui cara untuk mendapatkan informasi-informasi tersebut. Sebaiknya, pihak LPPOM
MUI meningkatkan komunikasi kepada perusahaan mengenai informasi-informasi tersebut. Informasi lainnya yang dibutuhkan perusahaan adalah daftar bahan bersertifikat halal MUI
yang ada di daerah. Informasi ini dibutuhkan oleh restoran yang memiliki beberapa cabang di berbagai daerah. Hal ini berguna bagi mereka untuk menggunakan bahan-bahan yang halal,
karena ada beberapa bahan yang berasal dari daerah-daerah tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pula informasi bahan-bahan halal yang diakui oleh LPPOM Provinsi. Informasi lainnya adalah
konfirmasi waktu pelaksanaan audit. Hal ini akan berguna untuk menentukan kesepakatan antara pihak LPPOM dan perusahaan mengenai waktu pelaksanaan audit. Selain itu, pihak perusahaan
pun dapat mempersiapkan segala sesuatunya menjelang proses audit. Kebutuhan informasi-informasi di atas diharapkan dapat meningkatkan kualitas LPPOM
MUI sebagai lembaga sertifikasi halal. Adanya informasi-informasi tersebut dapat mempermudah perusahaan untuk mendapatkan sertifikat halal. Informasi-informasi tersebut sebaiknya dapat
dipenuhi oleh LPPOM MUI. Hal ini juga dapat bermanfaat untuk menjalin komunikasi yang baik antara perusahaan dengan pihak LPPOM MUI.
D. TINDAKAN PERBAIKAN SERTIFIKASI HALAL
Tindakan perbaikan memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan sertifikasi halal di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, percepatan proses
sertifikasi halal merupakan tindakan perbaikan yang paling banyak disarankan oleh para responden. Hal ini sesuai dengan permasalahan sertifikasi halal yang ditemukan pada tahap awal.
Waktu yang dibutuhkan dari awal pendaftaran hingga mendapatkan sertifikasi halal seringkali dikeluhkan oleh beberapa perusahaan. Salah satu faktor penyebabnya adalah belum adanya
standardisasi waktu proses sertifikasi halal yang jelas untuk mendapatkan sertifikat halal. Berdasarkan data LPPOM MUI tahun 2010, jumlah produk yang mendapatkan sertifikat
halal meningkat lebih dari 100 dari tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah produk bersertifikat halal ini perlu diimbangi dengan adanya percepatan proses sertifikasi halal.
Sehingga dalam waktu tiga minggu produsen sudah mendapatkan sertifikat halal dengan catatan tidak ada masalah. Percepatan proses sertifikasi halal ini akan meningkatkan jumlah produk
bersertifikat halal. Selain itu, percepatan sertifikasi akan memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk mendapatkan sertifikat halal.
Pertimbangan biaya sertifikasi halal merupakan tindakan perbaikan yang disarankan oleh perusahaan setelah percepatan proses sertifikasi halal. Harus diakui bahwa pembiayaan
33
sertifikasi halal adalah aspek yang selama ini menghambat penanganan kehalalan pangan, terutama bagi industri kecil. Hal ini sesuai dengan hasil identifikasi masalah proses sertifikasi
halal pada tahap awal. Kalangan dunia usaha pangan terutama industri kecil dan rumah tangga menganggap pembiayaan untuk penjaminan kehalalan produk adalah sebuah permasalahan
tersendiri. Dengan modal yang terbatas, industri kecil dan rumah tangga tidak akan mampu untuk melakukan proses sertifikasi kehalan produknya.
Berdasarkan data GAPMMI 2010, saat ini jumlah total industri pangan di Indonesia mencapai 1.159.983. Dari total industri tersebut tercatat industri skala rumah tangga mencapai
1.087.489, industri kecil sebesar 66.178, dan industri besar menengah sebesar 6.316 GAPMMI 2010. Hal ini menunjukkan bahwa hampir sebagian besar pelaku usaha di sektor pangan adalah
industri kecil dan rumah tangga. Oleh karena itu, diperlukan suatu kebijakan bagi mereka dalam hal pembiayaan sertifikasi halal.
Sebagai salah satu upaya untuk menyelesaikan permasalahan di atas, berdasarkan hasil penelitian Saifullah 2008 diperlukan peranan pemerintah untuk menerapkan kebijakan
penanganan kehalalan pangan. Pemerintah dan LPPOM MUI dapat bekerja sama agar proses sertifikasi halal dapat berjalan secara efektif dan efisien serta dapat diakses oleh seluruh dunia,
terutama bagi industri kecil. Upaya-upaya yang dapat dilakukan diantaranya pemberian fasilitas kemudahan subsidi pembiayaan sertifikasi halal bagi industri kecil, pembuatan mekanisme atau
standar baku penanganan kehalalan pangan, dan edukasi kepada dunia usaha tentang pentingnya sertifikasi halal.
Tabel 5 menunjukkan bahwa tindakan perbaikan yang perlu dilakukan oleh LPPOM MUI berbeda-beda. Hal ini tergantung pada klasifikasi perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian,
tindakan perbaikan berupa percepatan proses sertifikasi halal sangat diperlukan oleh industri pengolahan berskala besar dan kecil, industri bahan tambahan pangan, RPH, restoran, dan
katering. Sementara itu, pertimbangan biaya sertifikasi halal sangat diperlukan bagi industri pengolahan berskala kecil, industri bahan tambahan pangan, distributor, restoran, dan katering.
Tabel 5. Tindakan perbaikan yang diperlukan oleh responden
Jenis Perusahaan Tindakan Perbaikan
Industri pengolahan skala menengahbesar 1. Percepatan proses sertifikasi halal
2. Peningkatan kinerja LPPOM MUI 3. Peningkatan kualitas auditor
Industri pengolahan skala kecil 1. Pertimbangan biaya sertifikasi halal
2. Percepatan proses sertifikasi halal Industri bahan tambahan pangan
1. Percepatan proses sertifkasi halal 2. Peningkatan kinerja LPPOM MUI
3. Pertimbangan biaya sertifikasi halal Distributor
1. Pertimbangan biaya sertifikasi halal Restoran dan katering
1. Percepatan proses sertifkasi halal 2. Pertimbangan biaya sertifikasi halal
3. Peningkatan kinerja LPPOM MUI 4. Peningkatan kualitas auditor
Rumah Potong Hewan RPH 1. Percepatan proses sertifikasi halal
Sejauh ini kinerja LPPOM MUI untuk melayani perusahaan selama proses sertifikasi dinilai baik dan kooperatif oleh seluruh perusahaan yang menjadi responden. Para responden
menilai bahwa pihak LPPOM MUI sangat komunikatif untuk memberikan penjelasan-penjelasan
34
selama proses sertifikasi halal. Hal ini sangat membantu perusahaan terutama industri kecil untuk dapat menjalankan prosedur sertifikasi halal sesuai dengan standar yang telah ditentukan
oleh LPPOM MUI. Perusahaan berharap pihak LPPOM MUI dapat terus meningkatkan kinerjanya agar timbul kesan mudah bagi mereka yang mengajukan sertifikasi halal.
Selain itu, diperlukan peningkatan komunikasi lebih baik lagi dengan perusahaan terutama menyangkut dokumen atau proses sertifikasi halal. Salah satu cara untuk meningkatkan
kinerja LPPOM MUI adalah melakukan pelatihan bagi karwayan LPPOM MUI terutama bagi karyawan baru. Hal ini berguna untuk memberikan pengetahuan yang sama dengan karyawan
lain terutama dalam melayani perusahaan. Para responden pun menilai kualitas auditor dari Tim LPPOM MUI sangat baik dan
profesional selama proses audit berlangsung. Para auditor sering kali memberikan saran kepada perusahaan. Perusahaan berharap kompetensi dan profesionalisme auditor dapat terus
ditingkatkan. Hal ini berguna untuk meningkatkan kualitas auditor. Selain itu, dapat menciptakan kerja sama yang baik antara perusahaan dan auditor sehingga proses audit dapat berjalan dengan
lancar.
E. PERBANDINGAN SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI INDONESIA