34
selama proses sertifikasi halal. Hal ini sangat membantu perusahaan terutama industri kecil untuk dapat menjalankan prosedur sertifikasi halal sesuai dengan standar yang telah ditentukan
oleh LPPOM MUI. Perusahaan berharap pihak LPPOM MUI dapat terus meningkatkan kinerjanya agar timbul kesan mudah bagi mereka yang mengajukan sertifikasi halal.
Selain itu, diperlukan peningkatan komunikasi lebih baik lagi dengan perusahaan terutama menyangkut dokumen atau proses sertifikasi halal. Salah satu cara untuk meningkatkan
kinerja LPPOM MUI adalah melakukan pelatihan bagi karwayan LPPOM MUI terutama bagi karyawan baru. Hal ini berguna untuk memberikan pengetahuan yang sama dengan karyawan
lain terutama dalam melayani perusahaan. Para responden pun menilai kualitas auditor dari Tim LPPOM MUI sangat baik dan
profesional selama proses audit berlangsung. Para auditor sering kali memberikan saran kepada perusahaan. Perusahaan berharap kompetensi dan profesionalisme auditor dapat terus
ditingkatkan. Hal ini berguna untuk meningkatkan kualitas auditor. Selain itu, dapat menciptakan kerja sama yang baik antara perusahaan dan auditor sehingga proses audit dapat berjalan dengan
lancar.
E. PERBANDINGAN SISTEM SERTIFIKASI HALAL DI INDONESIA
DENGAN BEBERAPA NEGARA LAIN
Proses sertifikasi halal di Indonesia yang dilakukan oleh LPPOM MUI tergolong cukup ketat jika dibandingkan dengan beberapa negara lain. Misalnya saja, jika dibandingkan dengan
lembaga sertifikasi halal Malaysia yaitu Jabatan Kemajuan Islam Malaysia JAKIM dan lembaga sertifikasi halal Singapura yaitu Majlis Ugama Islam Singapura MUIS. Kedua
lembaga ini memiliki sistem sertifikasi yang lebih cepat dan memiliki standardisasi waktu setiap tahapan proses sertifikasi halal. Namun, terdapat perbedaan yang mendasar dengan LPPOM
MUI, yaitu pemberian keputusan kehalalan suatu produk ditentukan oleh para auditornya. Hal ini sangat berbeda dengan LPPOM MUI dalam menentukan keputusan kehalalan suatu produk
diserahkan kepada Komisi Fatwa MUI, bukan pada para auditornya. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sistem sertifikasi halal di Indonesia tergolong sangat ketat.
Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan wewenang antara pihak auditor dan Komisi Fatwa MUI. Selain itu, terdapat lembaga sertifikasi halal luar negeri yang hanya ditangani oleh dua
hingga tiga orang dan diragukan kredibilitasnya Sucipto 2009. Oleh karena itu, langkah LPPOM MUI dinilai tepat untuk tidak mengakui lembaga sertifikasi halal luar negeri yang tidak
sesuai dengan standar halal yang dilakukan oleh pihak LPPOM MUI. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu ditiru oleh LPPOM MUI dari sistem sertifikasi halal Malaysia JAKIM 2011 dan
lembaga sertifikasi halal Singapura MUIS 2011, diantaranya: 1. Menerapkan sistem pendaftaran sertifikasi halal secara online
2. Memiliki standardisasi waktu setiap tahapan proses sertifikasi halal 3. Memiliki rincian biaya sertifikasi halal untuk setiap jenis perusahaan atau industri
4. Menerapkan sistem E-learning atau E-service Poin-poin tersebut dapat dilihat pada website masing-masing lembaga sertifikasi halal,
yaitu www.halaljakim.gov.my untuk lembaga sertifikasi halal Malaysia dan www.muis.gov.sg untuk lembaga sertifikasi halal Singapura. Informasi-informasi yang tercantum pada website
kedua lembaga sertifikasi halal tersebut dinilai sangat lengkap dan informatif, baik bagi industri maupun masyarakat.
35
F. ALTERNATIF SOLUSI TENTANG PERMASALAHAN SERTIFIKASI