Sistem Pengawasan IDENTIFIKASI PERMASALAHAN SERTIFIKASI HALAL

29 tidak memungkinkan, maka LPPOM MUI akan mengirimkan sertifikat halal ke perusahaan yang bersangkutan. Penerbitan sertifikat halal ini tampaknya memiliki beberapa masalah bagi perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian, secara umum permasalahan yang hampir dialami oleh seluruh perusahaan adalah jangka waktu penerbitan sertifikat halal. Beberapa perusahaan mengeluhkan lamanya penerbitan sertifikat halal setelah komisi fatwa. Hal ini terjadi pula untuk produk ekspor karena harus melalui LPPOM Provinsi setempat. Bagi perusahaan yang letaknya jauh dari kantor LPPOM Jakarta, penyerahan sertifikat halal seharusnya dapat dikirim melalui pos agar memudahkan perusahaan. Selain itu, beberapa dari perusahaan memerlukan informasi dari pihak LPPOM MUI mengenai jangka waktu penerbitan sertifikat halal setelah proses audit. Sejauh ini, pihak LPPOM MUI belum dapat memperkirakan secara pasti tentang perkiraan waktu penerbitan sertifikat halal. Oleh karena itu, diperlukan perkiraan perincian waktu sertifikasi halal dari pihak LPPOM MUI. Hal ini dikarenakan pentingnya sertifikat halal bagi perusahaan, terutama bagi mereka yang akan mencantumkan logo halal pada kemasannya.

5. Sistem Pengawasan

Perusahaan yang telah mendapatkan sertifikat halal MUI berkewajiban untuk menandatangani surat perjanjian untuk tetap konsisten menggunakan bahan yang ada dalam Matrik Bahan. Jika perusahaan berencana melakukan perubahan, baik mengganti atau menambah bahan, maka wajib melaporkan terlebih dahulu kepada pihak LPPOM MUI sebelum digunakan dalam proses produksi atau pun trial produksi. Perusahaan dapat mengajukannya dalam bentuk Dokumen Permohonan Bahan Baku, kemudian dikirim via email ke alamat pengkajianlppomhalalmui.org. Kewajiban lain yang harus dipenuhi oleh perusahaan adalah mengimplementasikan Sistem Jaminan Halal sepanjang berlakunya sertifikat halal. Kemudian, menyerahkan laporan audit internal setiap enam bulan sekali setelah terbitnya sertifikat halal. Selain itu, organisasi manajemen halal di perusahaan wajib mengikuti pelatihan tentang Sistem Jaminan Halal minimal sekali dalam dua tahun. Tiga bulan sebelum berakhir masa berlakunya sertifikat halal, perusahaan harus mendaftar kembali untuk mendapatkan Sertifikat Halal yang baru. Prosedur pemeriksaan sama seperti pada saat pendaftaran produk baru. Perusahaan yang tidak memperpanjang masa berlaku sertifikat halal, tidak diizinkan lagi menggunakan Sertifikat Halal yang telah kadaluarsa. Pihak LPPOM MUI tidak bertanggung jawab mengenai status kehalalan produk tersebut. Berdasarkan data kuesioner, terdapat 34 responden dari berbagai perusahaan yang sebelumnya telah mendapatkan sertifikat halal. Berdasarkan data tersebut pula, dapat diketahui permasalahan yang dialami oleh perusahaan. Secara umum, permasalahan yang dialami oleh mereka adalah pada saat melakukan pengajuan bahan baru atau penggantian bahan. Permasalahan yang dihadapi adalah terkadang pihak LPPOM MUI memberikan tanggapan cukup lama perihal persetujuan penggunaan bahan. Hal ini tentunya akan menyebabkan perusahaan menunggu waktu yang lama pula untuk dapat mengetahui kepastian status kehalalan bahan tersebut. Bahan-bahan tersebut tentunya akan digunakan untuk proses produksi. Apabila respon dari LPPOM MUI lambat, maka 30 perusahaan belum diizinkan melakukan proses produksi dengan menggunakan bahan- bahan tersebut. Permasalahan lain adalah beberapa bahan baku belum memiliki sertifikat halal. Hal ini tentunya akan menghambat proses penggunaan bahan baku tersebut dan mengganggu proses sertifikasi halal. Permasalahan-permasalahan tersebut harus dapat ditangani sesegera mungkin. Respon yang cepat dalam menanggapi penggunaan bahan baru merupakan sesuatu yang penting bagi perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan solusi terbaik dari pihak LPPOM MUI.

C. INFORMASI SERTIFIKASI HALAL

Hasil penggalian informasi sertifikasi halal yang dilakukan dengan kuesioner untuk melihat permasalahan selama proses sertifikasi halal di Indonesia menunjukkan bahwa masih banyak terdapat kendala-kendala di setiap tahapan sertifikasi halal. Melalui hasil data kuesioner, terdapat perbedaan sumber informasi mengenai proses sertifikasi halal bagi masing-masing responden seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Sumber informasi tentang sertifikasi halal Jenis Perusahaan Sumber Informasi Industri besar atau menengah seminarpelatihan, instansi terkait, dan rekan pengusaha Industri kecil atau mikro instansi terkait, rekan pengusaha, dan media massa Industri bahan tambahan pangan seminarpelatihan dan media massa Distributor seminarpelatihan, instansi terkait, dan media massa Restoran dan katering seminarpelatihan, rekan pengusaha, dan media massa Rumah Potong Hewan RPH instansi terkait Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa media informasi melalui seminar atau pelatihan mendominasi beberapa perusahaan untuk memperoleh informasi terkait sertifikasi halal. Hanya saja untuk industri kecil dan RPH, informasi mengenai setifikasi halal mayoritas didapatkan melalui instansi terkait. Instansi terkait yang memungkinkan untuk memberikan informasi sertifikasi halal antara lain Departemen Kesehatan, Departemen Agama, BPOM, atau pun LPPOM MUI. Peranan seminar atau pelatihan sangat berguna bagi perusahaan untuk memperoleh informasi sertifikasi halal. Bentuk seminar atau pelatihan misalnya Pelatihan Sistem Jaminan Halal yang diselenggarakan oleh LPPOM MUI. Kegiatan ini akan memberikan pengetahuan bagi perusahaan dalam melakukan sertifikasi halal dan menyusun Sistem Jaminan Halal di perusahaan. Sosialisasi seputar pelatihan dan seminar sebaiknya lebih ditingkatkan kembali terutama bagi industri kecil dan RPH. Hal ini akan membantu mereka untuk memahami proses sertifikasi halal dan penyusunan Sistem Jaminan Halal. Selain itu, media informasi yang tak kalah pentingnya adalah media massa. Informasi sertifikasi halal dari media massa dapat diperoleh melalui iklan atau tayangan di televisi, radio, surat kabar, atau pun internet. Peranan media massa pun harus lebih ditingkatkan agar penyampaian informasi seputar sertifikasi halal, penyelenggaraan seminar atau pelatihan, atau pun kegiatan lainnya yang diselenggarakan oleh LPPOM MUI dapat diketahui oleh perusahaan dan masyarakat.

Dokumen yang terkait

Kewenangan LPPOM MUI dalam penentuan sertifikasi halal pasca berlakunya uu no.33 tahun 2014

4 90 0

SERTIFIKASI HALAL PADA PRODUK PANGAN STUDI PADA LEMBAGA PENGKAJIAN PANGAN OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA MAJELIS ULAMA INDONESIA LAMPUNG

0 3 14

Praktik Kerja Magang di Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) dengan Topik Khusus : Kajian Ilmiah Istiĥālah (Transformasi ) Babi

4 31 126

Analisis Proses Sertifikasi Halal dan Kajian Ilmiah Alkohol sebagai Substansi dalam Khamr di Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI)

2 13 328

SERTIFIKASI HALAL PRODUK LOKAL OLEH LEMBAGA PENGKAJIAN OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA (LP POM) MUI SUMATERA BARAT.

0 1 11

Eksistensi Dan Tanggungjawab Majelis Ulama Indonesia (Mui) Dalam Penerapan Sertifikasi Serta Labelisasi Halal Produk Pangan Di Indonesia ( Existence And Responsibility Of Majelis Ulama Indonesia (MUI) In Application And Certification Labeling Halal Food P

0 0 17

SERTIFIKASI HALAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (STUDY FUNGSI PENGAWASAN LEMBAGA PENGKAJIAN PANGAN, OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA MAJELIS ULAMA INDONESIA (LPPOM)) PROVINSI LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 1 115

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR PENGAJUAN SERTIFIKASI HALAL PADA PRODUK MAKANAN OLAHAN KERIPIK PISANG (Studi pada Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika) Majelis Ulama Indonesia ( LPPOM MUI) Provinsi Lampung - Raden Intan Repository

0 6 150

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENERAPAN SERTIFIKASI HALAL SUATU PRODUK DI INDONESIA (Studi pada Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan)

0 0 88

URGENSI PENERAPAN SERTIFIKASI HALAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TERHADAP PRODUK UMKM (STUDI DI KOTA MATARAM) JURNAL ILMIAH

0 2 18