7
2. Persyaratan Dasar
a. Persyaratan Dokumen Bahan Daftar Bahan beserta lampiran Sertifikat Halal, Alur Proses, Spesifikasi Teknis, pernyataan pork free facilities untuk bahan impor kritis,
matriks bahan. b. Persyaratan Dokumen Proses berupa diagram alir proses produk yang didaftarkan.
c. Persyaratan Dokumen FasilitasSarana dan Prasana Produksi pernyataan pork free facilities untuk produk yang akan disertifikasi.
d. Persyaratan Dokumen Produk Nama produk tidak berasosiasi dengan produk haram.
e. Persyaratan Manual Sistem Jaminan Halal dan bukti implementasi Sistem Jaminan Halal.
f. Perusahaan memiliki Auditor Halal Internal AHI dalam organisasi manajemen halal.
3. Kriteria Audit
a. Telah melengkapi semua dokumen halal untuk seluruh bahan yang digunakan. b. Telah memiliki Manual Sistem Jaminan Halal Perusahaan.
c. Telah menerapkan Sistem Jaminan Halal dengan status implementasi minimal “B”.
d. Telah menandatangani “Akad Sertifikasi” dan melunasi biaya yang telah disepakati.
4. Tahapan Proses Sertifikasi Halal
Secara umum proses sertifikasi halal dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu: 1
persiapan pengajuan sertifikasi halal, 2 pendaftaran sertifikasi halal, 3 audit Sistem Jaminan Halal, 3 audit di lokasi pabrik, 4 evaluasi rapat auditor, dan 5 penentuan
kehalalan oleh Sidang Fatwa MUI. Garis besar tahapan proses sertifikasi halal dapat dilihat pada Gambar 2 yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pendaftaran sertifikasi halal dapat dilakukan di tiga tempat, yaitu 1 BPOM, 2 LPPOM MUI Pusat, dan 3 LPPOM MUI Provinsi. Pendaftaran melalui BPOM
dilakukan untuk produk yang membutuhkan pencantuman label halal pada kemasannya dan dijual secara langsung untuk konsumsi masyarakat industri
pengolahan yang menghasilkan produk retail. Pendaftraran melalui LPPOM MUI Pusat dilakukan untuk industri pengolahan dan restoran yang memiliki jangkauan
pemasaran atau outlet lebih dari satu provinsi. Sementara itu, pendaftaran melalui LPPOM MUI Daerah dilakukan untuk industri pengolahan yang termasuk dalam
kelompok Air Minum Dalam Kemasan AMDK, bleaching earth, dan karbon aktif. Serta, restoran atau katering atau Rumah Potong Hewan RPH yang
memiliki jangkauan pemasaran atau outlet hanya pada provinsi tersebut pemasaran bersifat lokal di daerahnya.
b. Setiap produsen yang mengajukan permohonan Sertifikat Halal bagi produknya, harus mengisi borang yang telah disediakan. Borang tersebut berisi informasi
tentang data perusahaan, jenis dan nama produk serta bahan-bahan yang digunakan.
c. Borang yang sudah diisi beserta dokumen pendukungnya dikembalikan ke sekretariat LPPOM MUI untuk diperiksa kelengkapannya, dan bila belum
memadai perusahaan harus melengkapi sesuai dengan ketentuan. d. LPPOM MUI akan memberitahukan perusahaan mengenai jadwal audit. Tim
Auditor LPPOM MUI akan melakukan pemeriksaan atau audit ke lokasi produsen.
8
Pada saat audit, perusahaan harus dalam keadaan memproduksi produk yang disertifikasi.
e. Hasil pemeriksaan atau audit dan hasil laboratorium bila diperlukan dievaluasi dalam Rapat Auditor LPPOM MUI. Hasil audit yang belum memenuhi
persyaratan diberitahukan kepada perusahaan melalui audit memorandum. Jika telah memenuhi persyaratan, auditor akan membuat laporan hasil audit guna
diajukan pada Sidang Komisi Fatwa MUI untuk diputuskan status kehalalannya. f. Laporan hasil audit disampaikan oleh Pengurus LPPOM MUI dalam Sidang
Komisi Fatwa MUI pada waktu yang telah ditentukan. g. Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolak laporan hasil audit jika dianggap belum
memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan, dan hasilnya akan disampaikan kepada produsen pemohon sertifikasi halal.
h. Sertifikat Halal dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia setelah ditetapkan status kehalalannya dan status implementasi SJH oleh Komisi Fatwa MUI.
i. Sertifikat Halal dan Status Implementasi SJH berlaku selama dua tahun sejak tanggal penetapan fatwa.
j. Tiga bulan sebelum masa berlaku Sertifikat Halal berakhir, produsen harus mengajukan perpanjangan sertifikat halal sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan LPPOM MUI. Apabila produsen telah mendapatkan sertifikat halal, maka perlu diperhatikan
juga untuk masa berlaku, sistem pengawasan, dan prosedur perpanjangan sertifikat halal tersebut. Hal-hal yang perlu diketahui untuk masa berlaku sertifikat halal,
diantaranya : 1. Sertifikat Halal hanya berlaku selama dua tahun dan Surat Keterangan Halal
diberikan untuk setiap pengapalan untuk daging yang diekspor. 2. Tiga bulan sebelum berakhir masa berlakunya sertifikat, LPPOM MUI akan
mengirimkan surat pemberitahuan kepada produsen yang bersangkutan. 3. Dua bulan sebelum berakhir masa berlakunya sertifikat, produsen harus mendaftar
kembali untuk Sertifikat Halal yang baru. 4. Produsen yang tidak memperbaharui Sertifikat Halal, maka tidak diizinkan lagi
menggunakan Sertifikat Halal tersebut dan dihapus dari daftar yang terdapat dalam majalah resmi LPPOM MUI, Jurnal Halal.
5. Jika Sertifikat Halal hilang, pemegang harus segera melaporkannya ke LPPOM MUI.
6. Sertifikat Halal yang dikeluarkan oleh MUI adalah milik MUI. Oleh sebab itu, jika karena sesuatu hal diminta kembali oleh MUI, maka pemegang sertifikat wajib
menyerahkannya. 7. Keputusan MUI yang didasarkan atas fatwa MUI tidak dapat diganggu gugat.
9
Revisi
Produsen LPPOM MUI
Tidak Lengkap
Revisi
Revisi
Gambar 2. Diagram alir proses sertifikasi halal Pengajuan Sertifikasi Halal
Penyusunan Manual Halal dan Prosedur Baku Pelaksanaannya
Sosialisasi dan Uji Coba Manual Halal dan Prosedur Baku Pelaksanaannya
Audit Internal dan Evaluasi
Rencana Sistem Jaminan Halal
Cek Sistem Jaminan Halal
Evaluasi
Fatwa MUI Audit di Lokasi
Produksi
10
Perusahaan berkewajiban melakukan beberapa hal selama berada dalam sistem pengawasan LPPOM MUI, yaitu:
1. Mengimplementasikan Sistem Jaminan Halal sepanjang berlakunya Sertifikat Halal 2. Menyerahkan laporan audit internal setiap enam bulan sekali setelah terbitnya
Sertifikat Halal, 3. Melaporkan dan mendapat izin dari LPPOM MUI apabila melakukan perubahan
bahan, proses produksi, dan lainnya 4. Menandatangani perjanjian untuk menerima Tim Sidak LPPOM MUI.
Apabila masa berlaku sertifikat halal akan segera berakhir, maka perusahaan wajib melakukan perpanjangan sertifikat halal. Prosedur perpanjangan sertifikat halal diantaranya :
1. Produsen harus mendaftar kembali dan mengisi borang yang disediakan. 2. Pengisian formulir disesuaikan dengan perkembangan terakhir produk.
3. Produsen berkewajiban melengkapi kembali daftar bahan baku, matriks produk versus bahan serta spesifikasi, sertifikat halal, dan bagan alir proses terbaru.
4. Prosedur pemeriksaan dilakukan seperti pada pendaftaran produk baru.
F. INDUSTRI PANGAN DI INDONESIA
Perkembangan industri pangan di Indonesia cukup pesat. Industri pangan merupakan suatu kegiatan yang sangat luas. Di dalam kegiatan industri pangan, tidak hanya produksi,
pengolahan dan distribusi yang terlibat di dalamnya, tetapi juga banyak melibatkan kegiatan lain di luar teknologi hasil pertanian, antara lain industri pengepakan, industri zat-zat kimia yang
membuat zat pengawet, zat pewarna, dan lain-lain. Industri pangan menghasilkan berbagai produk pangan olahan dalam bentuk makanan tradisional maupun modern. Produksi pangan
olahan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Berdasarkan skala dan pola pertumbuhannya, industri pangan dikelompokkan menjadi:
1 industri pangan besar, 2 menengah dan kecil, 3 industri katering, 4 restoran dan hotel, serta 4 industri makanan jajanan atau rumah tangga Wirakartakusumah 1994. Selanjutnya
Wirakartakusumah mengemukakan bahwa konsumen di masa mendatang akan semakin menuntut mutu dan kesegaran pangan. Konsumen akan semakin khawatir mengenai kesehatan
dan gizi, keamanan pangan dan berbagai cemaran mikroba dan kimiawi yang mengganggu kesehatan atau menyebabkan penyakit, perhitungan harga serta kemudahan untuk menyiapkan
atau menghidangkannya. Dorongan ini akan membantu berkembangnya inovasi teknologi pangan yang menghasilkan beragam jenis dan bentuk pangan olahan untuk memenuhi keinginan
konsumen. Pertumbuhan industri pangan olahan tahun 2010 untuk skala besar dan menengah rata-
rata akan mencapai 10 hingga 15 persen. Sementara itu, untuk UKM Usaha Kecil Menengah sekitar tiga hingga lima persen. Pertumbuhan industri makanan dan minuman akan lebih banyak
menyebar di luar Pulau Jawa. Bentuk konsumsi masyarakat akan mengalami perubahan dari yang sebelumnya lebih banyak produk primer akan mulai bergeser ke produk olahan. Data
GAPMMI menyebutkan ada 1.159.983 industri pangan di Indonesia dengan total tenaga kerja mencapai 3.4 juta orang. Berdasarkan jumlah total industri tersebut tercatat jumlah industri skala
rumah tangga mencapai 1.087.489, industri kecil sebesar 66.178, dan industri besar menengah sebesar 6.316 GAPMMI 2010.