Standar Force majeure Analisis Penyelesaian Force Majeure dalam Produk Pembiayaan pada Bank Syariah

45 BAB III MODEL-MODEL PENYELESAIAN KASUS FORCE MAJEURE

A. Standar Force majeure

Force majeur atau “keadaan memaksa” adalah keadaan dimana nasabah terhalang untuk melaksanakan prestasinya karena keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya kontrak, keadaan atau peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada nasabah, sementara nasabah tersebut tidak dalam keadaan beriktikad buruk. Keadaan force majeure bisa dijadikan alasan pembebasan pemberian ganti rugi akibat tidak terlaksananya perjanjian atau akad. Dalam kasus force majeure sendiri memiliki beberapa ketentuan khusus, yakni 1 : 1. Dalam hal terjadinya force majeure, maka pihak yang terkena akibat langsung dariforce majeure tersebut wajib memberitahukan secara tertulis dengan melampirkan bukti-bukti dari Kepolisian Instansi yang berwenang kepada pihak lainnya mengenai peristiwa force majeuretersebut dalam waktu selambat-lambatnya 14 empat belas hari kerja terhitung sejak tanggal force majeureditetapkan. 2. Berita acara yang telah di tulis oleh nasabah akan diberikan kepada lembaga asuransi oleh pihak bank. Lembaga asuransi akan mencari kebenaran dan bukti-bukti kuat mengenai kronologis terjadinya force majeure pada nasabah, jika nasabah terbukti benar mengalami force 1 Hasyim, “Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah ”, diakses dari http:hasyimsoska.blogspot.co.id201107penyelesaian-sengketa-perbankan-syariah.html , pada tanggal 07 September 2016 pukul 15 : 31 WIB 46 majeure maka nasabah dapat mengklaim asuransi yang dapat digunakan sebagai salah satu jalan penyelematan pembiayaan nya kepada bank. 2 3. Keterlambatan atau kelalaian para pihak untuk memberitahukan adanya force majeuretersebut mengakibatkan tidak diakuinya peristiwa tersebut sebagai force majeure oleh pihak lain. 4. Segala dan tiap-tiap permasalahan yang timbul akibat terjadinya force majeure akan diselesaikan oleh nasabah dan bank secara musyawarah untuk mufakat. Hal tersebut tanpa mengurangi hak-hak bank sebagaimana diatur dalam Akad.

B. Kasus Force majeure dalam Akad Murabahah dan Mudharabah