Standar Penyelesaian Sengketa Pembiayaan

48 dilakukan.Force majeureini juga disebut Act of Nature yang dapat simpulkan peristiwa ini tidak bersifat mutlak atau relatif. c Menurut jangka waktu berlakunya 1 force majeure permanen Yaitu efek terjadinya force majure sampai kapan pun kontra tidak mungkin dilakukan lagi untuk memenuhi suatui prestasi kontrak yang telah dijanjikan. Misalnya jika barang yang merupakan objek dari kontrak tersebut musnah di luar kesalahan salah satu pihak 2 force majeure temporer Dimana terhadap pemenuhan prestasi dari kontrak tersebut tidak mungkin dilakukan untuk sementara waktu. Atau dengan kata lain, karena terjadi peristiwa tertentu di mana setelah peristiwa tersebut berhenti, prestasi tersebut dapat dipenuhi kembali. Beberapa kategori force majeure diatas dapat terjadi baik pada akad pembiayaan murabahah maupun akad pembiayaan mudharabah. Penyelesaian serta solusi yang akan di berikan oleh pihak perbankan syariah tentunya berdasarkan kondisi force majeureyang riil terjadi pada nasabah dan merujuk pada perundang-undangan dan ketentuan islam yang berlaku.

C. Standar Penyelesaian Sengketa Pembiayaan

Beragam penyebab terjadinya kasus force majeure dalam pembiayaan di ranah perbankantidak membedakan standar penyelesaian pembiayaannya. 4 Pada saat terjadinya force majeure pada pembiayaan di suatu bank, hal ini 4 Marnita, Legal Staff USPD Bank Muamalat Kc. Bandar Lampung, wawancara pribadi, Bandar Lampung 20 September 2016 49 dipastikan dapat menyebabkan timbulnya risiko gagal bayar atau permasalahan dalam pembiayaan tersebut. Penyelesaian kasus force majeure yang ditempuh oleh pihak bank tetap dilakukan secara musyawarah untuk mencapai mufakat tanpa mengurangi hak-hak Bank bahkan jika permasalahan sengketa antara nasabah dan pihak bank diselesaikan di Pengadilan, prosedur penyelesaian sengketa tetap mengikuti ketentuan sebagaimana telah diatur dalam Akad. 5 Menurut Buku Standar Produk Perbankan Syariah Murabahah, yang diterbitkan oleh OJK 6 , penyelesaian sengketa pada kasus pembiayaan bermasalah memiliki beberapa tahapan, yaitu : 1. Pengaturan mengenai penyelesaian sengketa antara pihak Bank dengan nasabah harus mengutamakan prinsip musyawarah mufakat. 2. Mekanisme musyawarah dilakukan dengan tujuan untuk memberikan solusi yang dianggap sesuai dengan kemampuan dan kondisi nasabah yang terkena force majeure. 3. Beberapa solusi yang ditawarkan bank dalam mekanisme musyawarah kepada nasabah seperti perpanjangan waktu pembayaran angsuran, perubahan jumlah angsuran, pemberian tambahan kredit, dsb. 4. Apabila mekanisme musyawarah belum berhasil, penyelesaian sengketa dapat dilakukan secara non litigasi misalnya melalui Badan Arbitrase 5 Rahmat S.S. Soemadipradja, “Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka”, 2010, diakses dari http:ditkumham.bappenas.go.idebookRestatement20Keadaan20Memaksa.pdf pada 9 Februari 2016 pukul 18 : 34 WIB 6 OJK, “Standar Produk Perbankan Syariah Murabahah”, diakses dari http:www.ojk.go.ididkanalsyariahberita-dan-kegiatanpublikasiDocumentsPagesBuku- Standar-Produk-Perbankan-Syariah-MurabahahBuku20Standar20Produk20Murabahah.pdf pada tanggal 24 Juli 2016 pukul 21 : 06 WIB 50 Syariah Nasional Basyarnas dan eksekusi atau putusan arbitrase syariah itu akan ditetapkan melalui Pengadilan Agama. 5. Apabila para pihak menyepakati untuk menyelesaikan sengketa melalui pengadilan, maka Bank dan Nasabah harus menyepakati dalam kontrak bahwa kewenangan untuk mengadili sengketa kontrak ini diselesaikan melalui Pengadilan Agama. 6. Pihak Bank tidak diperkenankan menuliskan klausula dalam kontrak yang membolehkan Bank melakukan eksekusi agunan dan jaminan secara langsung sesaat setelah terjadi tunggakan ataupun wanprestasi tanpa putusan pengadilan. 7. Pihak Bank tidak diperkenankan melakukan eksekusi agunan dan jaminan secara langsung sesaat setelah terjadi tunggakan ataupun wanprestasi sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan bahwa Nasabah lalai dan memberikan hak kepada Bank untuk eksekusi agunan dan jaminan. 8. Jika sampai tahap eksekusi agunan obyek pembiayaan danatau jaminan lainnya dilakukan, maka hasil eksekusi penjualanpelelangan tersebut diutamakan untuk memenuhi kewajiban Nasabah kepada Bank. Jika ada kelebihan nilai eksekusi maka dikembalikan ke Nasabah, jika masih kurang untuk memenuhi hak Bank maka hal itu tetap menjadi kewajiban Nasabah hingga Bank menghapuskan kewajiban tersebut. 51

D. Pola Penyelesaian Sengketa di Bidang Kontrak