Bentuk-bentuk Force majeure dalam Produk Pembiayaanpada Bank

menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan syariah yang bertindak sebagai pengelola. Banyaknya pembiayaan murabahah dan mudharabah yang disalurkan oleh bank syariah, tidak menutup kemungkinan bahwa bank syariah akan mengalami banyak risiko serta dampak yang berbeda-beda. Dampak negatif dari risiko ini dapat menyebabkan kendala yang menghambat kelancaran berjalannya pembiayaan tersebut. Pembiayaan bermasalah terjadi disebabkan berbagai hal yang mengakibatkan daya lancar pembayaran debitur kepada kreditur menurun atau macet. Kasus-kasusnya beragam, salah satunya disebabkan dari force majeure.

A. Bentuk-bentuk Force majeure dalam Produk Pembiayaanpada Bank

Syariah Bentuk-bentuk terjadinya force majeuredalam produk pembiayaan murabahah dan mudharabah di bank syariah dapat disebabkan oleh beragam hal. Dibawah ini adalah penjelasan bentuk-bentuk force majeureyang terjadi di bank syariah:

1. Pembiayaan Murabahah

a Kasus 1 Kasus force majeure ini terjadi pada pembiayaan hunian pada Bank Syariah Mandiri Kc. Bandar Lampung. Pembiayaan yang diberkan kepada nasabah memiliki jangka waktu kurang lebih 10 tahun dan sudah berjalan selama 4 tahun 3 bulan. Jenis force majeureyang terjadi adalah absolut-permanen berupa bencana tanah longsor. Bencana longsor yang terjadi di kecamatan Bumi Waras, kota Bandar Lampung pada tanggal 13 Oktober 2013 menimpa hunian nasabah pembiayaan griya BSM hingga musnah. Hunian tersebut masih memiliki sisa pembayaran selama 5 tahun 9 bulan. Peristiwa force majeure yang menimpa nasabah tersebut menjadi sebab menurunnya daya bayar nasabah yang menimbulkan permasalahan dalam pembiayaan. Pada kasus ini nasabah tidak memberi keterangan kepada pihak bank secara langsung.Mulai dari terjadinya longsor pada 13 Oktober 2013 hingga terhitung kurang lebih 1 bulan setelah kejadian tersebut. Setelah nasabah mengabarkan peristiwa force majeure yang menimpanya, pihak bank melakukan pengecekan lapangan, memanggil nasabah yang bersangkutan, melakukan musyawarah serta menuliskan berita acara yang selanjutnya akan diserahkan kepada pihak asuransi untuk di klaim dan dilakukan pemutihan pada sisa pembiayaannya. b Kasus 2 Kasus force majeure ini terjadi pada pembiayaan pembelian kendaraan bermotor pada Bank Muamalat Kcp. Bandar Lampung Pembiayaan yang diberkan kepada nasabah memiliki jangka waktu selama 5 tahun dan sudah berjalan selama 3 tahun. Jenis force majeure yang terjadi adalah subjektif-permanen berupa kematian nasabah pembiayaan. Kematian nasabah pembiayaan disebabkan oleh kecelakaan yang menimpa nasabah beserta dengan objek pembiayaan yang digunakan mobil.Peristiwa ini menyebabkan terhentinya kewajiban nasabah kepada pihak bank.Peristiwa kematian tersebut dikabarkan oleh keluarga dari pihak nasabah pembiayaan.Pihak keluarga nasabah memberikan keterangan dan menunjukkan sejumlah bukti berupa Surat Keterangan Kematian dari kelurahan setempat.Pihak bank memberikan rincian sisa kewajiban nasabah terhadap bank atas objek pembiayaanya.Pada kasus ini, nasabah masih mempunyai sisa pembiayaan beberapa bulan yang belum dibayarkan sebelum peristiwa kematiannya dan beberapa bulan selanjutnya yang seharusnya masih harus dibayarkan sampai habis masa pembayaran. Pihak bank dan keluarga nasabah melakukan musyawarah dan mencapai kesepakatan dengan jalan keluar dimana pihak keluarga nasabah hanya diberikan tanggungan pembayaran sisa bulan yang belum di bayarkan oleh nasabah pembiayaan hanya sampai waktu peristiwa kematian nasabah terjadi yang keseluruhannya dilunasi dengan klain asuransi dan sisa pembiayaan beberapa bulan berikutnya, yang seharusnya di lunaskan akan di putihkan oleh pihak bank.

2. Pembiayaan Mudharabah

a Kasus 1 Kasus force majeure ini terjadi pada pembiayaan modal kerja produktif berupa pendanaan usaha properti bangunan ruko pada Bank BJB Syariah Kcp. Supomo Jakarta. Jenis force majeure yang terjadi adalah absolut-temporer berupa bencana kebakaran tempat usaha nasabah. Pada kasus ini, nasabah memiliki 5 unit bangunan usaha ruko dalam satu area yang berdekatan.Bangunan ini di berikan pembiayaan oleh pihak bank.Masing-masing ruko tersebut dijual kepada pemilik usaha yang membutuhkan sepert usaha jual beli mobil, warung, dsb. Diluar kuasa nasabah pemilik ruko, 2 dari ruko tersebut mengalami kebakaran yang menyebabkan kerusakan berat. Terjadinya peristiwa ini menimbulkan daya bayar penyewa ruko kepada pemilik ruko menurun yang juga berakibat berkurangnya daya bayar pemilik ruko terhadap bank. Diluar permasalahan pihak penyewa ruko dengan pemilik ruko nasabah pembiayaan, pihak nasabah meminta keringanan dari pihak bank.Pihak bank melakukan tahap pengecekan lapangan, dan melakukan musyawarah dengan pihak nasabah. Bank berpendapat bahwa rusaknya fungsi dari 2 ruko tersebut mengakibatkan hampir setengah kemampuan pengembalian kewajiban nasabah kepada bank menurun. Musyawarah yang dilakukan antara pihak bank dengan nasabah menghasilkan suatu solusi berupa : kewajiban dana dari 2 ruko yang terbakar tersebut akan diselesaikan melalui jalur asuransi, sementara 3 ruko yang tersisa akan dilakukan tahapan rescheduling Spesifikasi keringanan tidak di sebutkan sesuai dengan permintaan nasabah melihat dari kondisi kemampuan nasabah dalam membayar, serta hasil perhitungan yang didapatkan dari bank.Setelah mendapatkan kabar mengenai peristiwa yang terjadi, pihak asuransi melakukan pengecekan dan prosedural klaim asuransi untuk membayar beban kewajiban 2 ruko yang terbakar sesuai dengan perhitungan yang telah didapatkan kepada pihak bank. b Kasus 2 Kasus force majeure ini terjadi pada pembiayaan usaha warung sembako mikro pada Bank Syariah Mandiri Kc.Bandar Lampung. Pembiayaan yang diberkan kepada nasabah memiliki jangka waktu kurang lebih 36 bulan pada tahun 2015 dan sudah berjalan selama kurang lebih 1 tahun. Jenis force majeure yang terjadi adalah absolut-temporer berupa bencana banjir yang terjadi pada 15 Maret 2016. Bencana banjir bandang di daerah aliran Sungai Belau melanda dua kecamatan di kota Bandar Lampung, salah satunya kecamatan Telukbetung barat. Banjir bandang ini juga merendam lokasi Usaha Warung Sembako milik nasabah pembiayaan. Secara fisik, bangunan tempat Usaha Warung Sembako masih utuh dan kokoh, hanya saja seluruh sembako yang akan dijual nasabah terendam banjir. Pemilik Usaha Warung Sembako masih memiliki sisa kewajiban yang belum dibayarkan sampai dengan tahun 2017. Banjir yang terjadi menjadi sebab menurunnya daya bayar nasabah kepada bank dan menimbulkan pembiayan bermasalah. Pada kasus ini, nasabah segera mengabarkan pihak bank beberapa waktu setelah terjadinya banjir dan pihak bank melakukan pengecekan lapangan, memanggil nasabah yang bersangkutan, melakukan musyawarah serta menuliskan berita acara. Permasalahan yang terletak pada kasus ini adalah pemilik Usaha Warung Sembako tidak mengasuransikan usahanya, alasannya adalah nasabah belum merasa perlu untuk mengasuransikan usahanya. Setelah terjadi nya banjir bandang, nasabah mengaku tidak mempunyai sumber penghasilan lain untuk membayar sisa kewajibannya kepada pihak bank. Langkah penyelesaian force majeure yang dilakukan oleh bank adalah dengan melakukan eksekusi terhadap BPKB motor nasabah yang di jaminkan dan melakukan pemutihan terhadap pembiayaannya c Kasus 3 Kasus force majeure ini terjadi pada pembiayaan usaha katering pada Bank Syariah Mandiri Kc. Bandar Lampung. Pembiayaan yang diberkan kepada nasabah memiliki jangka waktu kurang lebih 5 tahun dimulai pada tahun 2012 dan sudah berjalan selama kurang lebih 4 tahun. Jenis force majeure yang terjadi adalah absolut-temporer berupa bencana kebakaran sebagian operasional katering. Salah satu alat masak yang digunakan oleh Usaha Katering ini mengalami kerusakan yang menyebabkan kebakaran.Kebakaran tersebut menghanguskan sebagian fungsi dapur operasional Usaha Katering.Pemilik Usaha Katering masih memiliki sisa kewajiban yang belum dibayarkan sampai dengan tahun 2017. Kebakaran yang terjadi menjadi sebab menurunnya daya bayar nasabah kepada bank dan menimbulkan pembiayaan bermasalah. Pada kasus ini nasabah mengabarkan bahwa Usaha Katering yang dijalankannya mengalami kebakaran.Atas peristiwa yang dilaporkan, pihak bank menuliskan berita acara dan melakukan pengecekan lapangan kemudian memanggil nasabah yang bersangkutan untuk melakukan musyawarah. Atas permintaan nasabah, pembiayaan yang tersisa akan di rescheduling dengan keringanan berupa perpanjangan jangka waktu pelunasan utang pokok dan tunggakan, tunggakan bunga, serta perubahan jumlah angsuran. Hal ini dikarenakan efek force majeure tidak berlangsung permanen. Dalam kasus ini, setelah nasabah mampu memperbaiki kerusakan operasionalnya, maka pengembalian kewajiban tetap dilaksanakan.Nasabah masih mempunyai itikad baik dan dianggap mampu untuk melunasi kewajibannya. d Kasus 4 Kasus force majeure ini terjadi pada pembiayaan penjualan barang dagang pada Bank Syariah Mandiri Kc. Bandar Lampung. Pembiayaan yang diberkan kepada nasabah memiliki jangka waktu kurang lebih 10 tahun dan sudah berjalan selama 4 tahun 3 bulan. Jenis force majeure yang terjadi adalah relatif-temporer berupa kerusakan kualitas seluruh barang penjualan sehingga tidak dapat dijual kembali. Suatu peristiwa menimpa barang dagang milik nasabah Usaha Penjualan Barang sehingga tidak dapat di jual kembali karena kualitas barang tersebut rusak berat. Nasabah memberitahukan kepada pihak bank bahwa ia tidak dapat membayar kewajibannya kepada pihak bank karena peristiwa tersebut. Hal ini menjadi sebab menurunnya daya bayar nasabah kepada bank dan menimbulkan pembiayaan bermasalah. Setelah mandapat keterangan dari phak nasabah, pihak bank menuliskan berita acara, melakukan pengecekan lapangan dan melakukan musyawarah dengan nasabah.Pihak bank melihat nasabah masih dianggap mampu untuk membayar sejumlah kewajibannya, maka dari itu bank menawarkan tahap penyelesaian dengan jalur asuransi, baik penggantian stok barang sehingga nasabah dapat berjualan kembali atau pelunasan sisa pembayaran kepada pihak bank Dengan adanya pembiayaan bermasalah, bank diharuskan memberikan penanganan yang sesuai dengan pertimbangan kondisi nasabah.Beberapa dasar hukum mengenai ketentuan penyelesaian force majeure telah ditetapkann oleh yang berwenang.Al- qur’an serta hadist dapat menjadi landasan bagi bank syariah untuk mengambil suatu tindakan. Fatwa DSN MUI , UU, serta KUH Perdata juga menjadi dasar yang kuat untuk memberikan solusi yang tepat bagi kondisi nasabah pembiayaan bermasalah, dari hal tersebut perlu di uraikan mengenai kasus force majeure yang terjadi dalam produk pembiayaan murabahahdan mudharabah serta penyelesaian yang dilakukan oleh bank syariah dalam kasus serta dilakukan analisis terhadapnya.ada beberapa kasus force majeure yang menjadi sebab timbulnya permasalahan atau risiko permasalahan pada pembiayaan. Berikut tabel penjelasannya:

B. Model-model Penyelesaian Force majeuredalam Produk Pembiayaan pada