Menurut Hukum Islam Rukun dan Syarat Perkawinan

22 menularnya penyakit yang akan merugikan pasangannya dan keturunannya. Atau juga orang yang tidak mampu memnuhi nafkah lahir bathin pasangannya, serta kebutuhan biologisnya tidak mendesak maka orang tersebut haram untuk menikah. Dari beberapa definisi yang telah di uraikan di atas dapat di simpulkan bahwa suatu hukum perkawinan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan penjelasan sebelumnya. Apabila ia sudah memenuhi kriteria dengan beberapa hukum di atas maka dia harus melaksanakannya, dalam islam, perkawinan merupakan suatu yang sakral dan juga merupakan suatu untuk pengalaman ibadah kita kepada Allah SWT.

C. Rukun dan Syarat Perkawinan

1. Menurut Hukum Islam

Rukun dan syarat dalam Islam merupakan dua hal yang tidak dapat di pisahkan antar satu dengan yang lainnya, karena setiap aktifitas ibadah yang ada dalam ajaran Islam senantiasa ada yang namanya rukun dan syarat. Rukun yaitu sesuatu yang harus ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan Ibadah dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu adapun syarat yaitu sesuatu yang menetukan sah atau tidak-Nya suatu pekerjaan Ibadah, tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu.dan suatu pekerjaan Ibadah bisa dikatakan sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat. 32 32 Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana, 2006, cet.2, h., 45-46. 23 Adapun syarat merukan suatu yang mesti ada dakam perkawina dan merupakan salah satu bagian hakikat perkawinan tersebut misalnya syarat bahwa wali itu laki-laki, baligh, berakal dan seorang muslim yang sedang tidak ihram dan harus adil, ini menjadi penting Karen disini selain menjadi saksi perniakahan, wali mempunyai posisi atau hak penuh untuk mengijinkan kedua mempelai itu boleh menikah atau tidak. Para ulama bersepakat bahwa rukun dan syarat perkawinan itu terdiri dari beberapa bagian seperti: a. Calon suami, syarat-syaratnya; beragama Islam, laki-laki, jelas orangnya, baligh dapat memberikan persetujuan dan tidak terdapat halangan perkawinan. b. Calon isteri, syart-syaratnya; beragama, meskipun Yahudi maupun Nasrani, perempuan, jelas orangnya, baligh dapat diminta persetujuannya dan tidak halangan perkawinan. c. Wali nikah, syarat-syaratnya; laki-laki, dewasa, emmpunyai hak perwalian dan tidak terdapat halangan perwaliannya. d. Saksi nikah, syarat-syaratnya; minimal dua orang laki-laki, hadir dalam ijab qabul, dapat mengerti maksud akad, Islam dan dewasa. e. Ijab qabul, syarat-syaratnya: adanya pernyataan mengawinkan dari wali, adanya penerimaan dari calon mempelai, memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kedua kata tersebut, antara ijab dan qabul berkesinambungan, antara ijab dan qabul 24 jelas maksudnya, orang yang terkait dengan ijab qabul tidak sedang ihram atau haji dan majelis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimum empat orang yaitu, calon mempelai atau wakilnya, wali dari mempelai wanita dan dua orang saksi. 33 Kaitannya pada bidang perkawinan adalah bahwa rukun perkawinan merupakan sebagian dari hakikat perkawinan, seperti keharusan atau kewajiban ada kedua calon mempelai baik laki-laki dan perempuan, wali, ijab-qabul serta dua orang saksi. 34

2. Menurut Hukum Positif