Tujuan Perkawinan Tujuan Dan Hikmah Perkawinan

25 tempat tinggal orang yang melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dalam memberikan ijin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang tersebut dalam ayat dan pasal ini. e. Ketentuan tersebut ayat 1 sampai ayat 5 pasal ini berlaku sepanjang hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain. 35 Sedangkan dalam KHI kompilasi Hukum Islam pada bab IV tentang rukun dan syarat perkawinan bagian kesatu pasal 14 yaitu: Untuk melaksanakan perkawinan harus ada : a. Calon suami b. Calon isteri c. Wali nikah d. Dua orang saksi dan e. Ijab dan Kabul. 36

D. Tujuan Dan Hikmah Perkawinan

1. Tujuan Perkawinan

Tujuan lain dari perkawinan dalam islam ialah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan yaitu berhubungan diantara laki-laki dan wanita dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan 35 Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam: Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan,Hukum Perwakafan. Bandung: Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2008, cet.2, h. 81. 36 Kompilasi Hukum Islam, Hukum Perkawinan. Bab IV Rukun Dan Syarat Perkawian Bagian Ke Satu Pasal 14. 26 rasa cinta kasih sayang untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dalam ketentuan mengikuti ketentuan syara’ Dalam Kompilasi Hukum Islam KHI tujuan perkawinan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah. Sedangkan dalam undang-undang No 1 tahun 1974 bahwa tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga Rumah Tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Sedikitnya ada empat macam yang menjadi tujuan perkawinan keempat tujuan perkawinan itu hendaknya benar-benar dapat dipahami calon suami atau isteri supaya terhindar dari keretakan rumah tangga yang biasanya berakhir dengan perceraian yang dibenci oleh Allah SWT, yaitu: a. Menentramkan Jiwa Allah menciptakan hamba-Nya hidup berpasangan dan tidak hanya manusia saja, tetapi juga hewan dan tumbuh-tumbuhan. Hal itu adalah sesuatu yang alami yaitu pria tertarik kepada wanita dan begitu juga sebaliknya. Bila sudah terjadi akad nikah, si wanita merasa jiwanya tentram, karena merasa ada yang melindungi dan ada yang bertanggung jawab dalam berumah tangga. Si suami pun merasa tebtram karena ada pendampingnya untuk mengurus rumah tangga, tempat menumpahkan perasaan suka dan duka, dan teman bermusyawarah dalam menghadapi berbagai macam persoalan. 27 b. Mewujudkan melestarikan keturunan Biasanya sepasang suami isteri tidak ada yang tidak mendambakan anak untuk meneruskan kelangsungan hidup. Anak turunan di harapkan dapat mengambil alih tugas, perjuangan dan ide ide yang pernah tertanam di dalam jiwa suami atau isteri. Fitrah yang sudah dalam diri manusia ini di ungkapkan oleh Allah dalam firman- Nya: An-Nahl: 72                        Artinya: Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah c. Memenuhi Kebutuhan Biologis Hampir semua manusia yang sehat jasmaninya dan rohaninya. Menginginkan hubungan seks. Bahkan di dunia hewan pun berperilaku demikian. Keingin demikian adalah alami, tidak usah dibendung dan dilarang. Pemenuhan kebutuhan biologis itu harus di atur melalui lembaga perkawinan, supaya tidak terjadi penyimpangan, tidak lepas begitu saja sehingga norma-norma adat-istiadat dan agama dilanggar. 28 Kecenderungan cinta lawan jenis dan hubungan seksual sudah ada tertanam dalam diri manusia atas kehendak Allah. Kalau tidak ada kecenderungan dan keinginan untuk itu, tentu manusia tidak akan berkembang biak. d. Latihan Memikul Tanggung Jawab Apabila perkawinan di lakukan untuk mengatur fitrah manusia, dan mewujudkan bagi manusia itu kekekalan hidup yang diinginkan nalurinya tabiatnya, maka faktor keempat yang tidak kalah pentingnya dalam perkawinan itu adalah menumbuhkan rasa tanggung jawab. Hal ini berarti, bahwa perkawinna adalah merupakan pelajaran dan latihan praktis bagi pemikulan tanggung jawab itu dan pelaksanaan segala kewajiban yang timbul dari pertanggung jawaban tersebut. Pada dasarnya, Allah menciptakan manusia di dalam kehidupan ini, tidak hanya untuk sekedar makan, minum, hidup kemudian mati seperti yang dialami makhluk hidup lainnya. Lebih jauh lagi, manusia diciptakan supaya berpikir, menentukan, mengatur, mengurus segala persoalan, mencari dan memberi manfaat untuk umat. Sesuai dengan penciptaan manusia dengan segala keistimewaannya berkarya, maka manusia itu tidak pantas bebas dari tanggung jawab. Manusia bertanggung jawab dalam keluarga, masyarakat dan Negara. Latihan itu pula dimulai dari ruang lingkung yang terkecil lebih dahulu keluarga, kemudian baru meningkat kepada yang lebih luas lagi. 29 Keempat faktor yang terpenting, menentramkan jiwa, melestarikan keturunan, memenuhi kebutuhan biologis dan latihan bertanggung jawab, dari tujuan perkawinan tersebut perlu mendapat perhatian dan di renungkan matang-matang, agar kelangsungan hidup berumah tangga dapat berjalan lancer sebagaimana yang diharapkan. 37 Ada beberapa tujuan dari di isyaratkannya perkawinan atas ummat islam diantaranya adalah: Untuk mendapatkan anak keturunan yang sah bagi melanjutkan generasi yang akan datang sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa ayat 1 :                               Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki- laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama- Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu . QS. An- Nisaa’:1 37 M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, Jakarta: Siraja, 2003, cet.1, h., 13-21. 30

2. Hikmah Perkawinan