17
sebenarnya itu memerlukan penjelasan di luar dari kata itu sendiri. al-mahalliy,III,hlm.206
19
d.
Menurut Imam Hambali:
ع امتس اا ةعفنم يلع جي زت ا ظفلب قع هن اب اكنلا
20
“Nikah adalah suatu akad dengan menggunakan lafadz-lafadz inkah
atau tazwij untuk manfaat menikmati kesenangan”.
Sedangkan Dilihat dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa para ulama mutaqaddimin generasi awal,
memandang nikah hanya dari satu segi saja yaitu kebolehan hukum antara seorang laki-laki dengan seorang wanita untuk berhubungan yang
semula dilarang . Mereka tidak memperhatikan tujuan, akibat nikah tersebut terhadap hak dan kewajiban suami isteri yang timbul.
21
3. Menurut Hukum Adat
Kata melangkahi berasal dari kata langkah yang artinya adalah melewati atau mendahului. Disini ada tiga pengertian tentang melangkahi
yang pertama : melangkahi artiya mendahului kawin. Yang kedua: pelangkah artinya barang yang diberikan oleh calon pengantin pria
kepada kakak calon pengantin wanita yang belum menikah yang dilangkahi atau yang didahului kawin dan yang ketiga: pelangkahan
artinya proses, cara, perbuatan melangkahi atau melangkahkan,
19
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Jakarta Kencana, 2007, cet .2,h., 37
20
Abdurrahman Jaziri, Kitab Fiqh Al-Mazhab Al- Arba’ah Mishr: tp,t.th,, h., 4
21
Djama’an Nur, Fiqih Munakahat, Semarang : Dina Utama Semarang, 1993, cet.1, h., 3.
18
permulaan melakukan sesuatu pekerjaan: perjalanan.
22
Kaitannya dengan skripsi ini penulis mengambil pengertian yang pertama yaitu
melaangkahi atau mendahului kawin menikah. Sedangkan pernikahan menurut hukum adat adalah merupakan
peringatan adat dan sekaligus perikatan kekerabatan, jadi terjadinya pernikahan bukan semata-mata membawa akibat terhadap hubungan
keperdataan saja seperti hak dan kewajiban suami isteri, harta bersama, kedudukan anak, hak dan kewajiban orang tua, tetapi juga menyangkut
hubungan adat istiadat kewarisan, kekeluargaan, ketetanggaan , kekerabatan dan keagamaan.
23
Hukum adat merupakan hukum yang tidak tertulis juga disebut hukum non statutair yang tidak diundangkan. Kendati ada pula yang di
tulis, tetapi tetap dikatakan sebagai hukum non statutair. Lagi pula yang tertulis merupakan sebagian kecil saja dari hukum adat di Indonesia dan
yang tidak tertulis tetap bagian yang terbesar.
24
22
Kamus besar bahasa Indonesia, artikel diakses pada Mei 2016 dari http:www.kamusKbbi.web.idarti-kata-melangkahi-kamus-bahasa-indonesia-Kbbi.html.
23
Hilman hadikusuma, Hukum Perkawinan Di Indonesia Menurut Hukum Adat, Perundang-Undangan, Agama, ttp: mandar maju,tt, h., 8.
24
Soerojo Wignjodipoero, Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat,Jakarta, CV. Masagung, 1994, cet.XII,h., 22.
19
Menurut soepomo, hukum adat merupakan hukum non statutair, yang sebagian besar adalah hukum kebiasaan dan sebagian kecil adalah
hukum Islam .
25
4. Menurut Hukum Positif