41
D. Gambaran Umum tentang Pernikahan di Masyarakat Desa Legok
Seperti yang telah penulis jelaskan di atas bahwa para penduduk desa Legok atau masyarakat sunda masih sangat kental
kepercayaan nya dengan adat istiadat dan tradisi-tradisi yang hidup dan ada di desa mereka, khususnya dalam hal pernikahan. Bahkan
mereka mempunyai spesifikasi terhadap sebuah pernikahan, seperti yang telah penulis uraikan pada bab sebelumnya, pernikahan dalam
adat sunda di bagi menjadi dua, diantaranya sebagai berikut : 1.
Pernikahan Biasa Pernikahan yang aturan dan tata caranya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Negara ini 2.
Pernikahan Diam-Diam Pernikahan yang aturan dan tata caranya sesuai dengan adat
istiadat atau tradisi yang berlaku di daerah tersebut. Dalam pernikahan ini terbagi menjadi beberapa bagian atau beberapa
macam jenis pernikahan atau perkawinan, yaitu :
43
a. Kawin gantung
Kawin gantung adalah kawin yang ditangguhkan, baik itu kawinnya yang ditangguhkan maupun cara bergaulnya.
Maksudnya adalah adanya kesepakatan dari kedua orang tua dari dua orang anak kecil yang berlainan jenis laki-laki dan
perempuan yang mana kedua orang tua tersebut mempunyai
43
Proyek Invetarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jakarta, Upacara Perkawinan Jawa Barat, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta , 1982, h., 64-69.
42
rencana apabila dua orang anak kecil tersebut sudah dewasa, akan diikat kedalam sebuah ikatan pernikahan. Kesepakatan
ini dilakukan ketika kedua anak tersebut masih kecil dan belum mengerti akan arti dari sebuah ikatan pernikahan,
kesepakatan ini hanya dilaksanakan oleh kedua orang tua dari anak kecil tersebut dan disaksikan oleh sanak saudara dari
kedua belah
pihak yang
diikuti oleh
acara selamatan
sekedarnya saja, tanpa perlu dihadiri oleh petugas KUA. b.
Kawin ngarah gawe Perkawinan
yang dilakukan
oleh anak
perempuan yang belum dewasa dan belum akil baligh dengan seorang
laki-laki yang
dewasa, yang
sesudah perkawinan
dilangsungkan pengantin wanita wajib mondok atau tinggal di umah
mertuanya. Karena
pengantin perempuannya
belum balig, maka tidak dibolehkan adanya hubungan suami isteri
antara pengantin perempuan dan pengantin laki-laki. Tujuan sebenarnya adalah sang mertua menjadikan sang menantu
sebagai tenaga pembantu Ngarah Gawe baik itu untuk membantu di rumah ataupun di kebun. Tujuan awal dari
perkawinan ini adalah agar sang mertua mempunyai tenaga pembantu baik untuk di rumah ataupun di kebun, tanpa harus
memberikan upah atau gaji kepada menantunya.
43
c. Kawin Pendok Keris
Perkwinan yang dilakukan oleh orang yang sudah beristeri.
Maksudnya adalah
seorang suami
yang ingin
mempunyai isteri lagi tapi tak mau diketahui oleh isteri pertamanya. Cara yang dilakukan agar tidak diketahui oleh
isteri pertamanya adalah laki-laki tersebut tidak datang sendiri ke tempat calon istrinya dan melangsungkan akad nikah
bersama, melainkan mengutus orang lain sebagai wakilnya yang wakilnya tersebut membawa sebuah pendok keris
milik dari laki-laki tersebut. Jadi yang melakukan ijab qabul di depan penghulu atau KUA adalah sang wakil namun
dengan membawa pendok keris tersebut. Ini menandakan bahwa dia hanya mewakili pernikahan tersebut. Ada 2 alasan
kenapa bisa terjadi perkawinan semacam ini. Yang pertama karena mempelai pria menjaga martabatnya gengsi karena
harus menikah dengan wanita yang tidak selevel dengannya atau tidak sederajat dengannya. Yang kedua menjaga agar
jangan sampai
pernikahan tersebut
diketahui oleh
isteri, keluarga, maupun orang banyak.
d. Kawin sembunyi
Perkawinan yang
dilangsungkan oleh
suami yang
sudah beristeri, namun ingin menikah lagi tanpa diketahui oleh isteri sebelumnya, ini sama dengan kawin pendok keris
44
hanya bedanya
pengantin pria
datang sendiri
untuk melangsungkan perkawinan tanpa harus diwakili.
e. Kawin dengan pria pendatang
Perkawinan yang dilangsungkan oleh orang tua sang gadis kepada pria pendatang atau tamu dari daerah lain.
f. Ditarik kawin
Khusus untuk ditarik kawin ada 2 presepsi : 1
Ditarik kawin I Perkawinan
yang dilakukan
karena dorongan
atau adanya
desakan dari
kedua orang
tua calon
pengantin, khususnya orang tua pengantin wanita kepada pengantin pria, karena mereka menganggap hubungan
yang terjalin sudah cukup lama namun belum juga diresmikan, apabila sang pengantin pria belum siap atau
orang tuanya belum siap secara materi, maka orang tua dari pengantin wanita siap menanggung semua beban
biaya pernikahan dan segala resikonya asalkan pernikahan tersebut bisa segera dilangsungkan.
2 Ditarik Kawin II
Perkawinan yang
dilangsungkan karena
sudah terjadi kehamilan sebelum menikah, akibat dari sudah
terlalu lama bergaul atu berhubungannya kedua pasangan tapi belum juga menikah. Pernikahan ini diminta oleh
45
orang tua perempuan kepada orang tua laki-laki sebagai sebuah bentuk tanggung jawab. Perkawinan ini biasanya
dilakukan tanpa adanya resepsi atau berlangsung biasa- biasa saja karena orang tua dari kedua pengantin malu.
g. Kawin kias
Menurut adat, perkawinan ini juga disebut kawin tamba karunghal. Digunakan istilah kias karena itu merupakan kiasan agar
adiknya tidak kawin mendahului kakaknya. h.
Kawin panyela Perkawinan yang mengunakan orang ketiga. Perkawinan ini
dilakukan oleh suami yang telah mentalak isterinya dengan talak tiga, namun ingin rujuk kembali dengan isterinya, oleh karena itu
sang isteri harus menikah dulu dengan orang lain kemudian setelah habis masa iddahnya orang tersebut harus menceraikan sang wanita,
agar dapat menikah lagi dengan suaminya , oleh karena itu orang lain tersebut adalah orang suruhan suami. Untuk segala biaya
perkawinan orang suruhan tersebut yang menanggung atau yang membayar akan tetapi orang suruhan tersebut mendapatkan upah
dari sang suami yang menyuruhnya , jadi setelah habis masa iddahnya sang suami bisa langsung menikah lagi dengan mantan
isterinya.
46
i. Kawin tua sama tua
Perkawinan yang dilakukan oleh duda yang sudah tua dengan janda yang sudah tua pula.
j. Nyalindung ka gelung
Perkwinan Nyalindung Ka Gelung menurut bahasa Indonesia adalah berlindung di bawah sanggul. Artinya
salah seorang suami yang menikahi isterinya, namun sang isteri lebih kaya dan mempunyai kemampuan yang lebih dari
suaminya, oleh karena itu di pribahsakan berlindung di bawah sanggul isterinya.
k. Manggih kaya
Perkawinan ini adalah kebalikan dari Nyalindung Ka Gelung, yaitu perkawinan antara laki-laki yang kaya dengan
perempuan yang miskin, nagi perkawinan ini juga tidak ada syarat yang nyata, ini hanya pendapat di lingkungan hukum
yang berlaku disana, bila perkawinan yang seperti ini bisa di sebut demikian.
l. Kawin turun ranjang
Maksudnya adalah perkawinan yang terjadi apabila sang pengantin laki-laki menikah lagi dengan adik dari
mantan istri atau sebaliknya sang isteri menikah lagi dengan adik mantan suaminya.
47
m. Kawin naek karanjang
Ini merupakan kebalikan dari kawin turun ranjang, yaitu perkawinan yang terjadi apabila sang pengantin laki-laki
menikah dengan
kaka perempuan
dari mantan
isterinya sebaliknya juga apabila sang pengantin wanita ingin menikahi
kakak mantan suaminya maka ini disebut kawin naek ranjang Tidak hanya ada macam macam dalam spesifikasi dalam
pernikahan, namun ada juga beberapa upacara kebudayaan yang mewarnai
pernikahan kedua
calon mempelai,
rangkaian demi
rangkaian upacara adat ini harus dilakukan bagi kedua mempelai baik dilakukan
sebeluma ataupun
dalam proses
pernikahan mereka.
Berikut adalah tata caranya
44
: 1.
Nendeun omong . Pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria yang
berniat mempersunting seorang gadis yang akan di nikahinya. 2.
Lamaran Dilaksanakan orang tua calon pengantin beserta keluarga
dekat. Disertai tokoh masyarakat sebagai pemimpin acara disertai dengan pemberian pengikat cincin tunangan yang diberikan oleh
calon suami kepada calon istrinya
44
Saadah Soepomo, Dkk, Pandangan Generasi Muda Terhadap Upacara Peekawinan Di Kota Bandung, Jakarta, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1998, h., 32-35.
48
3. Seserahan. 3 – 7 hari sebelum pernikahan
Calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan, parcel-parcel dan lain-
lain. 4.
Ngeyeuk Sereuh. Dilakukan sebelum melakukan seserahan, diserahkan 3-7
hari sebelum pernikahan, apabila tidak dilakukan maka seserahan dilaksanakan sesaat sebelum akad nikah.
5. Membuat lungkun
Dua lembar daun sirih bertangkai saling dihadapkan, digulung menjadi satu memanjang, diikat dengan benang kanteh,
diikuti kedua orang tua dan para tamu yang hadir. 6.
Saweran Berebutan Uang Saweran Melambangkan
berlomba dalam
mencari rizki
dan disayang oleh keluarga.
7. Upacara Prosesi Pernikahan.
a. Penjemputan calon pengantin pria oleh utusan dari pihak
wanita. b.
Ngabaengken. Ibu
calon pengantin
wanita menyambut
dengan pemberian kalung bunga melati kepada calon pengantin pria,
kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk menuju ke pelaminan.
49
c. Akad Nikah.
Petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada di tempat nikah. Kemudian orang tua mempelai wanita
menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu didudukan di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi oleh tiung
panjang Kerudung Panjang, yang berarti penyatuan dua orang insan yang masih murni. Kemudian kerudung baru akan
dibuka saat kedua mempelai akan mentandatangani surat nikah.
d. Sungkeman.
Kedua mempelai masing-masing memohon restu kepada orang tua mereka.
e. Wejangan.
Dilakukan oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya, yang ditujukan sebagai wejangan bagi kedua mempelai tersebut.
f. Saweran
Kedua pengantin didudukan di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan, pantun berisi petuah utusan orang tua
pengantin wanita, kedua pengantin dipayungi payung besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas payung.
Setelah penulis menguraikan tata cara yang terjadi pada saat pernikahan di desa tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa setiap
rangkaian prosesi acara pernikahan memiliki nilai tersendiri bagi
50
kedua mempelai. Mulai dari do’a agar memperoleh rezeki yang melimpah, memiliki keturunan yang soleh yang akan berguna bagi
orang tua dan bangsa, menjadi keluarga sakinah mawaddah dan rahmah dan di rahmati dan di berkahi oleh Allah, yang semuanya
dilakukan dengan suka cita dan penuh dengan kekhidmatan dengan harapan supaya apa yang telah mereka laksanakan tersebut dapat
terwujud dan menjadi suatau hal yang baik bagi kelangsungan pernikahan mereka ke depannya dan agar nantinya mereka menjadi
keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah. Dari
serangkaian upacara
pernikahan yang
telah penulis
uraikan di atas, dapat diambil beberapa nilai filosofis yang dapat kita pelajari serta kita ambil hikmahnya diantaranya sebagai berikut:
1. Sungkeman dan wejangan
Ini dapat
diartikan bahwa
sang mempelai
masih menghormati jasa-jasa para kedua orang tua dari para mempelai
dan mengharapkan nasihat atau petuah yang dapat di contoh atau di teladani oleh kedua mempelai untuk menjalani kehidupan
rumah tangga mereka. 2.
Pembuatan lungkun Ini dimaknai dengan maksud atau tujuan apabila kedua
mempelai di masa depannya dalam berumah tangga mempunyai rezeki yang berlebih maka mereka dapat membantu keluarganya
atau membagi-bagikan kepada orang yang membutuhkan bantuan
51
3. Lamaran.
Melambangkan kemantapan,
keseriusan dan
keabadian dalam menjalankan kehidupa berumah tangga.
Semua prosesi
yang dilakukan
diatas, selain
untuk menghormati dan mentaati adat istiadat yang berlaku di desa legok
kabupaten tangerang, namun juga untuk mengaharapkan ridho dan restu dari banyak orang dan Allah SWT, agar pernikahan mereka
dapat berjalan dengan baik dan menjadi keluarga sakinah, mawaddah warrahmah.
52
BAB IV PERNIKAHAN MELANGKAHI KAKAK KANDUNG DI DESA LEGOK
A. Definisi Pernikahan Melangkahi Kakak Kandung
Pernikahan melangkahi kakak memiliki beberapa suku kata yang masing-masingnya memiliki arti. Untuk mengartikan pernikahan melangkahi
kakak kandung, penulis menguraikan satu persatu dari suku kata tersebut. Pertama, arti kata pernikahan, pernikahan memiliki asal kata nkah yaitu
perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami isteri dengan resmi. Pada kata pernikahan, asal kata nikah ditambahi imbuhan per
– an sehingga menjadi kata pernikahan yang artinya hal perbuatan nikah.
45
Kedua, arti melangkahi. Melangkahi memiliki arti asal kata langkah yaitu gerakan kaki ke depan, ke belakang, ke kiri, ke kanan. Pada kata
melangkahi asal kata langkah ditambahi dengan imbuhan me – I sehingga
menjadi kata melangkahi yang artinya melewati, melalui, menyalahi, melanggar, mendahului kawin, memperoleh sesuatu, dsb, melewatkan tidak
mengikutsertakan.
46
Ketiga, arti kata kakak. Kakak artinya saudara tua menurut silsilah, panggilan kepada orang yang dianggap lebih tua, panggilan kepada suami.
47
45
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998, h., 614.
46
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998, h., 494-495.
47
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998, h., 378.