dari suatu rangkaian reaksi biokimia yang kompleks. Reaksi-reaksi tersebut dapat berupa katabolisme maupun anaboisme. Pada reaksi katabolisme, bahan organik
dipecah untuk menghasilkan energi. Sedangkan pada reaksi anabolisme, energi digunakan untuk sintesis sel baru.
COD Chemical Oxygen Demand menggambarkan total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik yang bersifat biodegradable dan
non biodegradable secara kimiawi.
2.2. Kangkung air Ipomoea aquatica
Kangkung air Ipomoea aquatica memiliki bentuk batang yang panjang, berlubang dan berair. Daunnya berbentuk lebih tumpul dibandingkan dengan
bentuk daun kangkung darat yang panjang dan runcing. Bentuk bunganya seperti corong dan berwarna putih kemerahan. Kangkung air tumbuh merambat atau
membelit di permukaan air. Pertumbuhan kangkung air sangat dipengaruhi oleh suhu. Pada daerah
tropika basah, kangkung air tumbuh baik pada suhu 28 – 35 C. Suhu
pertumbuhan optimum kangkung air pada daerah savana saat musim panas adalah 30 – 40
C dan 20 – 30 C pada saat musim dingin. Sedangkan pada daerah
pegunungan, kangkung air dapat tumbuh baik pada suhu 15 – 30 C. Namun pada
umumnya kisaran suhu optimum untuk budidaya kangkung air adalah 25 – 30 C
Rini 1998. Selain suhu, faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
kangkung air adalah kekeruhan. Air yang keruh menyebabkan batang kangkung air membusuk dan akhirnya mati. Hujan selama 3 – 4 hari dalam seminggu dapat
merusak tanaman kangkung air Irwan 1994 dalam Rini 1998. Kangkung air dapat dibiakkan dengan cara stek dan melalui biji.
Pertumbuhan kangkung air yang dibiakkan melalui stek pucuk tanaman lebih cepat dibandingkan yang dibiakkan melalui stek pangkal tanaman. Sedangkan
kangkung air memiliki pertumbuhan yang paling lambat jika dibiakkan melalui biji Widjaja 2004.
Gambar 2. Kangkung air Ipomoea aquatica Dokumentasi pribadi 2008
2.3 Bacillus sp.
Bacillus sp. merupakan salah satu bakteri aerob atau fakultatif aerob yang
bermanfaat dalam pengolahan air limbah organik Pelczar and Reid 1958. Bentuk sel Bacillus sp. seperti batang dengan ujung sel tampak persegi, bundar,
meruncing atau lancip seperti ujung cerutu Pelczar and Chan 1986. Bacillus
sp. termasuk bakteri gram positif dan apabila berada pada kondisi lingkungan yang buruk, selnya akan memproduksi endospora berbentuk oval yang
dapat beristirahat dorman dalam waktu yang panjang. Menurut Cohn 1872. dalam http:www.wikipedia.org, klasifikasi Bacillus sp adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Divisi : Firmicutes
Klas :
Bacilli Ordo
: Bacillales
Famili : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Seperti bakteri pada umumnya, Bacillus sp. memiliki 4 fase pertumbuhan selama hidupnya Gambar 4, diantaranya Metcalf dan Eddy 2003 :
1. Fase lag. Merupakan tahapan pertama kali bakteri diinokulasikan ke dalam
media tumbuh. Fase ini menggambarkan waktu bakteri untuk melakukan
aklimatisasi terhadap lingkungan baru. 2.
Fase log growth. Disebut juga fase pertumbuhan cepat. Selama tahap ini sel bakteri menggandakan diri dan dikenal sebagai generation time.
3. Fase stasioner. Pada fase ini jumlah bakteri akan konstan. Hal ini dapat
terjadi karena dua hal : a sel bakteri kekurangan nutrien untuk tumbuh, dan b pertumbuhan sel bakteri menurun, disebabkan adanya sel yang mati atau
sudah tua. 4.
Fase log death. Selama fase ini rata-rata kematian bakteri melebihi produksi sel baru. Disebut juga fase kematian atau death phase. Fase ini merupakan
kebalikan dari fase log growth.
Gambar 3. Bacillus sp. Dokumentasi Apriadi 2008
Gambar 4. Kurva pertumbuhan bakteri http:www.corrosion-club.com
2.4. Pengolahan air limbah secara biologi 2.4.1. Proses penguraian bahan organik oleh bakteri