V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pengolahan air limbah secara biologi dengan memanfaatkan Bacillus sp. dan kangkung air Ipomoea aquatica atau gabungan keduanya setelah diaerasi
selama 12, 24, 48 dan 72 jam memiliki kemampuan mereduksi bahan pencemar yang berbeda-beda. Perlakuan Bacillus sp. – kangkung air Ipomoea aquatica
setelah diaerasi selama 12 jam merupakan perlakuan yang paling efektif dalam menurunkan bahan pencemar TSS 98,07 , BOD 96,68 , dan COD 74,39
jika dibandingkan dengan perlakuan ketiga perlakuan lainnya. Kandungan TSS dan BOD telah memenuhi baku mutu, sedangkan nilai COD air limbah
olahan masih berada di atas baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
5.2. Saran
1. Sebagian bakteri yang mengendap pada dasar bak pengolahan dapat
dimanfaatkan untuk pupuk. 2.
Kangkung air Ipomoea aquatica yang digunakan dalam pengolahan air limbah pada percobaan ini memiliki nilai sampingan yang bermanfaat, yaitu
adanya penambahan bobot kangkung yang dapat dipanen untuk dikonsumsi manusia. Untuk memperoleh hasil panen kangkung air Ipomoea aquatica
yang lebih tinggi, maka disarankan untuk mengggunakan kangkung air Ipomoea aquatica dalam jumlah lebih banyak pada awal percobaan,
sehingga saat panen akan dihasilkan kangkung air Ipomoea aquatica dalam jumlah lebih banyak pula.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, A. 2008. [Skripsi]. Kemampuan Bakteri Enterobacter sp. Sebagai Bioremediator dalam Penanganan Pencemaran Limbah Minyak Nabati.
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
APHA. 2005. Standard Methods for Exemination of Water and Wastewater. 21
st
ed. APHA American Public Health Association, AWWA American Water Works Association, and WPCF Water Pollution Control
Federation: Washington D.C. Apriadi, T. 2008. Kombinasi Bakteri dan Tumbuhan Air sebagai Bioremediator
dalam Mereduksi Kandungan Bahan Organik Limbah Kantin. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor: Bogor. Boyd, C.E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing.
Auburn University Agricultural Experiment Station, Alabama, USA. Citroreksoko, P. 1996. Pengantar Bioremediasi. Prosiding Pelatihan dan
Lokakarya : Peranan Bioremediasi dalam Pengelolaan Lingkungan. Puslitbang Bioteknologi LIPI, BPPT, dan Hanns Seidel Foundation :
Cibinong, Bogor Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius: Yogyakarta Gandjar, I.., W. Sjamsuridzal, dan A. Oetari. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 238 Halaman Hindarko, S. 2003. Mengolah Air Limbah Supaya Tidak Mencemari Orang Lain.
Penerbit ESHA : Jakarta http:www.wikipedia.org [30 Des 2008 07.35 WIB]
http:www.corrosion-club.comwaterbactgrowth.htm [12 Des 2008 10:57 WIB] Ishartanto, W. A. 2009. Pengaruh Aerasi dan Penambahan Bakteri Bacillus sp.
dalam Mereduksi Bahan Pencemar Organik Air Limbah Domestik. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor: Bogor. Ismanto, N. F. 2005. Pemanfaatan Eceng Gondok Eichornia crassipes, Kayu
Apu Ipomoea aquatica, dan kangkung Ipomoea aquatica secara Bertahap dalam Memperbaiki Kualitas Air Limbah Kantin. [Skripsi].
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor: Bogor. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 52 Tahun 1995 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik. Dalam Himpunan Peraturan pengelolaan Lingkungan Hidup 2002-2004. Penerbit CV. Eko Jaya :
Jakarta. Hal. 372-377 Khiatuddin, M. 2003. Melestarikan Sumberdaya Air dengan Teknologi Rawa
Buatan. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. 253 h. Mattjik, A. A. dan I. M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan
Aplikasi SAS dan Minitab. IPB Press: Bogor. 282 h. Metcalf dan Eddy. 2003. Wastewater Engineering Treatment and Use. 4
th
edition. McGraw-Hill Companies, Inc : New York.
Muchtar. 2007. Penggunaan Bakteri Kultur Alami Alcagines sp., Bacillus sp., dan Chromobacterium sp. dalam pengolahan Air Limbah Rumah Makan
Kantin. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Mursalin. 2007. Pemanfaatan Kayu Apu Cabomba, Kiambang Salvinia molesta
, dan Gulma Itik Lemna perpusila dalam Memperbaiki Kualitas Air Limbah Kantin. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 39 Tahun 2000 tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air pada Sungai Citarum dan Anak-Anak Sungainya di Jawa
Barat. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Diterjemahkan
oleh: R.S. Hadioetomo, T. Imas, S.S. Tjirosomo, dan S.L. Angka. UI Press. Jakarta.
Pelczar, M.J. dan R.D. Reid. 1958. Microbiolgy. MC Grawhill Book Company, Inc. London
Pillay, T. V. R. 2004. Aquaculture and The Environmental. Blackwell Publishing Ltd. Oxford
Rini, Z. 1998. Pemanfaatan Kayu apu Cabomba Forsk. untuk Mengolah Limbah
Cair PT. INTIDAYA AGROLESTARI, Bogor. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor: Bogor. Sa’id, G. E. dan A. M. Fauzi. 1996. Bioremediasi dengan Mikroorganisme.
Prosiding Pelatihan dan Lokakarya : Peranan Bioremediasi dalam Pengelolaan Lingkungan. Puslitbang Bioteknologi LIPI, BPPT, dan Hanns
Seidel Foundation : Cibinong, Bogor Sidharta, B. R. 2000. Pengantar Mikroba Kelautan. Universitas Atmajaya
Yogyakarta : Yogyakarta Sugiharto. 1987. Dasar – Dasar pengolahan Air Limbah. Penerbit Universitas
Indonesia UI – Press: Jakarta Subroto, M. A. 1996. Fitoremediasi. Prosiding Pelatihan dan Lokakarya : Peranan
Bioremediasi dalam Pengelolaan Lingkungan. Puslitbang Bioteknologi LIPI, BPPT, dan Hanns Seidel Foundation : Cibinong, Bogor
Widjaja, F. 2004. Tumbuhan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.70 h.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur pengukuran parameter fisika-kimia air limbah A.
Prosedur pengukuran suhu
1. Siapkan thermometer Hg
2. Masukkan kedalam air limbah selama 1 – 3 menit
3. Catat nilai suhu yang didapat
4. Bilas termometer setelah digunakan dan sebelum digunakan untuk
mengukur air limbah yang lain
B. Prosedur pengukuran DHL
1. Siapkan DHL meter, pilih mode untuk mengukur DHL
2. Bilas probe dengan akuades, keringkan dengan tissue
3. Masukkan kedalam air limbah
4. Catat nilai DHL yang didapat
5. Bilas DHL meter setelah digunakan dan sebelum digunakan untuk
mengukur air limbah yang lain
C. Prosedur pengukuran TSS Total Suspendeed Solid
1. Siapkan filter Millipore dengan porositas 0,45
μm dan vacuum pump. Saring 3 x 10 ml akuades
2. Keringkan kertas saring dalam oven selama satu jam pada suhue 103 – 105
C, dinginkan dalam dessikator lalu timbang B mg 3.
Ambil 25 ml air contoh dengan gelas ukur, kemudian saring dengan kertas saring yang telah ditimbang
4. Keringkan filter dan residu dalam oven 103 – 105
C selama 1 jam, dinginkan dalam dessikator, timbang A mg
Rumus : TSS mgl = A – B x 1000ml contoh
D. Prosedur pengukuran pH
1. Siapkan pH-meter digital, lalu kalibrasi alat tersebut
2. Tekam power, mode, 2
nd
, nilainya sesuaikan dengan larutan buffer yang dipakai untuk kalibrasi
3. Setelah sesuai nilainya, bilas elektrodanya dengan akuades, bersihkan
kemudian masukkan kedalam contoh
Lampiran 1 Lanjutan
4. Tunggu sampai tanda ready muncul. Catat nilai pH nya
5. Bilas pH-meter setelah digunakan dan sebelum digunakan untuk
mengukur air limbah yang lain
E. Prosedur pengukuran DO Dissolve Oxygen
1. Siapkan DO meter. Pilih mode untuk mengukur DO
2. Bilas probe dengan akuades, keringkan dengan tissue
3. Masukkan kedalam air limbah
4. Catat nilai DO yang didapat
5. Bilas DO meter setelah digunakan dan sebelum digunakan untuk
mengukur air limbah yang lain
F. Prosedur pengukuran TOM Total Organic Matter
1. Pipet 100 ml air contoh, masukkan kedalam erlenmeyer
2. Tambahkan larutan baku kalium permanganate beberapa tetes ke dalam air
contoh hingga berwarna merah muda 3.
Tambahkan 5 ml H
2
SO
4
8 N bebas organik 4.
Panaskan hingga mendidih selama 1 menit 5.
Tambahkan 10 ml larutan baku kalium permanganate 6.
Panaskan hingga mendidih selama 10 menit 7.
Tambahkan 10 ml larutan baku asam oksalat 0,01 N 8.
Titrasi dengan larutan baku kalium permanganat hingga berwarna merah muda, catat ml yang terpakai
9. Apabila pemakaian larutan baku kalium permanganat 7 ml, ulangi
pengujian dengan cara mengencerkan benda uji 10.
Apabila perbedaan pemakaian larutan kalium permanganat secara duplo 0,1 ml, ulangi pengujian, apabila
≤ 0,1 ml, rata-ratakan hasilnya untuk perhitungan
Rumus : [TOM] mgl = {10 + AB – 0,1 x 316} x Pengenceran
Keterangan : A = ml titran kalium permanganat
B = Normalitas kalium permanagnat 0,01 N
Lampiran 1 Lanjutan G.
Prosedur pengukuran BOD Biochemical Oxigen Demand
1. Ambil air contoh secukupnya, lalu encerkan air contoh tersebut dengan
menggunakan akuades. Tingkat pengenceran tergantung dari tingginya kandungan bahan organik di air. Nilai pengenceran tergantung pada nilai
TOM 2.
Aerasi air limbah yang telah diencerkan selama 30 menit 3.
Masukkan air contoh yang telah melalui prosedur 1 dan 2 kedalam botol BOD terang dan gelap sampai penuh. Air dalam botol BOD terang segera
dianalisis kadar oksigen terlarutnya DO . Air dalam botol BOD gelap
diinkubasi dalam inkubator pada suhu 20 C. setelah 5 hari, tentukan
kadar oksigen terlarutnya DO
5
. Penentuan kadar DO ini bisa dilakukan dengan cara titrimetrik atau dengan menggunakan DO meter
4. Buat blanko dengan perlakuan seperti air contoh
Rumus : BOD mgl = {[S
– S
5
– B – B
5
] x [1 – 1f]}1f Keterangan :
S = nilai DO contoh 0 , 5 = hari ke-
B = nilai DO blanko f = pengenceran
Jika diinkubasi selama 3 hari dan pada suhu 20 C, maka konversi nilai
BOD
3
L
3
ke BOD
5
L
5
adalah Metcalf dan Eddy 2003: Y = L – Ln = L 1 – e
-n.k
Y
3
= L – L
3
= L 1 – e
-3k
Kemudian dari rumus diatas, dicari nilai L Setelah didapat nilai L, masukkan kembali ke rumus :
Y
5
= L 1 – e
-5k
Setelah didapat nilai Y
5
, dicari nilai L
5
. H.
Prosedur pengukuran COD Titrimetri
1. Pipet 10 ml contoh masukkan ke dalam erlenmeyer 2. Tambahkan
5 ml
K
2
Cr
2
O
7
0,025 N , aduk 3. Masukkan
H
2
SO
4
15 ml 4. Tutup erlenmeyer dengan kaca arloji untuk mencegah masuknya material
Lampiran 1 Lanjutan
asing. Biarkan selama 30 menit 5. Setelah selesai buka tutupnya lalu dinginkan
6. Encerkan larutan contoh dengan 7,5 ml aquades 7. Titrasi kelebihan K
2
Cr
2
O7 menggunakan FAS 0,025 N Ferros Amonium Sulfat, sebelumnya tambahkan indikator ferroin 2-3 tetes sampai
terbentuk warna hijau biru dan titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna menjadi merah bata yang stabil dalam 1 menit. Catat ml titran A
ml 8. Lakukan blanko 10 ml aquades + prosedur 2-7 di atas ,catat ml titran B
ml. Rumus : COD mg O
2
l = mlsampel
xM B
A 8000
× −
Keterangan: A = ml FAS yang terpakai untuk blanko
B = ml FAS yang terpakai untuk sample M = Molaritas FAS 0,025 N
8000 = miliekivalen bobot Oksigen x 1000 mll Untuk mendapatkan nilai COD yang mendekati nilai hasil cara penentuan
standar, nilai COD dari hasil perhitungan disubstitusikan kedalam persamaan regresi : Y = 3,02 + 1,505 X
Y = nilai COD dengan metode standar X = nilai COD yang diperoleh dengan metode Titrimetri
Lampiran 2. Komposisi air limbah kantin buatan
Komposisi air limbah Jumlah gram
Kecap 11 Gula 16,5
Garam 7,5 Deterjen
1,75 Kopi
5 Susu
13 Teh
2,5 Minyak goreng bekas
8 Cabe
0,75 Saos tomat
14,5 Kacang
5 Vetsin
6,5 Margarine
2 Susu coklat
6
Total 100
Keterangan :
1. Semua bahan yang terdapat pada tabel di atas dimasukkan ke dalam blender,
dihancurkan secara merata untuk dijadikan stok limbah. 2.
Stok limbah yang dipakai pada limbah awal sebanyak 0,25 gram 1 liter air sumur. Total stok limbah yang disiapkan sebanyak 125 gram dan 500 liter air
sumur. 3.
Air limbah buatan yang telah disiapkan kemudian diukur beberapa parameter kualitas airnya.
Lampiran 3. Foto bak pengolahan air limbah
Lampiran 4. Data paramater kualitas fisika-kimia air hasil pengamatan A. Data nilai suhu pengamatan
a. Data mentah nilai suhu
C pengamatan
Waktu pengamatan Perlakuan
0 12 24 48 72 K1 26.90 26.10 27.10 28.10 27.50
K2 26.50 25.90 26.50 28.00 27.90 K3 26.30 25.30 27.10 29.40 29.40
K4 26.30 26.00 27.10 28.60 27.40 RATAAN
26.50 25.83