Begitu pula dengan nilai signifikan p untuk kelima waktu lamanya aerasi adalah 0,05. Hal ini menunjukkan jumlah koloni bakteri tidak berbeda nyata antar waktu
lamanya aerasi Lampiran 5.
4.4. Perubahan bobot kangkung air Ipomoea aquatica
Kandungan bahan organik yang menurun pada akhir pengamatan menunjukkan adanya proses perombakan bahan organik oleh bakteri menjadi
unsur hara seperti N dan P. Unsur hara ini kemudian dimanfaatkan oleh kangkung air Ipomoea aquatica pada saat fotosintesis. Semakin banyak unsur
hara yang dimanfaatkan oleh kangkung air, maka diharapkan proses fotosintesis akan berlangsung semakin optimal dan penambahan biomasa kangkung semakin
meningkat. Kangkung air Ipomoea aquatica mengalami penambahan bobot pada akhir perlakuan jam ke – 72, hal ini dapat dilihat pada Gambar 18.
P e rla k u a n Bob
o t g
ra m
0 .0 0 5 0 .0 0
1 0 0 .0 0 1 5 0 .0 0
2 0 0 .0 0 2 5 0 .0 0
A w a l A k h ir
K a n g k u n g K a n g k u n g - B a c illu s s p .
Gambar 18. Grafik nilai rataan bobot kangkung selama penelitian
Pertambahan bobot kangkung air pada perlakuan kangkung air Ipomoea aquatica
adalah 16 gram, sedangkan pada perlakuan Bacillus sp. – kangkung air Ipomoea aquatica adalah 10,40 gram Berdasarkan hasil uji F dengan selang
kepercayaan 95 α 0,05 didapat nilai signifikan p untuk keempat perlakuan
adalah 0,05. Hal ini dapat dikatakan bahwa bobot kangkung air tidak berbeda
nyata antar perlakuan. Begitu pula dengan nilai signifikan p untuk kelima waktu lamanya aerasi adalah 0,05. Hal ini menunjukkan jumlah bobot kangkung air
tidak berbeda nyata antar waktu lamanya aerasi Lampiran 6. 4.5. Hubungan bahan organik air limbah kantin, aerasi, bakteri. dan
kangkung air Ipomoea aquatica
Kegiatan kantin merupakan salah satu kegiatan domestik yang umumnya menghasilkan air limbah dengan kandungan bahan organik tinggi dan berpotensi
menyebabkan pencemaran badan air penerimanya, sehingga dapat mengganggu kestabilan ekosistem perairan. Pengolahan air limbah perlu dilakukan dengan
tujuan memperbaiki kondisi air limbah, minimal tidak membahayakan kelangsungan biota akuatik.
Bakteri melakukan peran sebagai dekomposer bahan organik yang terkandung dalam air limbah. Pada proses ini bakteri membutuhkan oksigen,
sehingga apabila ketersediaan oksigen dalam air limbah tidak mencukupi, maka yang terjadi adalah dekomposisi secara anaerob. Pada kondisi ini akan dihasilkan
gas – gas toksik seperti H
2
S, NH
3
dan CH
4
yang berbahaya bagi kehidupan biota akuatik. Semakin tinggi bahan organik, maka semakin banyak pula oksigen yang
dibutuhkan oleh bakteri. Penambahan aerasi pada pengolahan air limbah merupakan salah satu solusi untuk mensuplai oksigen terlarut dalam air limbah.
Suatu perairan memiliki kemampuan pulih diri purifikasi secara alami untuk mengurangi kandungan bahan pencemar pada badan perairan tersebut.
Mikroorganisme misalnya bakteri yang terdapat dalam perairan memiliki peranan penting dalam proses tersebut. Pemberian aerasi serta penambahan agen
biologi berupa bakteri dan tanaman air dalam pengolahan air limbah merupakan salah satu upaya yang diharapkan dapat mempercepat dan mengoptimalkan proses
purifikasi. Percobaan pengolahan air limbah organik dengan kombinasi pemberian
aerasi serta penambahan Bacillus sp. dan kangkung air Ipomoea aquatica memberikan hasil yang sangat baik. Nilai BOD, COD dan TSS mengalami
penurunan masing – masing sebesar 96,68 , 74,39 dan 98,07 hanya dalam waktu 12 jam.
Bacillus sp. yang ditambahkan dinilai telah efektif dalam proses
dekomposisi bahan organik pada air limbah kantin. Penurunan kandungan BOD dan COD dipengaruhi oleh aktivitas bakteri melalui proses transfer, konversi dan
flokulasi. Berlangsungnya ketiga proses ini secara optimal bergantung pada lamanya waktu kontak bakteri dengan bahan organik dan keberadaan oksigen
dalam air limbah. Penambahan aerasi berfungsi memasok oksigen dan mengaduk air limbah secara terus menerus, sehingga mengoptimalkan kontak bakteri yang
bersifat menyebardisperse dengan bahan organik di perairan. Akar kangkung air Ipomoea aquatica merupakan tempat hidup
mikroorganisme yang membantu proses purifikasi air serta mampu menyerap unsur hara hasil dekomposisi bahan organik oleh bakteri yang diubah menjadi
bobot kangkung air Ipomoea aquatica melalui proses fotosintesis. Pemanfaatan unsur hara ini kemudian dapat dilihat dari adanya peningkatan bobot kangkung air
Ipomoea aquatica pada akhir pengamatan. Pengolahan air limbah secara biologi memiliki keunggulan dibandingkan
pengolahan air limbah secara kimia, diantaranya relatif lebih aman karena tidak menggunakan bahan kimia dan dinilai lebih murah. Lumpur biologis yang
dibuang wasting sludge dapat digunakan sebagai pupuk organik tanaman hias atau tanaman lain yang dapat dikonsumsi manusia sejauh tidak mengandung
bahan-bahan yang berbahaya. Penerapan sistem SBR dalam pengolahan air limbah secara biologi memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan
sistem pengolahan air limbah secara konvensional, diantaranya hemat investasi untuk lahan, listrik dan tenaga kerja.
Sistem pengolahan air limbah yang dilakukan penulis membutuhkan biaya listrik untuk aerasi, namun hasil penurunan nilai BOD, COD dan TSS yang terjadi
jauh lebih besar dibandingkan dengan sistem pengolahan yang dilakukan penelitian lain Tabel 5 dan 6. Selain itu kangkung air Ipomoea aquatica yang
digunakan dalam sistem pengolahan air limbah yang dilakukan penulis memiliki nilai sampingan yang bermanfaat, yaitu dapat dipanen untuk dikonsumsi manusia.
Beberapa hal tersebut dapat dijadikan pertimbangan jika sistem ini akan diaplikasikan di lapangan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pengolahan air limbah secara biologi dengan memanfaatkan Bacillus sp. dan kangkung air Ipomoea aquatica atau gabungan keduanya setelah diaerasi
selama 12, 24, 48 dan 72 jam memiliki kemampuan mereduksi bahan pencemar yang berbeda-beda. Perlakuan Bacillus sp. – kangkung air Ipomoea aquatica
setelah diaerasi selama 12 jam merupakan perlakuan yang paling efektif dalam menurunkan bahan pencemar TSS 98,07 , BOD 96,68 , dan COD 74,39
jika dibandingkan dengan perlakuan ketiga perlakuan lainnya. Kandungan TSS dan BOD telah memenuhi baku mutu, sedangkan nilai COD air limbah
olahan masih berada di atas baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
5.2. Saran
1. Sebagian bakteri yang mengendap pada dasar bak pengolahan dapat
dimanfaatkan untuk pupuk. 2.
Kangkung air Ipomoea aquatica yang digunakan dalam pengolahan air limbah pada percobaan ini memiliki nilai sampingan yang bermanfaat, yaitu
adanya penambahan bobot kangkung yang dapat dipanen untuk dikonsumsi manusia. Untuk memperoleh hasil panen kangkung air Ipomoea aquatica
yang lebih tinggi, maka disarankan untuk mengggunakan kangkung air Ipomoea aquatica dalam jumlah lebih banyak pada awal percobaan,
sehingga saat panen akan dihasilkan kangkung air Ipomoea aquatica dalam jumlah lebih banyak pula.