Panjang Infinitas Teripang Pasir Holothuria scabra Tingkat Kelangsungan Hidup Teripang Pasir Holothuria scabra

32 0,180 per hari. Data tabel di atas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan bobot bernilai negatif pada bulan Maret 2011 yang berarti teripang gamat mengalami penurunan bobot dibandingkan dengan bobot periode awal bulan September 2010. Hasil ini sama dengan yang dialami oleh teripang getah dan teripang duri. Ketiga jenis teripang ini memiliki makanan utama yang sama yaitu plankton kelompok diatom sehingga terjadi kompetisi makanan. Selain persaingan makanan dengan teripang lain, biota lain seperti kima, bintang laut, dan gastropoda juga menambah kompetisi makanan dalam kurungan jaringan tancap. Selain faktor lingkungan, faktor internal yang mempengaruhi penurunan bobot adalah sifat elastisitas teripang. Teripang gamat mengeluarkan seluruh kandungan air yang ada dalam tubuhnya dan menyebabkan bobot menurun. Tabel 6. Pertumbuhan teripang gamat Stichopus variegatus No. Pengamatan Panjang Rata-Rata Cm Bobot Rata-Rata Gram Laju Pertumbuhan Panjang hari Laju Pertumbuhan Bobot hari 1 Januari 2011 14,40 215,67 2 Februari 2011 17,93 251,00 0,733 0,507 2 Maret 2011 18,00 197,33 0,369 -0,148

4.4. Panjang Infinitas Teripang Pasir Holothuria scabra

Panjang infinitas adalah panjang maksimum yang tidak mungkin dicapai dalam suatu waktu Effendie 2002. Panjang infinitas dapat diketahui dengan metode Ford- Walford. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7, nilai panjang infinitas teripang pasir selama 7 bulan diperkirakan sepanjang 22,56 cm pada umur tertentu. 33 Tabel 7. Parameter pertumbuhan dengan metode Ford – Walford T Panjang Lt+∆t Ln L∞-Lt Lt+∆t-Lt 1 19,40 19,9 1,032 0,50 2 19,90 22,00 0,836 2,10 3 22,00 22,00 -1,572 4 22,00 22,00 -1,572 5 22,00 Hasil yang didapatkan berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan oleh Uehara 1991 in Choo 2008 di Jepang yaitu sebesar 37,00 cm. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan adaptasi individu terhadap lingkungan dan kurangnya waktu pengamatan serta letak geografis yang berbeda.

4.5. Tingkat Kelangsungan Hidup Teripang Pasir Holothuria scabra

Penebaran awal teripang pasir ke dalam kurungan tancap sebanyak 20 individu berasal dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut BBPBL Lampung pada bulan Agustus 2010. Satu bulan kemudian dilakukan pengamatan dan jumlahnya terus berkurang. Penurunan jumlah individu ini diakibatkan oleh kematian teripang. Grafik tingkat kelangsungan hidup dapat dilihat pada Gambar 20. Pada pengamatan pertama, tingkat kelangsungan hidup sebesar 95 dengan jumlah sebanyak 19 individu. Pengamatan kedua tingkat kelangsungan hidup 70 dengan ditemukan 14 individu dan pada pengamatan 3 dan 4 tingkat kelangsungan hidup konstan sebesar 30 dengan jumlah 6 individu. 34 Gambar 20. Tingkat kelangsungan hidup teripang pasir berdasarkan waktu pengamatan Pengurangan individu ini kemungkinan dikarenakan oleh kemampuan adaptasi terhadap lingkungan baru,dimana tiap individu teripang memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda. Selain itu, salinitas yang ideal untuk pertumbuhan teripang pasir adalah 32,0 - 35,0 ‰. Pada lokasi penelitian ini, salinitas yang diamati berkisar 27,0 – 30,0‰. Perbedaan sampai 3,0 ‰ dapat menyebabkan pengelupasan kulit dan dalam kondisi ekstrim dapat menyebabkan kematian James et al. 1988 in Gultom 2004. Pada pengamatan bulan Oktober 2010 ditemukan beberapa teripang yang mengalami pengelupasan kulit. Faktor lain yang mempengaruhi adalah lolosnya teripang melalui celah jaring, pencurian oleh manusia, dan adanya predator dan hama bagi teripang yaitu kepiting dan bintang laut. Hewan tersebut suka menempel pada tubuh teripang sehingga dapat melukai dan menimbulkan luka pada tubuh teripang pasir. Apabila teripang pasir tidak tahan maka luka akan semakin membesar dan menyebabkan kematian. Pada pengamatan bulan Januari 2011 penurunan individu terjadi akibat peningkatan jumlah kepiting dalam kurungan sejak bulan Desember 2010. 95 70 30 30 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Sep-10 Okt-10 Jan-11 Mar-11 K el angsungan H idu p Waktu Pengamatan 35

4.6. Alternatif Pengelolaan Pemacuan Stok Teripang Pada Kawasan Konservasi Lamun Pulau Pramuka