4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Parameter Biologi, Fisika, dan Kimia Perairan
Karakteristik lingkungan perairan pada lokasi konservasi lamun Pulau Pramuka didapatkan dengan mengukur parameter biologi dan fisika perairan yang dilakukan pada
bulan September 2010 sampai Maret 2011 sedangkan pengukuran parameter kimia perairan dilakukan pada bulan September 2010 dan Januari 2011. Hasil pengukuran
parameter tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Hasil pengukuran parameter fisika, kimia, dan biologi perairan di lokasi berdasarkan waktu pengamatan
No Se pte mbe r Oktobe r Januari
Biologi
1 Persentasi penutupan lamun
Fisika
3 Kedalaman 0,86 m
0,96 m 0,78 m
4 Kecerahan 5 Suhu
6 Arus 7 Substrat
8 Kandungan bahan organik
Kimia
9 Oksigen terlarut 10 pH
11 Salinitas 9,64 mg O2L
7,5 – 8,0 27,0 – 30,0‰
Pasir koarsa 97,3 0,32 – 0,40
100 29,0 - 30,0 ⁰
C
0,03 mdetik 0,61 m
0,81 m 40 - 55
2 Jenis lamun Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii,
Cymodocea rotundata, dan Cymodocea serrulata
Parame te r Pe ngamatan
Fe bruari Mare t
Keadaan lamun dalam kawasan konservasi lamun memiliki kategori rusak. Dalam kurungan tancap terdapat batuan karang mati maupun hidup sebagai habitat dari
teripang dengan jenis lamun yang ada didominasi oleh Enhalus acoroides. Kedalaman perairan di lokasi pengamatan cocok untuk perkembangan hidup teripang terutama
19
teripang pasir yang berkisar 0,61-0,96 meter dan sinar matahari dapat menembus masuk sampai ke dasar perairan. Hal ini karena letak kurungan tancap yang jauh dari tubir
sehingga terlindung dari gelombang dan pengadukan dasar perairan tidak begitu besar. Suhu perairan pada bulan September 2010 sampai Maret 2011 relatif stabil yaitu 29,0
⁰C sampai 30,0 ⁰C dengan arus yang tenang yaitu 0,03 mdetik. Parameter biologi perairan pada lokasi pengamatan dikatakan baik untuk mendukung kehidupan dan
perkembangan teripang karena dalam media pembesaran teripang terdapat karang hidup dan mati serta beberapa jenis lamun yang sesuai dengan habitat keempat jenis teripang.
Parameter fisika perairan telah memenuhi kriteria untuk hidup keempat jenis teripang yaitu kecerahan perairan sebesar 50
– 150 cm, kecepatan arus 0,30 – 0,50 mdetik Martoyot et al. 2006.
Substrat yang diamati meliputi tipe substrat dan kandungan bahan organik. Dari hasil analisis didapatkan tipe substrat berpasir sebesar 97,73 dengan kandungan bahan
organik sebesar 0,32 –0,40. Tipe substrat memiliki keterkaitan dengan kandungan
oksigen terlarut dan ketersediaan nutrien. Jenis substrat berpasir memiliki kandungan oksigen terlarut lebih tinggi karena memiliki pori udara yang lebih besar dibandingkan
pasir halus sehingga memungkinkan pencampuran yang lebih intensif dengan air diatasnya sedangkan kandungan nutriennya cenderung sedikit. Dilihat dari segi habitat,
tipe substrat cocok untuk keempat jenis teripang yaitu teripang pasir, teripang getah, teripang duri, dan teripang gamat. Dari segi makanan, nilai kandungan bahan organik
tersebut kurang memenuhi syarat pertumbuhan yang baik untuk teripang pasir karena kurang dari 1,41 Tsiresy 2011.
Oksigen terlarut dan pH hasil pengamatan sesuai untuk menunjang kehidupan teripang. Berdasarkan KepMen no. 51 Tahun 2004, kandungan oksigen terlarut untuk
biota laut adalah 4,50-9,00 mgl dan menurut Martoyo et al. 2006 sebesar 4,0 –8,0 ppm
serta pH yang cocok untuk hidup makrozoobenthos secara umum adalah 7,0 –8,5
Effendi 2003. Untuk oksigen terlarut didapatkan hasil yang melebihi dari baku mutu yaitu 9,64 mgO
2
l dengan pH yang masih dalam kisaran 7,5 –8,0. Tingginya kandungan
oksigen terlarut dipengaruhi oleh curah hujan yang turun dan banyaknya tumbuhan lamun yang terdapat dalam media dengan persentasi penutupan sebesar 40
–55.
20
Salinitas yang baik untuk kehidupan teripang terutama teripang pasir adalah 32,0 –
35,0 ‰. Dari hasil pengamatan didapatkan nilai salinitas sebesar 27,0–30,0‰.
Rendahnya nilai salinitas tersebut disebabkan oleh tingginya curah hujan selama waktu pengamatan dan tingginya pengaruh air dari daratan di lokasi kurungan tancap. Salinitas
sangat mempengaruhi pertumbuhan teripang pasir, perbedaan salinitas sebesar 3,0 ‰
dapat menyebabkan pengelupasan kulit pada tubuh teripang James et al. 1988 in Gultom 2004.
4.2. Pola Pertumbuhan