Teripang gamat Stichopus variegatus

27 Keseluruhan hasil penelitian teripang duri didapatkan nilai b kurang dari 3,00 yaitu pola pertumbuhan bersifat allometrik negatif King 2007. Hal tersebut berarti kondisi tubuh teripang duri dalam keadaan kurus karena pertumbuhan panjang lebih dominan dibandingkan dengan pertumbuhan bobot. Dari hasil uji t dengan selang kepercayaan 95, keseluruhan pengamatan didapatkan nilai t hitung t tabel dengan interpretasi tolak H = 3. Pola pertumbuhan panjang tidak proporsional dengan pertumbuhan bobot. Nilai koefisien korelasi r yang menggambarkan keeratan hubungan antara panjang dan bobot dari awal pengamatan 23 September 2010 sampai akhir penelitian 05 Maret 2011 mendekati 1. Perubahan panjang sangat berpengaruh terhadap perubahan bobot teripang duri, tetapi hal ini tidak dapat membuktikan bahwa semakin panjang tubuh teripang duri maka kondisinya semakin baik.

4.2.4. Teripang gamat Stichopus variegatus

Analisis regresi linear panjang dan bobot dapat digunakan untuk mengetahui pola pertumbuhan teripang. Grafik hubungan panjang dan bobot teripang gamat dapat dilihat dari Gambar 17 – 19. Berdasarkan Gambar 17, pada pengamatan I tanggal 24 Januari 2011 dapat diketahui bahwa nilai a sebesar 2,791; b sebesar 0,959; koefisien determinasi R 2 sebesar 0,398, dan koefisien korelasi r sebesar 0,631 . Gambar 17. Hubungan panjang – bobot teripang gamat pada pengamatan I Ln[W] = 0.959L + 2.791 R² = 0.398 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 L n W Ln L 28 Hubungan panjang dan bobot teripang duri Stichopus variegatus pada pengamatan II lihat Gambar 18 yang dilakukan tanggal 10 Februari 2011 dapat diketahui nilai a sebesar 0,783; b sebesar 1,623; koefisien determinasi R 2 sebesar 0,862, dan koefisien korelasi r sebesar 0,928 . Gambar 18. Hubungan panjang – bobot teripang gamat pada pengamatan II Dari Gambar 19 pada pengamatan III tanggal 05 Maret 2011 dapat diketahui nilai a sebesar 0,224; b sebesar 1,719; koefisien determinasi R 2 sebesar 0,884, dan koefisien korelasi r sebesar 0,940. Gambar 19. Hubungan panjang – bobot teripang gamat pada pengamatan III Ln[W] = 1.623L + 0.783 R² = 0.862 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 Ln W Ln L Ln[W] = 1.719L + 0.224 R² = 0.884 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 L n W Ln L 29 Keseluruhan hasil penelitian teripang duri didapatkan nilai b kurang dari 3,00 yaitu pola pertumbuhan bersifat allometrik negatif King 2007. Hal tersebut berarti kondisi tubuh teripang gamat dalam keadaan kurus karena pertumbuhan panjang lebih dominan dibandingkan dengan pertumbuhan bobot. Dari hasil uji t dengan selang kepercayaan 95, keseluruhan pengamatan didapatkan nilai t hitung t tabel dengan interpretasi tolak H = 3. Pola pertumbuhan panjang tidak sama dengan pertumbuhan bobot. Nilai koefisien korelasi r yang menggambarkan keeratan hubungan antara panjang dan bobot dari awal pengamatan 24 Januari 2011 sampai akhir penelitian 05 Maret 2011 mendekati 1. Perubahan panjang sangat berpengaruh terhadap perubahan bobot, tetapi hal ini tidak dapat membuktikan bahwa semakin panjang tubuh teripang gamat maka kondisinya semakin baik.

4.3 Pertumbuhan