10
kaya akan detritus. Di Indonesia, hewan ini banyak tersebar di daerah Riau, Lampung, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Timur, Maluku, dan Papua Azis 1997.
Habitat teripang pasir pada ekosistem terumbu karang dengan substrat pasir halus dan lamun jenis Cymodocea pada zona intertidal pada kedalaman 0 - 10 meter. Teripang
duri atau warty sea cucumber hidup berasosiasi dengan substrat berbatu pada kedalaman perairan 5 sampai 20 m. Pada siang hari bersembunyi di bawah atau di celah
karang Hickman 1998 in Hearn Pinillos 2006. Teripang getah hidup pada substrat berpasir dengan pecahan karang dan ditumbuhi dengan padang lamun yang didominasi
oleh jenis Thalassia sp. Teripang duri hidup pada perairan dangkal sampai kedalaman 15 m dengan substrat berpasir dan pecahan karang. Spesies ini suka bersembunyi di sela
karang mati. Stichopus variegatus hidup pada perairan dangkal sampai kedalaman 25 m dengan substrat pasir berlumpur. Teripang gamat umumnya ditemukan di daerah yang
banyak ditemukan alga atau padang lamun Palomares Pauly 2011. Hama bagi teripang dalam sebuah kawasan konservasi adalah kepiting, bulu babi,
dan bintang laut. Hewan-hewan tersebut dapat mengakibatkan kerusakan fisik teripang. Kerusakan fisik yang dialami dapat menyebabkan penyakit, luka bertambah besar, dan
mati apabila tidak diobati. Selain itu, organisme penempel seperti spons, teritip, dan rumput laut yang menempel pada kurungan teripang dapat mengganggu sirkulasi air
dan menurunkan kualitas air yang berakibat kurang baik bagi pertumbuhan teripang Martoyo et al. 2006.
2.6. Parameter Fisika dan Kimia Perairan
Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan serta kedalaman perairan.
Organisme akuatik memiliki kisaran tertentu yang disukai untuk pertumbuhannya. Kondisi lingkungan perairan yang cocok untuk pertumbuhan teripang dengan suhu air
laut 24,0 –30,0 ºC Martoyo et al. 2006.
Salinitas adalah gambaran padatan total dalam air setelah semua karbonat diubah menjadi oksida, bromida dan iodida diganti oleh klorida, dan bahan organik telah
11
teroksidasi Effendi 2003. Sebaran salinitas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, dan aliran sungai Nontji 1987 in Dwindaru
2010. Teripang menyukai perairan dengan salinitas optimum sekitar 32,0 –35,0‰.
Perubahan salinitas melebihi 3,0 ‰ dapat menyebabkan terjadinya pengelupasan kulit
teripang yang dalam kondisi ekstrim dapat terjadi kematian James et al. 1988 in Gultom 2004.
Arus di laut dipengaruhi oleh tiupan angin, perbedaan densitas air laut, dan gerakan periodik pasang surut. Teripang hidup dan pertumbuhannya berkembang
dengan baik pada perairan yang tenang. Kecepatan arus yang cocok untuk hidup teripang adalah 0,30
– 0,50 mdetik Martoyo et al. 2006. Kecerahan perairan menunjukan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air
sampai kedalaman tertentu. Kecerahan perairan harus tinggi dan bebas dari bahan pencemar dengan nilai 50
– 150 cm Martoyo et al. 2006.
Setiap organisme memiliki nilai toleransi pH yang berbeda. Umumnya makrozoobenthos hidup pada pH perairan 7,0
– 8,5. Perairan yang terlalu asam atau basa dapat mengganggu metabolisme dan respirasi biota. Selain itu, perairan dengan pH
yang terlalu rendah dapat menyebabkan tingginya mobilitas logam berat sedangkan pH yang tinggi dapat mengakibatkan meningkatnya konsentrasi amoniak Effendi 2003.
Kelarutan oksigen di perairan bergantung dan berbanding terbalik dengan suhu dan salinitas. Semakin tinggi suhu dan salinitas maka kandungan oksigen terlarut
semakin kecil. Lapisan atas permukaan laut dalam keadaan normal mengandung oksigen terlarut sebesar 4,5
– 9,0 mg O
2
l KepMen No. 51 Tahun 2004 Tentang pedoman penetapan baku mutu air laut untuk biota laut in Dwindaru 2010. Kandungan
oksigen terlarut di perairan yang baik untuk kehidupan dan pertumbuhan teripang sebesar 4,0
–8,0 ppm Martoyo et al. 2006.
3. METODOLOGI