jawabnya meliputi pembinaan Merek, diberi wewenang khusus sebagai penyidik, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1961 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindakan pidana bidang Merek. Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil memberitahukan dimulainya
penyidikan dan hasil penyidikannya kepada penyidik Pejabat Kepolisian, kemudian PPNS menyampaikannya kepada penuntut umum melalui penyidik Pejabat
Kepolisian.
4. Kebijakan Pemerintah Dalam Penegakan Hukum Di Bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual
Begitu maraknya terjadi pelanggaran HAKI di Indonesia ditanggapi pemerintah dengan dibentuknya Tim Nasional Penanggulangan Pelanggaran HAKI
dengan Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2006 yang ditetapkan pada tanggal 27 Maret 2006. Adapun latar belakang pembentukan Tim Nasional Penanggulangan
Pelanggaran HAKI ini adalah
194
a. Pembajakan HAKI terutama hak cipta di Indonesia sudah pada tingkat
yang membahayakan terhadap perekonomian dan perdagangan nasional maupun internasional;
:
b. Penegakan hukum di bidang HAKI membutuhkan koordinasi antar aparat
penegak hukum dan instansi terkait dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan strategis;
c. Dengan maraknya pembajakan HAKI di Indonesia akan berakibat
menurunnya penerimaan negara dari sektor pajak dan mematikan kreativitas serta inovasi para pencipta di Indonesia;
d. Dengan Keputusan Presiden ini diharapkan tim akan bekerja lebih solid,
langsung bertanggungjawab atas pekerjaan tim pada Presiden sehingga
194
Salmon Pardede, Penegakan Hukum di Bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual, Makalah Pada Seminar Keliling Peningkatan Pemahaman Tentang Perlindungan HKI Bagi Penegak Hukum, Hotel
JW Marriot-Medan, 17-18 Oktober 2011, hal. 16-17.
Universitas Sumatera Utara
diharapkan mampu membuahkan berbagai kebijakan yang strategis untuk mengurangi pelanggaran HAKI selama ini;
e. Keputusan Presiden tersebut merupakan landasan hukum yang kuat
dengan berimplikasi positif pada citra Indonesia dimana merupakan wujud keseriusan Bangsa Indonesia memerangi pelanggaran HAKI;
f. Mengacu pada Task Force negara lain, dimana Presiden bahkan turut
langsung memimpin Tim Koordinasi; g.
Dengan Keputusan Presiden, Presiden akan menunjukkan komitmen pada rakyat Indonesia dan dunia internasional khususnya bahwa masalah HAKI
merupakan masalah yang urgent untuk ditangani permasalahannya; h.
Dengan terbentuknya Tim Koordinasi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2006 diharapkan akan membawa pengaruh bagi
terbentuknya suasana perdagangan yang jujur dan adil yang akhirnya akan mampu mendorong perekonomian Indonesia.
Kemudian tugas dari dibentuknya Tim Nasional Penanggulangan Pelanggaran HAKI ini adalah
195
a. merumuskan kebijakan nasional penanggulangan pelanggaran HAKI;
:
b. menetapkan langkah-langkah nasional yang diperlukan dalam rangka
penanggulangan pelanggaran HAKI; c.
mengkaji dan menetapkan langkah-langkah penyelesaian permasalahan strategis mengenai penanggulangan pelanggaran HAKI, termasuk
pencegahan dan penegakan hukum sesuai tugas pokok dan fungsi instansi masing-masing anggota;
d. melakukan koordinasi dalam sosialisasi dan pendidikan di bidang HAKI
guna penanggulangan pelanggaran HKI kepada instansi, lembaga terkait dan masyarakat melalui berbagai kegiatan;
e. mengadakan dan meningkatkan kerjasama secara bilateral, regional
maupun multilateral dalam rangka penanggulangan pelanggaran HAKI. Target yang diberikan untuk Tim Nasional Penanggulangan Pelanggaran
HAKI ini adalah
196
a. Angka pembajakan menurunmenghargai karya intelektual orang lain.
:
b. Indonesia keluar dari Prority Watch List-USTR.
c. Peningkatan kreativitas dan inovasi pencipta dan penemu.
195
Pasal 2, Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Pembentukan Tim Nasional Penanggulangan Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual.
196
Salmon Pardede, Penegakan Hukum di Bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual, Op.Cit., hal. 22.
Universitas Sumatera Utara
d. Peningkatan investasi luar negeri.
e. Peningkatan pendapatan negara dari pengelolaan HAKI.
f. Peningkatan peran HAKI pada sektor swasta.
g. Terciptanya koordinasi yang kuat antar instansi penegak hukum.
D. Analisis Kasus Merek “Lukisan Pohon Kecil-Little Trees” 1. Pokok Sengketa
Penggugat adalah pemilik merek terkenal “Lukisan Pohon Kecil” untuk jenis barang kelas 5 yaitu penyegar udara air freshner, yang dilindungi pendaftaran
mereknya disebagian besar negara di dunia, dengan bentuk lukisan khas dari merek terkenal. Kriteria merek terkenal yang dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 huruf b
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 yaitu dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai merek tersebut dibidang usaha bersangkutan, juga
diperhatikan reputasi merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia dan disertai bukti-bukti
pendaftaran merek tersebut di beberapa negara vide penjelasan Pasal 6 ayat 1 huruf b Undang-Undang No. 15 Tahun 2001. Penggugat juga mengajukan bukti affidavit
dengan lampiran pendaftaran merek di sebagian besar negara termasuk pendaftaran internastional, yang ditandatangani dihadapan Notaris dan telah dilegalisasi oleh
Konsulat Jenderal Republik Indonesia di New York. Penggugat mengetahui dalam daftar umum merek telah dicatat pendaftaran
merek dagang “Lukisan Pohon Kecil-Little Trees” dibawah No. IDM000143419
Universitas Sumatera Utara
tertanggal 29 Oktober 2007 atas nama Tergugat, untuk melindungi jenis barang “pengharum ruangan dan pengharum mobil” sehingga penggugat secara tegas
keberatan terhadap pendaftaran merek No. IDM000143419 “Lukisan Pohon Kecil- Little Trees” tertanggal 29 Oktober 2007, karena merek yang didaftarkan tersebut
mempunyai persamaan secara keseluruhannya dengan merek terkenal “Lukisan Pohon Kecil” milik Penggugat.
Untuk memenuhi ketentuan Pasal 68 ayat 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, penggugat telah mengajukan permohonan pendaftaran merek “Lukisan
Pohon Kecil” kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual pada tanggal 23 Juni 2009 sesuai agenda No. D00.2009.020641. Kemudian penggugat memohon
dengan terbuktinya alasan gugatan pembatalan pendaftraran merek No. IDM000143419 “Lukisan Pohon Kecil-Little Trees” atas nama Tergugat, kiranya
Pengadilan berkenan mengabulkan gugatan Penggugat dengan menyatakan batal pendaftaran merek No. IDM000143419 tersebut, untuk selanjutnya memerintahkan
Panitera Pengadilan Niaga Jakarta Pusat menyampaikan isi putusan Pengadilan kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual untuk melaksanakan
pembatalan pendaftaran merek No. IDM000143419 “Lukisan Pohon Kecil-Little Trees” dalam Daftar Umum bersangkutan dan mengumumkan dalam berita Resmi
Merek. Adapun putusan yang dijatuhkan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat melalui
Putusan No. 41MEREK2009PN.NIAGA.JKT.PST tanggal 11 November 2009 yang amarnya diantaranya adalah menyatakan gugatan penggugat tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
diterima sehingga penggugat dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 24 Juni 2009, diajukan permohonan kasasi secara lisan pada tanggal
24 November 2009 sebagaimana ternyata dari akte permohonan kasasi No. 43 KHaKI2009PN.Niaga.Jkt.Pst, jo. No.41Merek2009PN.Niaga.Jkt.Pst yang dibuat
oleh Panitera Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, permohonan tersebut diikuti oleh memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal 30 November 2009.
2. Penyelesaian Sengketa