Penyidikan Kebijakan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Pelanggaran Hak Merek Sebagai Kejahatan Di Bidang Ekonomi

Kemudian, adapun strategi kebijakan penaggulangan dan pencegahan kejahatan menurut konggres PBB, secara garis besar sebagai berikut 166 1. Meniadakan faktor-faktor penyebabkondisi yang menimbulkan terjadinya kejahatan; : 2. Pencegahan kejahatan dan peradilan pidana harus ditempuh dengan kebijdakan integralsistemik jangan simplistik dan fragmenter; 3. Memberikan prioritas pada jenis-jenis kejahatan tertentu yang potensial; 4. Pembenahan dan peningkatan kualitas penegak hukum, kualitas institusi dan sistem manajemen organisasimanajemen data; 5. Disusun beberapa “Guidlines”, “Basic Principles” “Rules”, “Standard Minimum Rules SMR”; dan 6. Meningkatkan kerjasama internasional. Mengingat tahapan politik pidana mencakup tahap formulasi, maka peran legislatif untuk menyusun suatu peraturan hukum menjadi sangat penting. Karena lemahnya penegakan hukum antara lain juga dikarenakan aturan yang bermasalah. Berikut perlu dikemukakan anatomi ketentuan pidana dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek di Indonesia.

1. Penyidikan

Mengenai penyidikan dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek diatur dalam Bab XIII Pasal 89 yaitu : 1. Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Direktorat Jenderal, diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang 166 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Op.Cit., hal. 74. Universitas Sumatera Utara Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Merek. 2. Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berwenang : a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran aduan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Merek; b. melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan hukum yang diduga melakukan tindak pidana di bidang Merek berdasarkan aduan tersebut pada huruf a; c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang Merek; d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan dan dokumen lainnya yang berkenaan dengan tindak pidana di bidang Merek; e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti , pembukuan, catatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang Merek; dan f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Merek. 3. Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. Universitas Sumatera Utara 4. Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dengan mengingat ketentuan Pasal 107 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Dalam hal penyidik, selain penyidik pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia, dalam undang-undang ini diakui juga adanya penyidik dari sipil. Yaitu Pejabat Pegawai Negeri Sipil PPNS tertentu di kementerian yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS terikat dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, sehingga untuk memulai penydikan dan hasil penyidikan harus mengakhiri penyidikan dia harus melaporkan kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. Selain itu, PPNS menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. 167 167 Pasal 107, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Universitas Sumatera Utara Menurut Zen Umar Purba, Yang menjadi persoalan adalah bagaimana mengefektifkan Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS untuk melakukan penyidikan dalam rangka pelanggaran di bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual. Sudah saatnya peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS lebih diefektifkan dengan bisa mengajukan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, tanpa harus melalui kepolisian. Ada dua alasan, pertama, sebagai wacana peningkatan upaya penegakan hukum. Pendapat ini sepenuhnya didasarkan perhitungan bahwa dalam era reformasi sekarang ini pihak kepolisian amat sangat dibutuhkan oleh seluruh rakyat untuk masalah-masalah yang lebih langsung menyentuh kehidupan masyarakat banyak dan umumnya berskala sangat besar, misalnya masalah perbankan, korupsi, dan lain-lain. Kedua, hal ini sejalan dengan pelaksanaan konsep kenegaraan yang benar, dimana polisi yang mengendalikan urusan keamanan negara, tidak lagi seperti pada masa lalu dimana polisi hanya merupakan pelengkap. 168

2. Batas Minimum dan Batas Maksimum