dilakukan dengan cara mendidihkan bahan tanaman atau minyak atsiri dengan air. Pada proses ini akan dihasilkan uap air yang dibutuhkan oleh alat penyuling.
Dalam pengertian industri minyak atsiri dibedakan tiga tipe destilasi, yaitu: 1.Penyulingan Air
Bila cara ini digunakan maka bahan yang akan disuling berhubungan langsung dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan mengapung diatas air
atau terendam seluruhnya Sastrohamidjojo, 2004. Minyak atsiri dari beberapa jenis bahan seperti bubuk buah badan dan bunga mawar cocok diproduksi dengan cara ini
sebab seluruh bagian bahan harus tercelup dan dapat bergerak bebas dalam air mendidih Lutony, 2002.
2.Penyulingan uap dan air Dalam metode penyulingan ini, digunakan alat serupa dandang yang
didalamnya mempunyai penyangga berupa lempengan yang berlubang-lubang seperti halnya dandang untuk menanak nasi. Di atas lubang-lubang ini ditempatkan bahan
tanaman yang akan disuling. Bila dandang tersebut dipanaskan maka air akan mendidih dan uap air akan keluar lewat lubang-lubang itu kemudian keluar lewat
pendingin, setelah melewati bahan bahan yang akan disuling Koensoemardiyah, 2010.
3.Penyulingan uap Penyulingan uap disebut juga penyulingan tak langsung. Didalam proses
penyulingan dengan uap ini, uap dialirkan melaui pipa uap berlingkar yang berpori dan berada di bawah bahan tanaman yang akan disuling. Kemudian uap akan bergerak
menuju ke bagian atas melalui bahan yang disimpan di atas saringan Lutony, 2002. Sistem penyulingan ini baik digunakan untuk mengekstraksi minyak dari biji-bijian,
akar dan kayu-kayuan yang umumnya mengandung komponen minyak yang bertitik didih tinggi dan tidak baik dilakukan terhadap bahan yang mengandung minyak atsiri
yang mudah rusak oleh pemanasan dan air Ketaren, 1985.
2.2.2 Komposisi Kimia Minyak Atsiri
Pada umumnya variasi komposisi minyak atsiri disebabkan oleh perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode
ekstraksi yang dipergunakan dan cara penyimpanan minyak.
Universitas Sumatera Utara
Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur Carbon C, Hidrogen H, dan Oksigen O serta beberapa
persenyawaan kimia yang mengandung unsur Nitrogen N dan belerang S. Pada umumnya komponen kimia dalam minyak atsiri dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Golongan Hidrokarbon Persenyawaan yang termasuk golongan hidrokarbon terbentuk dari unsur
Hidrogen H dan Carbon C. Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam alam dan minyak atsiri sebagian besar terdiri dari monoterpen 2 unit isopren,
sesquiterpen 3 unit isopren, diterpen 4 unit isopren dan politerpen, serta parafin, olefin dan hidrokarbon aromatik.
2. Oxygenated hydrocarbon
Komposisi kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur Carbon C, Hidrogen H dan Oksigen O. Persenyawaan yang termasuk dalam
golongan ini adalah persenyawaan alkohol, aldehid, keton, oksida, ester dan eter. Ikatan atom carbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari
ikatan jenuh dan ikatan tidak jenuh umumnya tersusun dari terpen. Komponen lainnya terdiri dari persenyawaan fenol, asam organik yang terikat dalam
bentuk ester misalnya lakton, kumarin dan turunan furan misalnya quinones.
Pada umunya sebagian besar minyak atsiri terdiri dari campuran persenyawaan golongan hidrokarbon dan Oxygenated hidrocarbon. Disamping itu minyak atsiri
mengandung resin dan lilin dalam jumlah kecil yang merupakan komponen tidak dapat menguap Ketaren, 1985.
2.2.3 Biosintesis minyak atsiri
Berdasarkan proses biosintesisnya atau pembentukan komponen minyak atsiri di dalam tumbuhan, minyak atsiri dapat dibedakan menjadi dua golongan. Golongan
pertama adalah turunan terpena yang terbentuk dari asam asetat melalui jalur biosintesis asam mevalonat. Golongan kedua adalah senyawa aromatik yang terbentuk
dari biosintesis asam sikimat melalui jalur fenil propanoid Agusta, 2000. Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid yaitu asam asetat yang telah diaktifkan
oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat.
Universitas Sumatera Utara
Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam
mevalonat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yang selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP
oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepala ke ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasai
isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan
elektron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat GPP yakni senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen.
Sintesa terpenoid sangat sederhana sifatnya. Ditinjau dari segi teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar. Reaksi-reaksi
selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP, dan GGPP untuk menghasilkan senyawa- senyawa terpenoid satu per satu hanya melibatkan beberapa jenis reaksi sekunder
pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya adalah hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi, dan reaksi-reaksi spontan yang dapat berlangsung dengan mudah dalam suasana netral
dan pada suhu kamar, seperti isomerisasi, dehidrasi, dekarbosilasi, dan sebagainya
Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah Gambar Reaksi Biosintesa Terpenoid
CH
3
C SCoA
O
CH
3
C SCoA
O
+ CH
3
C O
CH
2
C O
SCoA
CH
3
C SCoA
O
Asetil koenzim A Asetoasetil koenzim A
CH
3
C OH
CH
2
C O
SCoA CH
2
C SCoA
O
H CH
3
C OH
CH
2
CH
2
OH CH
2
C O
OH
CH
3
C OPP
CH
2
C O
O
-
Asam mevalonat
CH
2
CH
2
OH
- OPP - CO
2
CH
3
C CH
CH
2
H CH
2
OPP
Isopentenil pirofosfat IPP CH
3
C CH
3
CH CH
2
OPP
Dimetilalil pirofosfat DMAPP OPP
OPP H
IPP
DMAPP
OPP
Monoterpen Geranil pirofosfat
OPP H
OPP
Farnesil pirofosfat Seskuiterpen
2 X Triterpen
OPP H
OPP
Diterpen 2 X
Tetraterpen Geranil-geranil pirofosfat
Gambar 2.2 Biosintesis Terpenoid
Universitas Sumatera Utara
Untuk menjelaskan hal diatas dapat diambil beberapa contoh monoterpen. Dari segi biogenetik, perubahan geraniol, nerol dan linalool dari yang satu menjadi yang lain
berlangsung sebagai akibat reaksi isomerisasi. Ketiga alkohol ini, yang berasal dari hidrolisa geranil pirofosfat GPP dapat menjalani reaksi-reaksi sekunder berikut,
misalnya dehidrasi menghasilkan mirsena, oksidasi menjadi sitral dan oksidasi reduksi menghasilkan sitronelal.
Berikut ini adalah contoh perubahan senyawa monoterpen
CH
2
OH
Geraniol trans
Mirsen
OH
Linalool
CHO
Sitronelal
CH
2
OH
Nerol cis
CHO
Sitral - H
2
O
O H
O ,
Gambar 2.3 Perubahan senyawa monoterpen Achmad, S. 1986
Senyawa-senyawa seskuiterpen diturunkan dari cis-farnesil pirofosfat dan trans-farnesil pirofosfat melalui reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lainnya. Kedua
isomer farnesil pirofosfat ini dihasilkan in vivo melalui mekanisme yang sama seperti isomerisasi antara geraniol dan nerol. Perubahan farnesil pirofosfat menjadi
seskuiterpen terlihat pada contoh sebagai berikut
Universitas Sumatera Utara
OH
Farnesol
OPP CH
2
Humulen
OPP H
2
C
Trans-Farnesil pirofosfat
cis-Farnesil pirofosfat - H
+
- H
+
Bisabolen
Gambar 2.4 Reaksi biogenetik beberapa seskuiterpena
2.3 Analisa Komponen Kimia Minyak atsiri dengan GC – MS