mengatakan neraca perdagangan Indonesia-China tidak seimbang dan Indonesia mengalami defisit bahkan sebelum ACFTA diberlakukan.
24
F. Metode Penelitian
Dalam skripsi ini untuk membahas masalah sangat membutuhkan adanya data dan keterangan yang dapat dijadikan bahan analitis. Untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data dan keterangan tersebut penulis menggunakan metode sebagai berikut.
1. Spesifikasi Penelitian
Tipe penelitian hukum yang dilakukan adalah yuridis normative dengan pertimbangan bahwa titik tolak penelitian analisis terhadap peraturan
perundang-undangan antidumping baik dalam hukum internasional maupun dalam kerangka hukum nasional Indonesia sendiri. Maka tipe
penelitian yang digunakan adalah penelitian juridis normatif, yakni penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau
norma-norma dalam hukum positif mengenai antidumping dalam melindungi produk industri dalam negeri. Hal ini ditempuh dengan
melakukan penelitian kepustakaan. Oleh karena tipe penelitian yang digunakan adalah yuridis normative maka pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan perundang-undangan. Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
Antidumping dan perannya dalam melindungi produk industri dalam negeri terlebih dalam rangka ACFTA ini.
24
“Produk China di Setiap Lini”, Kompas 12 April 2011
Universitas Sumatera Utara
2. Bahan Penelitian
Materi dalam skripsi ini diambil dari data seperti dimaksud dibawah ini : a.
Bahan Hukum Primer, yaitu : Berbagai dokumen peraturan perundang-undangan yang tertulis yang
ada dalam dunia Internasional mengenai Antidumping dan Perjanjian Internasional ACFTA. Mengenai antidumping yakni Pasal VI GATT
pada Tahun 1947, diikuti dengan adanya putaran Tokyo yang melahirkan Antidumping Code 1979 dan digantikan dengan
Antidumping Code 1994 yang dilahirkan dalam Putaran Uruguay yang merupakan bagian integral dari Agreement Establising the WTO
tanggal 15 April 1994. Dan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam kerangka hukum
nasional Indonesia yakni Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 perubahan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan, dan diikuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1996 tentang Bea Masuk Antidumping dan Bea Masuk
Imbalan. b.
Bahan Hukum Sekunder, yaitu : Bahan-bahan yang berkaitan erat dengan bahan hukum primer dan
dapat digunakan untuk menganalisis dan memahami bahan hukum primer yang ada. Semua dokumen yang dapat menjadi sumber
informasi mengenai Antidumping dan Perjanjian Internasional ACFTA, seperti hasil seminar atau makalah dari pakar hukum, Koran,
Universitas Sumatera Utara
majalah, dan juga sumber-sumber lain yakni internet yang memiliki kaitan erat dengan permasalahan yang dibahas.
c. Bahan Hukum Tertier, yaitu :
Mencakup kamus bahasa untuk pembbenahan tata Bahasa Indonesia dan juga sebagai alat bantu pengalih bahasa beberapa istilah asing.
3. Data dan Teknik Pengumpulan Data
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi
kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku literatur, peraturan
perundang-undangan, majalah, surat kabar, hasil seminar, dan sumber- sumber lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
4. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara
menyeluruh tentang apa yang menjadi pokok permasalahan. Kualitatif yaitu metode analisa data yang mengelompokkan dan menyeleksi data
yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga
diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan.
Universitas Sumatera Utara
G. Sistematika Penulisan