merupakan implikasi dari proses penemuan kebenaran ilmiah, sehingga hasil penulisan ini dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya secara ilmiah.
E. Tinjuan Pustaka
Dengan terintegrasinya perekonomian nasional menjadi internasional ini menimbulkan adanya hubungan dengan perekonomian negara lain. Kondisi ini
juga akan memungkinkan pelaku usaha suatu negara akan bersaing dengan pelaku usaha yang lainnya dimana mereka memiliki kondisi ekonomi dan system
ekonomi yang berbeda dan memiliki kebijakan ekonomi yang berbeda pula setiap negara.
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Pendudukan yang dimaksud dapat berupa antar perorangan, antar individu dengan pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
13
Dumping adalah suatu keadaan dimana barang yang diekspor oleh suatu Negara ke Negara lain dengan harga yang lebih rendah dari harga jual di dalam
negerinya sendiri atau nilai normal dari nilai barang tersebut.
14
Praktik dumping disini adalah suatu praktik yang dapat menimbulkan kerugian bagi dunia usaha
karena eksportir menjual produknya dengan harga yang lebih murah di negara pengimpor daripada di negara produsennya sendiri.
15
13
Matias Djemana “Globalisasi Terhadap Perdagangan Internasional”,
Dengan membanjirnya barang-barang dari negara pegekspor yang harganya jauh lebih murah dari barang
www.topandjemana.blogspot.com, 29 April 2011, terakhir kali diakses tanggal 27 September 2011.
14
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Kamus Lengkap Perdagangan Internasional, Jakarta: Direktorat Jenderal Perdagangan Internasional, 1998, hal 123
15
Yulianto Syahyu, Hukum Anti Dumping di Indonesia, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2003, hal. 68
Universitas Sumatera Utara
dalam negeri akan mengakibatkan barang sejenis dalam negeri akan kalah bersaing. Pada saatnya hal ini akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri
dan produsen atau eksportir dapat merebut pangsa pasar dalam negeri importir. Salah satu upaya untuk menyikapi dumping adalah dengan melakukan
upaya antidumping sebagai tindakan balasan seperti menetapkan Bea Masuk Anti Dumping BMAD. Bea Masuk Anti Dumping adalah pungutan yang dikenakan
terhadap barang dumping yang menyebabkan kerugian.
16
Sedangkan Bea Masuk Anti Dumping Sementara BMADS adalah bea masuk anti dumping yang
dikenakan untuk sementara waktu menunggu hasil final investigasi. Jika hasil final investigasi menunjukkan praktek dumping telah terbukti dan praktek tersebut
telah merugikan industri dalam negeri, BMADS akan diteruskan dan ditetapkan menjadi BMAD, tetapi jika tidak terbukti maka BMADS dicabut. Pihak-pihak
anggota GATTWTO diberi wewenang untuk mengenakan pajak atau perlindungan tariff sebagai jawaban atas kerugian yang ditimbulkan dari impor
barang yang disubsidi.
17
Dalam hal ini terdapat tiga kemungkinan dimana subsidi dapat mendistorsi perdagangan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Michael J.
Trebilcock Robert Howze
18
16
Christoporus Barutu, Ketentuan Anti Dumping, Subsidi, dan Tindakan Pengamanan Safeguard Dalam GATT dan WTO, Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2007, hal 164.
17
Yulianto Syahyu, Hukum Anti Dumping di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, hal 27.
18
Michael J. Trebilcock dan Robert Howze, The Regulation of International Trade: Antidumping Law, USA Rontlege, 1999 dalam Yulianto Syahyu, Hukum Antidumping di
Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, hal 18.
berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
1. Jika negara A mensubsidi ekspornya ke negara B, menyebabkan produsen
domestic di negara B kehilangan daya saing, Negara B dapa menjawab dengan mengenakan tarif terhadap impor barang tersebut.
2. Jika negara A memberikan subsidi pada produksi domestik, menurunkan
daya saing ekspor negara B ke negara A, satu-satunya tindakan yang dapat dilakukan oleh negara B adalah menjawabnya dengan subsidi setara
atau menyampaikan tentang pelanggaran kepada dewan resolusi sengketa GATT.
3. Jika negara A mensubsidi ekspor ke negara C, sehingga terjadi penurunan
daya saing ekspor negara B ke negara C, kembali ada kemungkinan negara B dapat melakukan secara sepihak dengan menjawab melalui
subsidi yang setara. Masalah subsidi adalah dapat ditanggapi dengan alasan yang sama dengan
dumping karena merupakan suatu hubungan kausal dan menghasilkan harga dibawah normal. Dalam paparan tersebut diatas memungkinkannya terjadi dua
kasus yang harus dipilah.
19
Dengan adanya hukum antidumping ini memberikan sarana perlindungan terhadap produk industri dalam negeri dari persaingan usaha yang tidak adil dalam
perdagangan internasional. Karena hukum antidumping ini sangat ketat pengaturannya dan implementasinya perlu digunakan secara tepat karena dalam
masalah praktik dumping ini sangat sensitif terhadap waktu. Waktu yang tidak efektif dalam pengajuan permohonan dan investigasi praktik dumping ini juga
19
Ibid, hal 28
Universitas Sumatera Utara
seharusnya dapat dikontrol penerapannya sehingga waktu untuk diterapkannya hukum antidumping ini tepat dan tidak terlambat untuk melindungi produk
industri dalam negeri sehingga hukum antidumping tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya bagi masyarakat.
Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu Negara ke Negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor
pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukkanya ke Negara lain.
20
Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor
umumnya adalah tindakan memasukkan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri.
21
Industri dalam negeri industri domestik adalah keseluruhan produsen dalam negeri yang menghasilkan barang sejenis dengan barang terselidik dan atau
barang yang secara langsung merupakan saingan barang terselidik, yang produksinya secara kolektif merupakan bagian dari total produksi barang sejenis
dalam negeri.
22
a. Keseluruhan produsen dalam negeri barang sejenis, atau
Yang dimaksud dengan industri dalam negeri dapat dilihat dari pasal 1 angka 8 PP No. 34 Tahun 1996 yakni industri dalam negeri adalah:
20
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Kamus Lengkap Perdagangan Internasional, Jakarta: Direktorat Jenderal Perdagangan Internasional, 1998, hal 147
21
Ibid, hal 148
22
Ibid, hal 148
Universitas Sumatera Utara
b. Produsen dalam negeri barang sejenis yang produksinya mewakili
sebagian besar lebih dari 50 dari keseluruhan produksi barang yang bersangkutan.
ASEAN-Cina Free Trade Agreement ACFTA merupakan kesepakatan antara negara anggota ASEAN dengan Cina untuk mewujudkan kawasan
perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun non tarif, peningkatan akses pasar jasa,
peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak ACFTA dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan Cina.
23
Namun dalam berjalannya ACFTA ini yang sebenarnya harapannya Indonesia dapat sebuah peluang untuk mendapat keuntungan seperti yang
diharapkan namun hal itu tidak terjadi karena dalam beberapa penelitian ACFTA diawali pada tahun 2001 dalam pertemuan ASEAN dan China di
Bandar Sri Bengawan, Brunei Darussalam, dimana China menawarkan proposal ACFTA untuk jangka waktu 10 tahun, dan ditandatangani tahun 2002 dan
kemudian Framework Agreement ASEAN-China FTA melalui Keputusan Presiden Nomor 48 tahun 2004 tanggal 15 Juni 2004. Kemudian ACFTA aktif berlaku
tanggal 1 januari 2010 dan Indonesia harus membuka diri dalam pasar bebas regional China dan ASEAN.
23
Nin Yasmin Lisasih, “Implikasi ACFTA terhadap perekonomian Indonesia”, www.ninyasmin.wordpress.com, 19 Juli 2011, terakhir kali diakses tanggal 24 September 2011
Universitas Sumatera Utara
mengatakan neraca perdagangan Indonesia-China tidak seimbang dan Indonesia mengalami defisit bahkan sebelum ACFTA diberlakukan.
24
F. Metode Penelitian