Tinjuan Umum Mengenai Antidumping

BAB II HUKUM ANTI DUMPING DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

A. Tinjuan Umum Mengenai Antidumping

1. Konsep dan Pengertian Dumping Dumping adalah istilah yang digunakan dalam perdagangan internasional yakni praktik dagang yang dilakukan eksportir dengan menjual komoditi di pasaran internasional dengan harga yang kurang dari nilai yang wajar atau lebih rendah dari harga barang tersebut dinegerinya sendiri, atau dari harga jual kepada negara lain pada umumnya, sehingga merusak pasaran dan merugikan produsen pesaing negara pengimpor. 25 Dalam ilmu ekonomi dumping diartikan sebagai “traditionally defined as selling at a lower price in one national market than in another”. 26 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai system penjualan barang di pasaran luar negeri dalam jumlah banyak dengan harga yang rendah sekali dengan tujuan agar harga pembelian di dalam negeri tidak diturunkan sehingga akhirnya dapat menguasai pasar luar negeri dan dapat menguasai harga kembali. 27 25 AF. Elly Erawaty dan J.S. Badudu, Kamus Hukum Ekonomi Inggris-Indonesia, Jakarta, Proyek ELIPS, 1996, hal.39. 26 John H Jackson and William J.Davey, Legal Problems of Economics Internasional Cases, Materials and tax 2 nd Edition, hlm. 654-655. 27 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 1997, hal 246. Universitas Sumatera Utara Dalam Black’s Law dictionary, Pengertian dumping dinyatakan sebagai berikut, “The act of selling in quantity at a very low price or practically regardless of the price; also, selling goods abroad at less than the market price at home. 28 Beberapa pengertian dumping sebagaimana dikemukakan oleh beberapa sarjana dalam Sukarmi adalah sebagai berikut. ” Dimana dalam terjemahan bebas dapat diartikan sebuah tindakan yang menjual barang dalam kuantitas harga yang sangat rendah atau hampir mengabaikan harga, juga menjual barang-barang luar negeri kurang dari harga pasar di tempat asalnya. Adapun menurut kamus hukum ekonomi, dumping adalah prakting dagang yang dilakukan pengekspor dengan menjual komoditi di pasaran internasional dengan harga kurang dari nilai yang wajar atau lebih rendah daripada harga barang tersebut di negerinya sendiri atau daripada harga jual kepada negara lain, pada umumnya, praktik ini dinilai tidak adil karena dapat merusak pasar dan merugikan produsen pesaing di negara pengimpor. Dari defenisi tersebut diatas menunjukkan bahwa pengertian dumping, sering diekpresikan sebagai penjualan produk-produk untuk ekspor pada harga yang lebih rendah dari nilai normal. Nilai normal dalam arti harga untuk produk-produk yang sama yang dijual di negara sendiri atau di pasar pengekspor. 29 1. Agus Brotosusilo: Dumping adalah bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau negara 28 Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, ST. Paul,Minn;West Publishing Co, 1990,Hal.347. 29 Sukarmi, Regulasi Anti Dumping Dalam Bayang-Bayang Pasar Bebas, Jakarta; Sinar Grafika, 2002, hlm 25. Universitas Sumatera Utara pengekspor yang menjual barangnya dengan harga lebih rendah di pasar luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atas produk ekspor tersebut. 2. Muhammad Ashari: Dumping adalah suatu persaingan curang dalam bentuk diskriminasi harga, yaitu suatu diskriminasi harga yaitu suatu produk yang ditawarkan di pasar negara lain lebih rendah dibandingkan dengan harga normalnya atau dari harga jual di negara ketiga. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa Dumping adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh produsen atau pengkspor yang melaksanakan penjualan barang komoditi di luar negeri atau negara lain dengan harga yang lebih rendah dari harga barang sejenis baik di dalam negeri pengekspor maupun di negara pengimpor, sehingga mengakibatkan kerugian bagi negara pengimpor. Dengan demikian bahwa pengertian dumping dalam konteks hukum perdagangan internasional adalah suatu bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau negara pengekspor yang menjual barangnya dengan harga lebih rendah di pasar luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri sendiri, dengan tujuan untuk memperoleh keberuntungan atas produk tersebut. Untuk mengantisipasi adanya praktik dumping diperlukan suatu tindakan yang disebut antidumping adalah suatu tindakan balasan yang diberikan oleh negara pengimpor terhadap barang dari negara pengekspor yang melakukan dumping. Pengenaan bea masuk antidumping adalah pungutan yang dikenakan terhadap barang dumping yang menyebabkan kerugian industri negara pengimpor. Universitas Sumatera Utara Barang dumping adalah barang yang diimpor dengan tingkat harga ekspor yang lebih rendah dari nilai normalnya dinegara pengekspor. Berbeda dengan subsidi yang terlihat sama namun berbeda, dimana subsidi adalah: 30 a Setiap bantuan keuangan yang diberikan oleh pemerintah atau badan pemerintah baik langsung maupun tidak langsung kepada perusahaan, industri, kelompok industri, atau eksportir. b Setiap bentuk dukungan terhadap pendapatan atau harga yang diberikan secara langsung untuk meningkatkan ekspor atau menurunkan import dari atau kenegara yang bersangkutan. Tujuan hukum diciptakannya pengaturan anti dumping adalah upaya perlindungan bagi industri lokal atau nasional dalam suatu negara. Namun dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang dimiliki Indonesia, meskipun substansinya memuat pengaturan larangan praktek persaingan tidak sehat baik dalam bentuk harga maupun barang, tetapi undang-undang tersebut tidak menyinggung mengenai perihal anti dumping. Hal ini membuat seolah-olah tidak ada keterkaitan antara praktik dumping dan persaingan usaha yang tidak sehat. Menurut Robert Willig, mantan kepala ahli ekonomi pada divisi Antitrust Departemen Hukum Amerika Serikat, ada lima tipe dumping berdasarkan tujuan dari eksportir, kekuatan pasar dan struktur pasar impor yaitu sebagai berikut. 31 30 H.S. Kartajoemana, GATT, WTO dan hasil Uruguay Round Jakarta ; UI Press, 1997 hal; 169. 31 Yulianto Syahyu, op.cit., hlm. 33 Universitas Sumatera Utara 1. Market Ekspansion Dumping Perusahaan pengekspor bisa meraih untung dengan menetapkan “Mark up” yang lebih rendah di pasar impor karena menghadapi elastisitas permintaan yang lebih besar selama harga yang ditawarkan rendah. 2. Cyclical Dumping Motivasi dumping jenis ini muncul dar adanya biaya marginal yang luar biasa rendah atau tidak jelas, kemungkinan biaya produksi yang menyertai kondisi dari kelebihan kapasitas produksi yang terpisah dari pembuatan produk terkait. 3. State Trading Dumping Latar belakang dan motivasinya mungkin sama dengan kategori dumping lainnya, tapi yang menonjol adalah akuisisi moneternya. 4. Strategic Dumping Istilah ini diadopsi untuk menggambarkan ekspor yang merugikan perusahaan saingan dinegara pengimpor melalui strategi keseluruhan dari negara pengekspor, baik dengan cara pemotongan harga ekspor maupun dengan pembatasan masuknya produk yang sama ke pasar negara pengekspor. Jika bagian dari porsi pasar domestik tiap eksportir independen cukup besar dalam tolak ukur skala ekonomi, maka mereka memperoleh keuntungan dari besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pesaing-pesaing asing. Universitas Sumatera Utara 5. Predatory Dumping Istilah ini dipakai pada ekspor dengan harga rendah dengan tujuan mendepak pesaing dari pasaran, dalam rangka memperoleh kekuatan monopoli di pasar negara pengimpor. Akibat terburuk dari dumping jenis ini adalah matinya perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang sejenis di negara pengimpor. Dumping merupakan praktik diskriminasi harga yang menjual produk impor dengan harga yang lebih murah dari produk yang sama dinegara asal. Selain itu, praktik diskriminasi harga yang menjual produk impor dengan harga yang lebih rendah dari pada biaya produksinya juga dikategorikan sebagai dumping. Berbagai negara telah mempunyai kebijakan dan prosedur masing- masing untuk melindungi perusahaan nasionalnya dari praktek dumping. Secara garis besar, dumping bisa dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu : 32 1. Dumping Spondaris, yaitu dumping yang dilakukan secara temporer dengan tujuan utama mengatasi kelebihan kapasitas. Kelebihan kapasitas dipasarkan ke luar negeri dengan harga berapa pun yang penting dapat dijual. Dengan demikian, perusahan bisa mendapatkan pemasukan dan terhindar dari perang harga dipasar nasionalnya. 2. Dumping Predatoris, yaitu praktek dumping dengan menjual produk secara merugi dengan tujuan mendapat akses kesuatu pasar dan menyingkirkan para pesaing. Begitu pesaing mulai berguguran dan posisi perusahaan cukup kuat, baru harga dinaikkan. 32 Aprilia dan Fenita Adriani, “Tuduhan Praktek Dumping yang Dilakukan Indonesia”, http:www.dttc.oas.orgtradestudiessubsidantidumptav.pdf , 1 Juli 2008, terakhir kali diakses tanggal 15 Agustus 2011, hlm 6 Universitas Sumatera Utara 3. Dumping Persisten, yaitu jenis dumping yang paling permanent, dimana perusahaan secara konsisten menjual produknya dengan harga lebih rendah disatu pasar dibandingkan dipasar-pasar lainnya. Hal ini dimungkinkan dengan penerapan metode penerapan harga marginal untuk pasar luar negeri dan metode penerapan harga penuh untuk pasar dalam negeri. Akibatnya, konsumen dalam negeri harus berkorban dengan membayar harga yang lebih mahal dari pada konsumen negara lain. Bagaimanapun tidak seluruh dumping itu membahayakan hanya dumping yang merugikan dan melanggar ketentuan Antidumping seperti yang diatur dalam agreement on Implementation of Article VI of GATT 1994, yang merupakan Multilateral Trade Agreement MTA. Dumping yang dipermasalahkan hanyalah dumping yang dapat menimbulkan kerugian material pada industri dalam negeri negara pengimpor. 33 Dalam ketentuan Pasal VI ayat 1 GATT merumuskan definisi dumping sebagai : “Product of one country are introduce into the commerce of another country at less than normal value of the product is to be condemned if it causes or threated material injury to an estabilished industry in the teritority of contracting party or matrially rertard the estabilishment of a domestic industry”. 34 Berdasarkan ketentuan diatas, maka artikel VI GATT 1994 ini mengijinkan otoritas di suatu negara untuk mengenakan biaya tambahan dalam bentuk bea masuk anti dumping terhadap produk-produk impor yang diduga dijual 33 Yulianto Syahyu, op.cit., hal 34 34 GATT, Article VI Poin 1, an Agreement on 15 april 1994 . Universitas Sumatera Utara dibawah harga normal atau harga lebih murah dari harga pasar di pasar domestik dari negara asal barang, sehingga praktik yang demikian menimbulkan kerugian bagi industri dalam negeri. 35 1. Harga ekspornya lebih rendah daripada harga perbandingan untuk barang sejenis yang digunakan untuk konsumsi di dalam negeri pengekspor. Dumping juga memiliki dua arti yakni pertama, dumping adalah praktek yang dilakukan oleh sebuah perusahaan yang menjual produk ekspornya pada harga yang lebih rendah dari harga produk itu jika dijual di negara asalnya. Definisi dumping ini dipakai dalam Putaran Kennedy dan Putaran Tokyo mengenai Antidumping duties, sementara definisi dumping yang disepakati dalam Putaran Uruguay adalah praktek yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang menjual produk ekspornya dengan harga yang lebih rendah daripada harga normal produk tersebut. Putaran Uruguay juga menentukan kriteria sebuah perusahaan dianggap melakukan dumping, yaitu : 2. Bila tidak ada penjualan dipasar domestik, maka digunakan perbandingan harga ekspor ke pasar negara ketiga. 3. Bila ukuran pertama dan kedua tidak ada, maka digunakan suatu ukuran ketiga yakni dengan diadakan pembentukan harga yang didasarkan pada biaya produksi ditambah dengan satu jumlah biaya untuk administrasi, pemasaran dan biaya lainnya ditambah dengan suatu jumlah keuntungan yang wajar. 35 Rita Erlina, Anti Dumping Dalam Perdagangan Internasional : Sinkronisasi Peraturan Anti Dumping Indonesia Terhadap WTO Anti Dumping Agreement , Tesis, Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara,Medan, 2007, Hal. iv. Universitas Sumatera Utara Dumping dapat dikatakan sebagai tindakan diskriminasi harga hal ini berarti menjual barang yang sama dengan harga berbeda pada pasar-pasar yang terpisah. Hal ini sejalan dengan suatu posisi monopoli di pasar dalam negeri yang bersangkutan. 36 Dapat juga diartikan sebagai penawaran di luar negeri dengan harga di bawah biaya produksi negara pengekspor. 37 Negara yang merasa dirugikan dengan adanya dumping itu bisa melakukan tindakan balasan, sekarang biasanya diwujudkan dalam bentuk Bea Masuk Anti Dumping. Kebijakan anti dumping menjadi hal yang kontroversial dan paling sering digunakan oleh negara-negara maju untuk melindungi perusahaannya yang kurang efisien. Kebijakan anti dumping itu diterapkan tidak boleh lebih lama daripada 5 tahun sejak kebijakan antidumping diterapkan, namun pihak pemerintah yang mengeluarkan kebijakan anti dumping di suatu negara bisa menerapkan jangka waktu yang lama lagi jika melihat bahwa kelanjutan Kemudian yang dikatakan dengan anti-dumping adalah kebijakan yang dibuat atau diciptakan oleh pemerintah dalam suatu negara untuk mencegah timbulnya berbagai kegiatan curang oleh pelaku usaha asing melalui produk impor, perbuatan curang ini berkaitan dengan aspek harga dan produk. Mekanisme anti-dumping ini selanjutnya menciptakan apa yang disebut sebagai safeguard yaitu suatu upaya perlindungan dari pemerintah suatu negara untuk melindungi produk dalam negeri yang dihasilkan pelaku usaha domestiknya. 36 Yulianto Syahyu, Hukum Anti Dumping di Indonesia,Jakarta; Ghalia Indonesia, 2003,hlm. 32. 37 Winardi, Istilah Ekonomi,Bandung,Mandar Maju, 1996, Hal.112 Universitas Sumatera Utara pengenaan kebijakan anti dumping itu mencegah timbulnya kembali atau mengurangi kerugian yang terus berlanjut pada suatu industri domestiknya. Di lain pihak penggunaan definisi barang dumping sebagai barang ekspor yang dijual pada harga yang lebih rendah daripada harga normal merugikan negara-negara yang memiliki industri yang efisien dan mempunyai keuntungan komparatif dan kompetitif. Sudah sering terjadi negara-negara maju menerapkan kebijakan anti dumping pada sebuah produk yang sebenarnya tidak didumping sering terjadi, hanya karena melihat bahwa barang ekspor itu dijual dibawah harga normal. Kriteria harga normal kebanyakan ditentukan oleh perhitungan mereka sendiri atau karena melihat bahwa produk impor itu telah merusak harga produk sendiri, merusak harga produk-produk sejenis yang dihasilkan oleh produsen domestik dan dilakukan secara sepihak tanpa meminta keterangan terlebih dahulu atau membentuk tim untuk melakukan investigasi. Pembentukan tim investigasi baru dilaksanakan setelah ada keberatan dari pihak negara pengekspor, tetapi juga merugikan pihak importir,distributor dan penjual eceran di negara pengimpor serta tentu saja konsumen yang harus membayar lebih mahal. Dasar hukum antidumping mungkin tidak sesuai dengan teori ekonomi. Walaupun demikian, para negosiator perdagangan internasional tidak mempermasalahkan apakah dumping dapat diperkarakan. Selama negoisasi WTO, tidak ada delegasi yang menentang hak pemerintahan suatu negara untuk menetapkan antidumping. Sampai pada akhirnya ketika Putaran Kennedy, para negosiator sedikit memberikan perhatian pada hukum antidumping. Sebelum Universitas Sumatera Utara Putaran Kennedy hanya ada satu kasus yang pada tahun 1955, Swedia dibebankan bea antidumping oleh Italia atas produk Stoking Nilon. Pada awalnya ketentuan GATT yang mengatur mengenai tata cara dan prosedur pelaksanaan antidumping Article VI dirasakan masih bersifat tidak jelas dan perlu dipertegas serta diperluas, untuk itu perlu penyempurnaan melalui berbagai perundingann multilateral yang menghaslkan Agreement on Implementation of article VI of GATT 1994 atau yang dikenal dengan Antidumping Code 1994. Article 2,1 dari Antidumping Code 1994 mengatur tentang determinasi dumping yaitu 38 Untuk mengkounter praktik dumping yang dilakukan produsen negara pengekspor maka pemerintah negara pengimpor dapat melakukan pengenaan dan penarikan bea masuk antidumping. Pengertian antidumping menurut konsep GATT 1994 adalah bea masuk yang dikenakan kepada barang-barang yang : “For the purpose of this Agreement, a product is to be considered as being dumped, i.e. introduced into the commerce of another country at less than its normal value, if the export price of the product exported from one country to another is less than the comparable price, in the ordinary course of trade for the like product when destined for consumption in the exporting country.” Dengan demikian konsep utama dalam GATT 1994 adalah menjual barang dengan harga lebih murah di luar negeri daripada dalam negeri dengan dibawah harga normal. Sehingga jika terdapat selisih antara harga jual ekspor dan harga jual dalam negeri lebih rendah, maka eksportir dianggap sudah melakukan dumping. 38 Antidumping Code, Article 2 point 1, an Agreement on 15 april 1994 . Universitas Sumatera Utara diketahui sebagai barang dumping dengan tujuan menghilangkan unsur dumping pada barang tersebut, dan agar harga barang tersebut tidak terlalu tinggi perbedaannya dengan harga barang sejenis di negara importer. Tindakan antidumping sebagai upaya untuk mengkounter praktik dumping perlu dilakukan secara adil dan proporsional sehingga dapat mengakomodir kepentingan masyarakat dan dunia usaha. Dengan demikian apabila suatu perusahaan di luar negeri menjual produknya ke negara lain dengan harga dumping dan menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negeri importir, maka negara importir tersebut dibenarkan mengenakan bea masuk antidumpingsebesar margin dumpingnya. 2. Dampak Praktik Dumping Terhadap Negara Importir dan Eksportir Masyarakat dalam melakukan perdagangan bertujuan untuk memperoleh keuntungan, untuk itu masyarakat harus mempunyai kemampuan atau kecakapan serta berkeinginan untuk terus menerus mengikuti kegiatan perdagangan internasional, serta berupaya memperdagangkan barang yang berkualitas dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat internasional. Maka untuk itu pelaku perdagangan internasional perlu memiliki konsep keunggulan komperatif atau yang sering disebut Comparative Advantages. 39 Namun hal tersebut sering tidak dipahami dan dilakukan oleh pelaku usaha, mereka pada umumnya lebih mengutamakan keuntungan dan terkadang demi keuntungan melakukan praktik curang Unfair seperti melakukan praktik 39 Victor Purba, Kontrak Jual Beli Barang Internasional, Konvensi Vienna 1980, Program Pascasarjana Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 2002, Hal. 304. Universitas Sumatera Utara dumping sementara praktik tersebut memiliki dampak bagi importir maupun eksportir. Konsep strategi dumping menimbulkan masalah bersama dari pasar ekspor yang tidak elastis dalam hubungan dengan harga rendah dalam pasar impor. Robert Willig menyatakan hal tersebut dikarenakan 40 1. Tertutupnya pasar pengekspor, : 2. Akibatnya terjadi pembatasan penjualan dalam negeri sehingga membatasi untuk investasi pada penelitian dan pengembangan serta pengembangan sumber daya manusia, 3. Kemungkinan memperkuat monopoli para eksportir jika supplier domestic di negara impor tidak mampu dalam bersaing secara efektif, dan 4. Kemungkinan oligopoli antara produsen luar negeri dan domestik. Dari sudut pandang pereknomian global, pengaruh negatif strategi dumping pada negara importir lebih besar dari negara eksportir yang menikmati keuntungan. 41 1. Dampak Dumping di Negara Importir Dampak dumping dapat dilihat dari dua sisi yakni dari pihak Importir dan pihak Eksportir. Dampak dumping dapat dilihat dari beberapa tolak ukur yakni sebagai berikut 42 40 Gabrielle Marceau, Antidumping and Antitrust Issues in Free Trade Areas, Oxford, Clareden Press, 1994, hal 15, dikutip oleh Yulianto Syahyu, Hukum Antidumping di Indonesia, Jakarta; Ghalia Indonesia, 2003, hal 47. 41 Yulianto Syahyu, Hukum Anti Dumping di Indonesia,Jakarta; Ghalia Indonesia, 2003,Hlm. 47 42 Yulianto, op.cit., hal 49 Universitas Sumatera Utara a. Tingkat produksi level of output Total output dari keadaan di bawah diskriminasi harga mungkin lebih besar dibandingkan dengan keadaan dibawah harga monopoli tunggal. Kenyataannya dalam pasar yang diskriminatif, jika setiap pembeli bersedia membayar sesuai dengan kurva permintaan klasik pada saat permintaan meningkat harga akan meningkat, demikian juga sebaliknya, maka total output akan cederung sama dengan output pada situasi industri yang sangat kompetitif. Disisi lain, ada kemungkinan bagi kaum monopolis untuk menggunakan strategi diskriminasi harga untuk mengurangi output di salah satu pasar. Karena itu tidak ada teori umum dan pasti tentang implikasi dari diskriminasi harga. Dalam perdagangan internasional cenderung mengurangi hasil produksi dari produsen pesaing lokal, tetapi hal ini dapat meningkatkan hasil produksi dari industri hilir. Setiap situasi patut dianalisis secara khusus dan karena itu dumping tidak berbeda dari impor dengan harga rendah lainnya. b. Penyebaran pendapatan Di satu sisi, pesaing lokal yang merupakan produksi barang sejenis dapat kehilangan keuntungan karena praktik dumping ini. Karena dumping ini pemegang saham akan kehilangan dividennya dan pekerja akan kehilangan pekerjaan untuk beberapa waktu. Disisi lain, barang dengan harga rendah ini akan secara langsung menguntungkan kondisi keuangan dari para konsumen. Universitas Sumatera Utara c. Dampak terhadap proses kompetisi dalam perdagangan internasional effects on the competitive process in international trade. Dampak praktik dumping ini terhadap kompetensi sangat bervariasi, tergantung pada apakah diskriminasi harga yang terjadi secara horizontal atau vertikal. Dampaknya antara lain sebagai berikut: 1 Jika diskriminasi harga ini merupakan hasil transisi dari monopoli total kebiasaan yang lebih kompetitif, maka diskriminasi harga akan berpihak kepada persaingan. 2 Jika diskriminasi harga membantu proses pengerusakan kartel internasional, maka diskriminasi harga ini akan menjadi prokompetitif terhadap negara importir dan juga negara eksportir. 3 Jika diskriminasi harga merupakan bukti adanya praktik pemangsaan atau merupakan tameng dari adanya kerusakan system ekonomi, maka diskriminasi harga bisa juga menjadi antikompetitif. Diskriminasi harga horizontal adalah diskriminasi terhadap pesaing pada tingkat industri yang sama. sebagaimana penjualan dengan harga rendah lainnya, diskriminasi harga secara horizontal ini akan menghilangkan beberapa pesaing di negara pengimpor. Universitas Sumatera Utara Dalam perdagangan internasional, dumping tampaknya menguntungkan bagi industri hilir di negara pengimpor. Adanya produk impor dengan harga rendah pada umumnya berbentuk bahan baku akan meningkaykan keuntungan bagi industri dalam negeri yang menggunakannya. 2. Dampak dumping dinegara Eksportir Dalam pola diskriminasi harga internasional, pasar yang kurang elastis atau mempunyai peraturan bisnis yang sanggat kaku, pada umumnya cenderung memberlakukan harga tinggi untuk konsumen dalam negeri. Di sisi lain, dengan memperluas kesempatan pasar ekspor, diskriminasi harga yang berupa dumping ini dapat menguntungkan konsumen dalam negeri dengan memungkinkan adanya biaya produksi yang rendah, investasi yang lebih besar untuk produk baru dan juga peningkatan kapasitas produksi yang dapat menambahkan kesejahteraan dari konsumen barang dumping. Konsekuensi dari praktik dumping mengakibatkan pembatasan produksi barang industri dalam negeri dan secara bersamaan membatasi untuk investasi pula pada penelitian dan pengembangan serta peningkatan sumber daya manusia. Disamping itu akan terjadi ketertutupan negara tersebut dengan produk sejenis dari yang lain, terutama jika terjadi subsidi silang atas barang dumping. Jadi apapun alasannya praktik dumping tetap merugikan negara eksportir secara tidak langsung dan untuk jangka waktu yang panjang akan dapat merugikan. 3. Sejarah Ketentuan Antidumping Transaksi perdagangan internasional saat ini semakin berkembang tiap tahunnya. Hal ini dapat kita lihat dari terciptanya General Agreements on Tariffs Universitas Sumatera Utara and Trade GATT tahun 1947 yang berlaku sejak tahun 1948 dimana ketentuan antidumping sudah menjadi bahan yang patut dibahas. Dalam perdagangan internasional yang semakin berkembang akan menimbulkan persaingan yang sangat ketat dan dan kemungkinan untuk melakukan praktek curang cukup tinggi. Ketentuan antidumping sudah tercantum sejak disepakatinya GATT pada tahun 1947 dimana ada perjanjian tambahan dibuat secara simultan yang disebut Code. Pasal VI GATT tentang lembaga antidumping direkomendasikan untuk diimplementasikan oleh negara anggota dalam system hukum nasional, dimana pasal VI tersebut adalah sebagai berikut. “The contracting parties recognize that dumping, by which products of one country are introduced into one commerce of another country at less than normal value of the products, is to be condemned if it causes or threatens material injury to an established industry in the territory of a contacting party or materially retrads the establishment of a domestic industry. 43 WTO dibentuk pada tanggal 1 Januari 1995 yang merupakan ketentuan kelanjutan dari GATT, dimana pada dasarnya memiliki prinsip dan tujuan yang sama dalam menciptakan ketertiban dalam perdagangan internasional. WTO ” Pada tahun awal, putaran perdagangan GATT mengkonsentrasikan negoisasi pada upaya pengurangan tariff yang kemudian dilanjutkan dengan Putaran Kennedy pada pertengahan tahun 1960-an yang membahas persetujuan anti dumping. Kemudian dilanjutkan denggan Putaran Tokyo pada tahun 1970 dan Putaran Uruguay dari tahun 1986 sampai tahun 1994 dan mengarah kepada pembentukan World Trade Organization WTO dimana didalamnya mencakup juga perdagangan jasa dan kekayaan intelektual. 43 GATT, Article Pasal VI, an Agreement on 1994 GATT, Universitas Sumatera Utara sebuah organisasi perdagangan internasional diharapkan dapat menjembatani semua kepentingan negara di dunia dalam sektor perdagangan melalui ketentuan- ketentuan yang disetujui bersama. Sebagai negara yang turut ambil bagian dalam perdagangan multilateral, Indonesia sudah meratifikasi Agreement Establishment The WTO ini melalu Undang-Undang nomor 7 tahun 1994. Dengan meratifikasi Agreement Establishment The WTO ini Indonesia sekaligus telah meratifikasi pula Antidumpping Code 1994 yang merupakan salah satu dari Mulitlateral Trade Agreement MTA. Sebagai konsekuensinya dari diratifikasinya Agreement Establishment The WTO oleh Indonesia, Indonesia kemudian membuat ketentuan dasar mengenai antidumping dengan cara menyisipkannya dalam Undang-undang nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan yang tercantum pada pasal 18 sampai dengan pasal 20 dan selanjutnya diubah menjadi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006. Dengan dimuatnya ketentuan tersebut lahirlah peraturan-peraturan pelaksana sebagai berikut. 1. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1996 tentang Bea Masuk Antidumping dan Bea Masuk Imbalan. 2. Keputusan-keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan antara lain sebagai berikut ini. 1 a. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 216 Tahun 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengajuan dan Universitas Sumatera Utara Penyelidikan Atas Barang Dumping dan Barang Mengandung Subsidi, yang diperbaharui dengan; b. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.216 MPP Kep 7 2001 tentang Perubahan Keputusan No. 261 MPP Kep 9 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengajuan Penyelidikan Atas Barang Dumping dan Barang Mengandung Subsidi. 2 a. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.136 MPP Kep 6 1996 tentang Pembentukan Komite Antidumping Indonesia yang diperbaharui oleh; b. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 430 MPP 9 1999 tentang Komite Antidumping Indonesia KADI dan Tim Operasional Antidumping TOAD, diperbaharui lagi oleh : c. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 427 MPP Kep 10 2000 tentang Komite Antidumping Indonesia. 3 a. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 172 MPP Kep 6 1996 tentang Organisasi dan Tata Cara TOAD dan diperbaharui oleh : b. Keputusan Ketua TOAD No. 354 TOAD Kep 10 1999 tentang \Pengangkatan Anggota TOAD, yang kemudian diperbaharui lagi oleh : Universitas Sumatera Utara c. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 428 MPP Kep 10 2002 tentang Penunjukan dan Pengangkatan Anggota Komite Antidumping Indonesia. d. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 24 MPP Kep 1 2002 tentang Pembebasan dan Pengangkatan Ketua Merangkap Anggota Komite Antidumping Indonesia. 3. Surat Edaran Dirjen Bea dan Cukai Nomor SE-19BC1997 tentang Petunjuk pelaksanaan Pemungutan Bea Masuk Anti dumping sementara. Dan dari hal tersebut menjadi jelas sudah dasar hukum antidumping di Indonesia dan jelas juga apa yang menjadi payung perlindungan terhadap produk industri dalam negeri dalam hal terjadinya praktik dumping.

B. Ketentuan Antidumping Menurut GATT dan WTO