Apa itu Jurnalisme Warga?
9
Merekapun dibekali oleh kemampuan-kemampuan standar untuk dapat melakukan laksana wartawan
yang sedang meliput berita. Namun umumnya dari mereka adalah bekerja secara invidu dan bergerak
secara voluntarisme. Menurut beberapa literatur, jurnalisme warga
lahir akibat terjadinya tren yang disebut “ market
driven journalism ” yakni perkembangan dari
implementasi jurnalisme yang diakibatkan dorongan kepentingan pasar atau kepentingan
pemodal. Ini mengindikasikan adanya dorongan yang kuat dari pemilik media yang “berkonspirasi”
untuk kepentingan tertentu. Masyarakat atau publik diangggap sebagai pasar dan bukan
sebagai warga, sehingga orientasi jurnalistik yang berkembang mengarah pada pemasaran.
Di samping itu, kecenderungan jurnalisme warga ini semakin berkembang juga mengisi lemahnya
kerja jurnalistik yang mengusung konten-konten tertentu yang seharusnya ada di media-media saat
ini. Disisi lain, perkembangan teknologi informasi menyebabkan orang perorangan dengan sangat
mudah menyampaikan informasi yang diketahuinya melalui media-media sosial, bahkan tak hanya itu,
melalui kemampuannya dapat menyusun berita atau informasi yang menurutnya penting diketahui oleh
publik.
warga diantaranya, yaitu: 1 Aktivitas warga yang memainkan peranan
aktif dalam mengumpulkan, menganalisis, melaporkan dan menyebarkan berita kepada
masyarakat luas. Penjelasan ini dikemukakan oleh Shane Boyman dan Chris Willis di dalam
http:www.hypergene.netwemediaweblog.php 2 Pandan Yudhapramesti dalam tulisannya
di Citizen Journalism CJ Sebagai Media Pemberdayaan Warga. Majalah Observasi.
Vol 5. no. 1, menyatakan bahwa jurnalisme warga adalah jurnalisme orang biasa, tanpa
memandang latar belakang pendidikan dan keahliannya, seseorang dapat merencanakan,
menggali, mengolah dan mempresentasikan informasi berupa tulisan, gambar, foto, laporan
lisan, video dan lainnya dalam Jurnalistik Warga. Dari dua pendapat di atas, maka dapat dilihat
luasnya spektrum pemahaman mengenai jurnalisme warga ini. Paling tidak ada dua hal menarik yang
dapat diambil dari penjelasan diatas yakni pertama adalah partisipasi warga didalam membuat berita
dan yang kedua konten yang dihasilkan yang merupakan konten dengan isu publik publik
interest. Partisipasi warga dapat bermula dari hal apa saja. Dari apa yang dirasakan tentang sesuatu
kondisi di dalam lingkungannya atau respon saat mengalami atau berada didekat satu situasi tertentu.
Konten yang dibuat adalah konten yang menurut mereka penting untuk disampaikan kepada publik,
karena ada ketertarikan publik di sana. Konten yang mereka hasil diyakini belum tentu dapat diangkat
oleh media arus utama atau untuk melengkapi konten yang sudah ada.
www.kinerja.or.id
Panduan - Jurnalisme Warga untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I
10
S
alah satu top news
pada akhir November 2011 di beberapa media massa di Jakarta, terutama televisi, adalah kasus perampokan yang terjadi di kawasan Pulomas Jakarta Timur pada 19
November 2011. Bukan kasus perampokannya yang menarik, tetapi bagaimana sang penghuni rumah yang dirampok itu lebih memilih SJS situs jejaring sosial ketimbang melaporkannya
terlebih dahulu kepada pihak kepolisian. Hasil rekaman kamera CCTV tentang perampokan di rumahnya itu pun di-posting melalui YouTube
[1] . Dan benar saja, setelah itu media massa
mainstream memberitakannya dan polisi pun “bergerak” cepat dan akhirnya tertangkap lah para perampok di Pulomas itu.
Kisah dari Pulomas tadi adalah salah satu praktik jurnalisme warga yang berhasil membangun noising alias kebisingan dalam beberapa perbincangan di media sosial via YouTube, facebook dan
twitter. Pada akhirnya, video tersebut dapat menarik minat serta membangun kepedulian media arus utama untuk mempublikasikan dan menindaklanjutinya dengan mewawancarai berbagai
pihak, terutama kepolisian, yang terkait dengan peristiwa perampokan itu. Kekuatan berita yang dihasilkan para jurnalis warga, memang tidak bisa dianggap sepele. Masih
ingat dengan video amatir yang berhasil merekam peristiwa tsunami Aceh 26 Desember 2004 itu? Betapa dahsyatnya pengaruh video karya Cut Putri itu. Melalui karyanya itulah, peristiwa tsunami
Aceh kemudian lebih diketahui masyarakat luas. Video tersebut merupakan gambar awal kondisi tsunami di Aceh itu. Stasiun televisi kemudian menayangkan hasil rekaman video Cut Putri. Dari
tangan seorang perempuan yang tidak atau bukan sedang menjalankan tugas jurnalistik itulah lahir karya yang memiliki nilai berita sangat tinggi
[2] .
Berikut ini adalah detik demi detik proses perekaman dengan handycam yang dilakukan Cut Putri seperti yang dituturkan gadis Aceh kelahiran Papua tamatan Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran Bandung itu: “Saat itu, aku tidak mau berdiam diri, aku harus tetap produktif walaupun mungkin ini saat-saat
akhir kehidupan. Karenanya, aku berjuang keras untuk tetap merekam semua kejadian yang ada, selama mungkin dan sestabil mungkin. Aku tak akan menekan tombol off selama masih hidup.
Kalaupun akhirnya aku tersapu tsunami, aku tetap dalam keadaan merekam. Do’aku hanya satu, Ya Allah, kalaupun aku meninggal saat ini, aku ikhlas. Hanya satu yang aku inginkan, selamatkan
rekaman ini agar semua orang bisa melihat betapa Maha Kuasanya Engkau.” [3]
www.kinerja.or.id
Panduan - Jurnalisme Warga untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
11
Berikut ini adalah detik demi detik proses perekaman dengan handycam
yang dilakukan Cut Putri seperti yang dituturkan gadis Aceh kelahiran Papua tamatan Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran Bandung itu: “Saat itu, aku tidak mau berdiam diri, aku harus tetap produktif walaupun mungkin ini saat-saat akhir
kehidupan. Karenanya, aku berjuang keras untuk tetap merekam semua kejadian yang ada, selama mungkin dan sestabil mungkin. Aku tak akan menekan tombol off selama masih hidup. Kalaupun
akhirnya aku tersapu tsunami, aku tetap dalam keadaan merekam. Do’aku hanya satu, Ya Allah, kalaupun aku meninggal saat ini, aku ikhlas. Hanya satu yang aku inginkan, selamatkan rekaman ini
agar semua orang bisa melihat betapa Maha Kuasanya Engkau.” [3]
Beberapa pengalaman di atas adalah gambaran mengenai praktik jurnalisme warga dimana
orang per orang warga mengambil peran penting dengan berpartisipasi langsung dalam
menyampaikan informasi berita kepada publik.
2. Siapa Jurnalis Warga?
Apakah setiap orang di masyarakat kita dapat menjadi Jurnalis Warga JW? Mahasiswa, Pekerja
Pabrik, Petani, Nelayan, Pegawai Negeri Sipil, Perempuan - Laki-laki, Tua – Muda, dan lain lain
bisakah menjadi JW? Ya, tentu saja. Siapapun bisa menjadi JW, karena memang jurnalisme
warga adalah jurnalisme orang biasa [5]
. Ini
juga seperti yang dikatakan Oh Yeon-ho, pendiri OhMyNews
, situs jurnalisme warga terpopuler asal Korea Selatan dengan 40.000 reporter warganya,
mengatakan “ every citizen is a reporter
”, setiap warga adalah pewarta. Siapa saja dapat
mewartakan apa saja yang terjadi di sekitarnya, baik peristiwa maupun berbagai persoalan yang ada di
masyakaratnya [6]
. Secara singkat, rumusan mengenai jurnalisme
warga itu: sebuah proses pengumpulan data, penulisan, penyuntingan, dan penyebarluasan
merupakan ekspresi jati diri reporter maupun kebudayaan masyarakat sekitar. Praktik
penyelenggaraan jurnalisme warga tidak dikendalikan pihak manapun sehingga mereka
memperoleh kebebasan penuh dan sangat independen
[7] .
Jadi, intinya siapapun, kapanpun dan dimanapun dapat melakukan peliputan dan melaporkan hasil
liputannya berupa tulisan, audio maupun audio visual melalui media yang ada, baik media arus
utama maupun media sosial, seperti: situs, blog,
facebook, twitter, YouTube, dan sebagainya.
www.kinerja.or.id
Panduan - Jurnalisme Warga untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I
12
www.kinerja.or.id
P
engalaman Radio Suara Surabaya FM SS mengenai keikutsertaan masyarakat mengatasi persoalan kejahatan di Surabaya, misalnya perampokan dan pencurian mobil. Dalam
kurun waktu 1994 hingga 2002 melalui siarannya dan juga partisipasi masyarakat, SS berhasil menggagalkan tujuh perampokan mobil. Modusnya para korban pencurian itu biasanya melaporkan
secara langsung di SS bahwa mobil mereka dicuri, sambil memberikan identitas mobil tersebut [4]. Pendengar, khususnya yang sedang mengendarai mobil dan sedang mendengarkan informasi
tersebut langsung memberikan perhatian dan mengamati apakah mereka berpapasan dengan kendaraan yang sedang dicuri tersebut. Biasanya yang melihat mobil tersebut, kemudian
melaporkannya ke SS secara “ live
”, sehingga memudahkan polisi menangkap pencuri tersebut. Peran SS sebagai tempat masyarakat belajar berdemokrasi semakin tampak di tahun 1994 itu,
melalui program “ interactive
”. SS menjadi pelopor dengan memberikan kesempatan masyarakat memberikan pendapat dan informasi secara live di radio melalui telepon. Saat itu juga bersamaan
dengan perkembangan telepon seluler di Indonesia, sehingga masyarakat Surabaya mulai banyak berbicara di radio secara lebih bebas.
Para pengguna telepon seluler juga mulai banyak melaporkan situasi lalu lintas ke SS. Pendengar lainnya melalui telepon di rumah
menelpon untuk memberikan pendapat atau melaporkan hal-hal kritis tentang kota Surabaya. Dalam waktu singkat program ini mendapat
respon luas bukan saja dari masyarakat, tetapi juga dari aparat pemerintah, polisi dan parlemen. Mereka melihat peluang berdialog dan berkomunikasi di radio secara terbuka dan transparan.
F
ransiskus Pehan 33 tahun, tamatan SMP, seorang petani dari dusun II desa Danibao, pulau Adonara, Flores Timur adalah seorang jurnalis warga yang sering mengangkat berbagai
peristiwa dan isu yang terjadi di sekitar desanya. Begitu pula dengan Daud Usman 33 tahun, juga tamatan SMP, nelayan dari dusun III desa
Duwanur, pulau Adonara. Daud biasa mengangkat berbagai peristiwa dan isu yang terjadi di desa seputar pantai Adonara itu.
Panduan - Jurnalisme Warga untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik