Aspek Keuangan Kondisi Kinerja Tahun 2005 – 2009

Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan 33

2. Aspek Keuangan

Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya didukung oleh sumber anggaran yang berasal dari Anggaran Rupiah Murni RM dan dari Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP yang diperoleh BBTPPI dari pendapatan atas Jasa Pelayanan Teknis JPT yang diberikan kepada masyarakat industri. Anggaran RM dan PNBP digunakan untuk belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal, namun anggaran dari PNBP lebih diutamakan untuk biaya operasional dalam memberikan layanan kepada masyarakat industri. Nilai pagu penggunaan dari masing-masing sumber anggaran dan total realisasi penggunaan anggaran yang digunakan BBTPPI selama tahun 2005 sampai tahun 2009, cenderung meningkat seperti terlihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Realisasi Pendapatan dan Belanja Tahun 2005 s.d. 2009 Rp. 000 No. Sumber 2005 2006 2007 2008 2009 2009 Pendapatan 1. Rupiah Murni 4.525.555 8.121.890 8.506.030 7.791.228 7.665.612 7.665.612 2. PNBP 2.088.952 2.375.567 3.242.754 3.485.171 3.399.275 4.345.575 3. Total Pendapatan 6.614.507 10.497.457 11.210.135 11.275.399 11.064.887 12.011.187 Belanja 4. Rupiah Murni 4.646.906 6.045.324 6.541.400 7.310.384 5.685.035 7.627.735 5. PNBP 1.379.594 1.966.714 2.763.503 3.034.154 2.719.732 4.242.499 6. Total Belanja 6.026.500 8.012.038 9.304.903 10.344.538 8.404.767 11.870.234 Realisasi Belanja RM 102,68 74,43 76,90 93,83 74,16 99,51 Realisasi Belanja PNBP 66,04 82,79 85,22 87,06 80,01 97,63 Realisasi Total Belanja 91,11 76,32 83,00 91,74 75,96 98,83 Keterangan: Periode Januari-September 2009. 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000 12.000.000 14.000.000 D a la m R ib u a n R p Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2009 Sumber Dana Pendapatan PNBP Rupiah Murni 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000 12.000.000 D a la m R ib u a n R p Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2009 Belanja PNBP Rupiah Murni Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan 34 Realisasi Belanja pada tahun 2006 dan 2007 terlihat sangat rendah disebabkan oleh kesalahan perencanaan, terutama pada alokasi belanja pegawai yang terlalu besar. Namun pada tahun 2008 telah dilakukan penyesuaian, sehingga kelebihan alokasi tidak terlalu signifikan . BBTPPI lebih dari belasan tahun memberikan jasa pelayanan teknis kepada masyarakat sesuai dengan lingkup tugasnya dan dalam Tabel diatas hanya ditampilkan data pagu penggunaan anggaran untuk empat tahun terakhir. Selama melaksanakan jasa layanan tersebut, berbagai sistem pengelolaan keuangan telah dialami seiring dengan sistem anggaran yang ditetapkan oleh Departemen Keuangan. Sebelum tahun 1991 pengelolaan keuangan dari Jasa Pelayanan Teknis JPT mengacu kepada ICW dan Kepres No. 291984 dimana penerimaan harus disetor ke kas negara dan tidak boleh dipergunakan langsung. Sejak tahun 1991 sesuai dengan SK Menteri Keuangan No. S-1116MK.0131990 tanggal 8 September 1990, penerimaan JPT dapat langsung dipergunakan oleh lembaga dan saldo akhir tahun harus disetorkan ke kas negara. Penganggaran JPT pada periode tersebut sudah terintegrasi dalam DIK. Pada tahun 1996 sesuai dengan surat Menpan No. B-643I96 peralihan status Balai-Balai Litbang menjadi Unit Swadana. Sistem pengelolaan JPT pada Unit Swadana menurut Kepres No. 381991 tentang Unit Swadana dan Tata Cara Pengelolaan Keuangannya disusul dengan Kep Menkeu No. 47KMK.031992 tentang Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Unit Swadana Pusat serta SK Menkeu No. 235KMK.011992 tentang Tata Cara Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah menjadi Unit Swadana disebutkan bahwa seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP yang diterima dapat langsung digunakan oleh instansi Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan 35 yang bersangkutan dan saldo akhir tahun menjadi saldo awal tahun berikutnya. Pada tahun 1997 terbit undang-undang No. 201997 tentang PNBP dimana keuangan dari JPT atau PNBP seluruhnya wajib disetor ke kas negara dan dikelola dalam sistem APBN. Sejak tahun 1997 BBTPPI menyesuaikan dengan undang-undang tersebut dan PNBP disetor ke kas negara. Penganggaran menggunakan pola Daftar Isian Kegiatan Suplemen DIK-S dan sejak tahun 2005 dengan pola Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DIPA. Pada tahun 2005 pelaksanaan anggaran belum mempergunakan DIPA melainkan masih mempergunakan Daftar Isian Kegiatan DIK, Daftar Isian Proyek DIP dan Daftar Isian Kegiatan Suplemen DIK-S, sedangkan untuk belanja pegawai DIK TA 2005 masih menganut Sistem Terbuka, artinya meskipun pagu belanja pegawai telah ditetapkan, namun dalam pelaksanaannya Kantor Penerimaan dan Pembayaran Negara KPPN tetap akan melakukan pembayaran meskipun telah melampaui pagu. Keadaan ini menyebabkan total realisasi penggunaan anggaran pada tahun 2005 melebihi jumlah pagu yang telah ditetapkan, seperti terlihat pada Tabel 2 diatas. Sesuai dengan amanat yang digariskan dalam pasal 11 ayat 5 Undang Undang No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara mulai tahun 2005 Anggaran Belanja Negara khususnya anggaran belanja pusat, disusun berdasarkan format baru yaitu format Anggaran Terpadu Unified Budget. Masa transisi tersebut tidak diantisipasi dengan baik, revisi PNBP yang semula mudah dilaksanakan ternyata menjadi sulit karena harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, mengakibatkan tidak optimalnya pelaksanaan DIPA pada tahun 2005 sehingga masih banyak anggaran yang belum dapat direalisasikan pada tahun tersebut dan diluncurkan pada tahun berikutnya. Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan 36 Selain itu dalam hal belanja pegawai terutama untuk pembayaran gaji sistem yang berlaku masih mengacu pada tahun sebelumnya dimana KPPN masih tetap akan melakukan pembayaran meskipun melampaui pagu, sehingga realisasi RM untuk tahun 2005 melebihi pagu yang telah dianggarkan. Pagu penggunaan PNBP setiap tahun ditetapkan meningkat, agar layanan yang dapat diberikan kepada masyarakat industri juga meningkat, akan tetapi peningkatan pagu tersebut tidak dapat ditetapkan secara maksimal sesuai dengan kebutuhan, namun kenaikan tersebut harus disesuaikan dengan total pagu penggunaan yang dialokasikan kepada BBTPPI. Pagu Rupiah Murni dan pagu penggunaan PNBP bagaikan bejana berhubungan, bila pagu PNBP dinaikkan, maka anggaran RM harus diturunkan, karena selalu diminta total pagu yang diusulkan sama dengan tahun sebelumnya. Disisi lain, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan PNS, anggaran RM harus meningkat sehingga menjadi sulit membuat perencanaan yang maksimal disebabkan terbatasnya pagu yang dapat dialokasikan untuk PNBP. Perencanaan pagu PNBP yang tidak maksimal, seringkali menyebabkan untuk beberapa jenis layanan, pagu yang tersedia sudah tidak mencukupi guna membiayai biaya operasional dalam memberikan layanan tersebut kepada masyarakat industri dalam tahun berjalan. Revisi anggaran akan diproses apabila target penerimaan telah terlampaui, sehingga menyebabkan realisasi penggunaan anggaran pada beberapa tahun lalu relatif rendah, hanya pada tahun 2008, dimana target penerimaan telah dilewati dan revisi anggaran dapat dilaksanakan, sehingga realisasi penggunaan meningkat. PNBP yang diperoleh semuanya disetorkan ke Kas Negara dan yang dapat digunakan oleh BBTPPI adalah sebesar 97,12 sedangkan Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan 37 2,88 diendapkan di kas Negara. Dari anggaran yang dapat digunakan tersebut sebagian besar dipergunakan untuk biaya operasional dari masing-masing JPT. Pada Tabel 3 dapat dilihat besarnya realisasi sumber anggaran yang dialokasikan untuk kebutuhan belanja yang dilaksanakan. Tabel 3. Realisasi Berdasarkan Anggaran Belanja BBTPPI Tahun 2005 sd 2009 Rp. 000 Sumber Anggaran Jenis Belanja 2005 2006 2007 2008 2009 Prognosa 2009 RM B. Pegawai 2.670.467 3.232.091 4.210.733 4.999.290 3.755.644 4.893.772 B. Barang 1.387.941 1.303.189 1.792.183 2.082.279 1.758.331 2.562.903 B. Modal 588.498 1.490.132 513.554 228.815 171.060 171.060 B. Bansos - 19.965 24.920 - - Total RM 4.646.906 6.045.377 6.541.390 7.310.384 5.685.035 7.627.735 PNBP B. Pegawai 739.891 971.400 1.175.286 1.240.280 - B. Barang 632.153 969.870 1.560.342 1.743.908 2.659.902 4.182.669 B. Modal 7.550 25.444 27.875 49.965 59.830 59.830 Total PNBP 1.379.595 1.966.714 2.763.503 3.034.154 2.719.732 4.242.499 TOTAL BELANJA 6.026.501 8.012.091 9.304.893 10.344.538 8.404.767 11.870.234 Keterangan: Periode Januari-September 2009. Prosentase Belanja RM dan PNBP Tahun 2005 77 23 Total RM Total PNBP Prosentase Belanja RM dan PNBP Tahun 2006 75 25 Total RM Total PNBP Prosentase Belanja RM dan PNBP Tahun 2007 70 30 Total RM Total PNBP Prosentase Belanja RM dan PNBP Tahun 2008 71 29 Total RM Total PNBP Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan 38 Berdasarkan Tabel 3 dan grafik diatas dapat dilihat bahwa kebutuhan belanja pegawai dan belanja modal masih tergantung kepada APBN. Apabila hanya mengandalkan anggaran yang bersumber dari PNBP maka tidak akan mencukupi, karena tarif dari layanan jasa yang diberikan tidak memperhitungkan penyusutan alat, inflasi dll. Oleh karena itu anggaran yang bersumber dari RM masih diperlukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan belanja pegawai dan belanja modal terutama untuk membeli peralatan instrumen yang relatif mahal dan spesifikasinya harus sesuai dengan yang dipersyaratkan ketentuan nasional maupun internasional. Namun demikian prosentase dari PNBP terhadap total anggaran dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Tarif yang digunakan dalam memberikan layanan jasa ditentukan oleh Pemerintah. Tarif yang digunakan sekarang mengacu kepada tarif yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No 63 tahun 2007 tentang jenis dan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada Departemen Perindustrian, mulai diterapkan pada awal tahun anggaran 2008. Pada saat terjadi perubahan nilai tukar dollar, inflasi dan sebagainya, seringkali tarif yang digunakan sudah tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dan karena ditetapkan dengan peraturan pemerintah, tarif tersebut tidak bisa direvisi dalam waktu yang relatif singkat. P ro se n ta se b e la n ja RM d a n P NBP ta h u n 2009 64 36 RM PNBP Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan 39 Penerimaan PNBP per Jenis layanan untuk periode tahun 2005 s.d. 2009 mengalami fluktuasi namun besarnya penerimaan jasa layanan teknis secara keseluruhan mengalami peningkatan setiap tahunnya, yang menggambarkan bahwa pelayanan kepada masyarakat industri selama periode tersebut terus meningkat. Target penerimaan dari masing-masing jasa layanan dan realisasinya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan 40 Tabel 4. Target dan Realisasi PNBP Tahun 2005 sd 2009 Rp. 000 Jenis Layanan Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Prognosa 2009 Penelitian dan Pengembangan Target 625.369 548.180 600.000 600.000 500.000 889.875 Realisasi 366.198 421.985 375.962 952.702 716.105 961.899 Persentase 58,56 76,98 62,66 158,78 143.22 108,09 Pelatihan Teknik Operasional Target 45.000 42.900 22.500 22.500 45.000 45.000 Realisasi 19.500 15.200 7.000 5.100 11.750 11.750 Persentase 43,33 35,43 31,11 22,67 26.11 26,11 Pengujian Bahan dan Produk Target 289.560 269.171 600.000 622.500 775.000 775.000 Realisasi 409.162 439.994 898.632 716.435 706.105 741.565 Persentase 141,30 163,46 149,77 115,09 91.11 95,69 Konsultasi Keteknikan Target 113.736 108.680 120.000 120.000 125.000 125.000 Realisasi 21.850 39.048 84.090 67.000 133.050 133.050 Persentase 19,21 35,93 70,08 55,83 106.44 106,44 Standardisasi dan Pengawasan Mutu Produk Target 61.532 58.960 100.000 100.000 125.000 125.000 Realisasi 62.465 49.018 62.970 109.317 87.015 87.015 Persentase 101,52 83,14 62,97 109,32 69.61 69,61 Kalibrasi Peralatan dan Mesin Target 35.000 35.000 35.000 40.000 40.000 Realisasi 15.365 47.585 13.610 25.015 26.125 Persentase 0,00 43,90 135,96 38,89 62.54 65,31 Sertifikasi SMM, SML, dan Produk Target 133.736 112.600 200.000 200.000 250.000 250.000 Realisasi 256.484 154.490 246.182 338.238 282.908 290.408 Persentase 191,78 137,20 123,09 169,12 113.16 116,16 Rancang Bangun Perekayasaan Industri RBPI Target 192.267 152.600 112.600 112.600 40.000 40.000 Realisasi 8.052 29.570 29.570 Persentase 0,00 0,00 0,00 7,15 73.93 73,93 Penanganan Pencemaran Target 627.410 831.909 1.202.550 1.480.050 1.600.000 2.210.125 Realisasi 953.294 1.240.467 1.520.333 1.274.717 1.962.934 2.318.383 Persentase 151,94 149,11 126,42 86,13 122.68 104,90 JPT Lainnya Target Realisasi 1.100 Persentase 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 Total Target 2.088.610 2.160.000 3.000.000 3.300.000 3.500.000 4.500.000 Realisasi 2.088.952 2.375.567 3.242.754 3.485.171 3.954.452 4.600.864 Persentase 100,02 109,98 108,09 105,61 112.98 102,24 Keterangan: Periode Januari-September 2009. Dari seluruh komponen jasa layanan BBTPPI, jasa pengujian memberikan kontribusi tertinggi dan terus meningkat secara konsisten. Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan 41 Hal ini ditunjang oleh sumber daya manusia yang berpengalaman, sarana peralatan yang cukup memadai, layanan yang semakin profesional, dan tarif yang kompetitif sehingga jasa pengujian BBTPPI mendapat kepercayaan dari pelanggan dan dapat bersaing dengan lembaga pengujian lainnya. Walaupun pada tahun 2008 diberlakukan tarif baru, jumlah contoh yang masuk tetap meningkat, karena tarif tersebut sebagian besar relatif masih murah dibandingkan dengan lembaga lain, meskipun ada tarif pengujian tertentu yang lebih mahal. Seperti terlihat pada Tabel 4 diatas, maka tidak semua target penerimaan dapat tercapai, sehingga berdampak kepada belum proporsionalnya pendapatan JPT. Hal ini disebabkan adanya prioritas untuk layanan yang sudah mempunyai pelanggan tetap seperti penanganan pencemaran, pengujian, kalibrasi dan sertifikasi diberi kenaikan pagu, sementara untuk jasa lainnya target pagunya harus diturunkan, kecuali sudah ada kerjasama yang disepakati sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, ternyata tidak mudah merencanakan penerimaan berdasarkan ketersediaan pagu dan seringkali menyebabkan pelaksanaan layanan tidak optimal, ketika perencanaan tersebut tidak sesuai kebutuhan yang sebenarnya. Hal ini menyebabkan tidak diketahui kinerja yang sebenarnya dari layanan tersebut. Dari Tabel 4 diatas terlihat bahwa penerimaan PNBP melebihi target kecuali tahun 2007, sehingga data pada Tabel 4 diatas hanya menggambarkan yang telah dilakukan bukan maksimal yang dapat dilakukan. Dengan demikian diperlukan pengelolaan keuangan yang lebih progresif guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat industri. Namun dari sisi trend penerimaan PNBP selalu meningkat sebagaimana tergambar pada grafik di bawah ini. Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan 42 Target dan Realisasi PNBP 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000 3.500.000 4.000.000 1 2 3 4 5 Tahun 2005 - 2008 D a la m R ib u an R p . Target Realisasi

3. Aspek Sumber Daya Manusia dan Organisasi