Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan
33
2. Aspek Keuangan
Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya didukung oleh sumber
anggaran yang berasal dari Anggaran Rupiah Murni RM dan dari Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP yang diperoleh BBTPPI dari
pendapatan atas Jasa Pelayanan Teknis JPT yang diberikan kepada masyarakat industri. Anggaran RM dan PNBP digunakan untuk
belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal, namun anggaran dari PNBP lebih diutamakan untuk biaya operasional dalam
memberikan layanan kepada masyarakat industri. Nilai pagu penggunaan dari masing-masing sumber anggaran dan
total realisasi penggunaan anggaran yang digunakan BBTPPI selama tahun 2005 sampai tahun 2009, cenderung meningkat seperti terlihat
dalam Tabel 2.
Tabel 2. Realisasi Pendapatan dan Belanja Tahun 2005 s.d. 2009
Rp. 000
No. Sumber
2005 2006
2007 2008
2009 2009
Pendapatan
1. Rupiah Murni
4.525.555 8.121.890
8.506.030 7.791.228
7.665.612 7.665.612
2. PNBP
2.088.952 2.375.567
3.242.754 3.485.171
3.399.275 4.345.575
3. Total
Pendapatan 6.614.507 10.497.457 11.210.135 11.275.399 11.064.887 12.011.187
Belanja
4. Rupiah Murni
4.646.906 6.045.324
6.541.400 7.310.384
5.685.035 7.627.735
5. PNBP
1.379.594 1.966.714
2.763.503 3.034.154
2.719.732 4.242.499
6. Total Belanja
6.026.500 8.012.038
9.304.903 10.344.538 8.404.767 11.870.234
Realisasi Belanja RM
102,68 74,43
76,90 93,83
74,16 99,51
Realisasi Belanja PNBP
66,04 82,79
85,22 87,06
80,01 97,63
Realisasi Total Belanja
91,11 76,32
83,00 91,74
75,96 98,83
Keterangan: Periode Januari-September 2009.
2.000.000 4.000.000
6.000.000 8.000.000
10.000.000 12.000.000
14.000.000
D a
la m
R ib
u a
n R
p
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2009
Sumber Dana Pendapatan
PNBP Rupiah Murni
2.000.000 4.000.000
6.000.000 8.000.000
10.000.000 12.000.000
D a
la m
R ib
u a
n R
p
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2009
Belanja
PNBP Rupiah Murni
Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan
34
Realisasi Belanja pada tahun 2006 dan 2007 terlihat sangat rendah disebabkan oleh kesalahan perencanaan, terutama pada alokasi
belanja pegawai yang terlalu besar. Namun pada tahun 2008 telah dilakukan penyesuaian, sehingga kelebihan alokasi tidak terlalu
signifikan .
BBTPPI lebih dari belasan tahun memberikan jasa pelayanan teknis kepada masyarakat sesuai dengan lingkup tugasnya dan dalam Tabel
diatas hanya ditampilkan data pagu penggunaan anggaran untuk empat tahun terakhir. Selama melaksanakan jasa layanan tersebut,
berbagai sistem pengelolaan keuangan telah dialami seiring dengan sistem anggaran yang ditetapkan oleh Departemen Keuangan.
Sebelum tahun 1991 pengelolaan keuangan dari Jasa Pelayanan Teknis JPT mengacu kepada ICW dan Kepres No. 291984 dimana
penerimaan harus disetor ke kas negara dan tidak boleh dipergunakan langsung. Sejak tahun 1991 sesuai dengan SK Menteri Keuangan No.
S-1116MK.0131990 tanggal 8 September 1990, penerimaan JPT dapat langsung dipergunakan oleh lembaga dan saldo akhir tahun
harus disetorkan ke kas negara. Penganggaran JPT pada periode tersebut sudah terintegrasi dalam DIK.
Pada tahun 1996 sesuai dengan surat Menpan No. B-643I96 peralihan status Balai-Balai Litbang menjadi Unit Swadana. Sistem
pengelolaan JPT pada Unit Swadana menurut Kepres No. 381991 tentang Unit Swadana dan Tata Cara Pengelolaan Keuangannya
disusul dengan
Kep Menkeu
No. 47KMK.031992
tentang Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Unit Swadana
Pusat serta SK Menkeu No. 235KMK.011992 tentang Tata Cara Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah menjadi
Unit Swadana disebutkan bahwa seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP yang diterima dapat langsung digunakan oleh instansi
Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan
35
yang bersangkutan dan saldo akhir tahun menjadi saldo awal tahun berikutnya.
Pada tahun 1997 terbit undang-undang No. 201997 tentang PNBP dimana keuangan dari JPT atau PNBP seluruhnya wajib disetor ke kas
negara dan dikelola dalam sistem APBN. Sejak tahun 1997 BBTPPI menyesuaikan dengan undang-undang tersebut dan PNBP disetor ke
kas negara. Penganggaran menggunakan pola Daftar Isian Kegiatan Suplemen DIK-S dan sejak tahun 2005 dengan pola Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran DIPA. Pada tahun 2005 pelaksanaan anggaran belum mempergunakan
DIPA melainkan masih mempergunakan Daftar Isian Kegiatan DIK, Daftar Isian Proyek DIP dan Daftar Isian Kegiatan Suplemen DIK-S,
sedangkan untuk belanja pegawai DIK TA 2005 masih menganut Sistem Terbuka, artinya meskipun pagu belanja pegawai telah
ditetapkan, namun dalam pelaksanaannya Kantor Penerimaan dan Pembayaran Negara KPPN tetap akan melakukan pembayaran
meskipun telah melampaui pagu. Keadaan ini menyebabkan total realisasi penggunaan anggaran pada tahun 2005 melebihi jumlah
pagu yang telah ditetapkan, seperti terlihat pada Tabel 2 diatas. Sesuai dengan amanat yang digariskan dalam pasal 11 ayat 5
Undang Undang No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara mulai tahun 2005 Anggaran Belanja Negara khususnya anggaran belanja
pusat, disusun berdasarkan format baru yaitu format Anggaran Terpadu Unified Budget.
Masa transisi tersebut tidak diantisipasi dengan baik, revisi PNBP yang semula mudah dilaksanakan ternyata menjadi sulit karena harus
mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, mengakibatkan tidak optimalnya pelaksanaan DIPA pada tahun 2005 sehingga masih
banyak anggaran yang belum dapat direalisasikan pada tahun tersebut dan diluncurkan pada tahun berikutnya.
Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan
36
Selain itu dalam hal belanja pegawai terutama untuk pembayaran gaji sistem yang berlaku masih mengacu pada tahun sebelumnya dimana
KPPN masih tetap akan melakukan pembayaran meskipun melampaui pagu, sehingga realisasi RM untuk tahun 2005 melebihi pagu yang
telah dianggarkan. Pagu penggunaan PNBP setiap tahun ditetapkan meningkat, agar
layanan yang dapat diberikan kepada masyarakat industri juga meningkat, akan tetapi peningkatan pagu tersebut tidak dapat
ditetapkan secara maksimal sesuai dengan kebutuhan, namun kenaikan tersebut harus disesuaikan dengan total pagu penggunaan
yang dialokasikan kepada BBTPPI. Pagu Rupiah Murni dan pagu penggunaan PNBP bagaikan bejana
berhubungan, bila pagu PNBP dinaikkan, maka anggaran RM harus diturunkan, karena selalu diminta total pagu yang diusulkan sama
dengan tahun sebelumnya. Disisi lain, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan PNS, anggaran
RM harus meningkat sehingga menjadi sulit membuat perencanaan yang maksimal disebabkan terbatasnya pagu yang dapat dialokasikan
untuk PNBP. Perencanaan
pagu PNBP
yang tidak
maksimal, seringkali
menyebabkan untuk beberapa jenis layanan, pagu yang tersedia sudah tidak mencukupi guna membiayai biaya operasional dalam
memberikan layanan tersebut kepada masyarakat industri dalam tahun berjalan. Revisi anggaran akan diproses apabila target
penerimaan telah terlampaui, sehingga menyebabkan realisasi penggunaan anggaran pada beberapa tahun lalu relatif rendah, hanya
pada tahun 2008, dimana target penerimaan telah dilewati dan revisi anggaran dapat dilaksanakan, sehingga realisasi penggunaan
meningkat. PNBP yang diperoleh semuanya disetorkan ke Kas Negara dan yang
dapat digunakan oleh BBTPPI adalah sebesar 97,12 sedangkan
Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan
37
2,88 diendapkan di kas Negara. Dari anggaran yang dapat digunakan tersebut sebagian besar dipergunakan untuk biaya
operasional dari masing-masing JPT. Pada Tabel 3 dapat dilihat besarnya realisasi sumber anggaran yang dialokasikan untuk
kebutuhan belanja yang dilaksanakan.
Tabel 3. Realisasi Berdasarkan Anggaran Belanja BBTPPI Tahun 2005 sd 2009
Rp. 000
Sumber Anggaran
Jenis Belanja
2005 2006
2007 2008
2009 Prognosa
2009
RM
B. Pegawai 2.670.467 3.232.091
4.210.733 4.999.290
3.755.644 4.893.772
B. Barang 1.387.941 1.303.189
1.792.183 2.082.279
1.758.331 2.562.903
B. Modal 588.498 1.490.132
513.554 228.815
171.060 171.060
B. Bansos -
19.965 24.920
- -
Total RM 4.646.906 6.045.377
6.541.390 7.310.384
5.685.035 7.627.735
PNBP
B. Pegawai 739.891
971.400 1.175.286
1.240.280 -
B. Barang 632.153
969.870 1.560.342
1.743.908 2.659.902
4.182.669 B. Modal
7.550 25.444
27.875 49.965
59.830 59.830
Total PNBP
1.379.595 1.966.714 2.763.503
3.034.154 2.719.732
4.242.499 TOTAL BELANJA
6.026.501 8.012.091 9.304.893 10.344.538
8.404.767 11.870.234
Keterangan: Periode Januari-September 2009.
Prosentase Belanja RM dan PNBP Tahun 2005
77 23
Total RM Total PNBP
Prosentase Belanja RM dan PNBP Tahun 2006
75 25
Total RM Total PNBP
Prosentase Belanja RM dan PNBP Tahun 2007
70 30
Total RM Total PNBP
Prosentase Belanja RM dan PNBP Tahun 2008
71 29
Total RM Total PNBP
Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan
38
Berdasarkan Tabel 3 dan grafik diatas dapat dilihat bahwa kebutuhan belanja pegawai dan belanja modal masih tergantung kepada APBN.
Apabila hanya mengandalkan anggaran yang bersumber dari PNBP maka tidak akan mencukupi, karena tarif dari layanan jasa yang
diberikan tidak memperhitungkan penyusutan alat, inflasi dll. Oleh karena itu anggaran yang bersumber dari RM masih diperlukan dalam
upaya pemenuhan kebutuhan belanja pegawai dan belanja modal terutama untuk membeli peralatan instrumen yang relatif mahal dan
spesifikasinya harus sesuai dengan yang dipersyaratkan ketentuan nasional maupun internasional.
Namun demikian prosentase dari PNBP terhadap total anggaran dari tahun ke tahun cenderung meningkat.
Tarif yang digunakan dalam memberikan layanan jasa ditentukan oleh Pemerintah. Tarif yang digunakan sekarang mengacu kepada tarif
yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No 63 tahun 2007 tentang jenis dan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada Departemen
Perindustrian, mulai diterapkan pada awal tahun anggaran 2008. Pada saat terjadi perubahan nilai tukar dollar, inflasi dan sebagainya,
seringkali tarif yang digunakan sudah tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dan karena ditetapkan dengan peraturan
pemerintah, tarif tersebut tidak bisa direvisi dalam waktu yang relatif singkat.
P ro se n ta se b e la n ja RM d a n P NBP ta h u n 2009
64 36
RM PNBP
Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan
39
Penerimaan PNBP per Jenis layanan untuk periode tahun 2005 s.d. 2009 mengalami fluktuasi namun besarnya penerimaan jasa layanan
teknis secara keseluruhan mengalami peningkatan setiap tahunnya, yang menggambarkan bahwa pelayanan kepada masyarakat industri
selama periode tersebut terus meningkat. Target penerimaan dari masing-masing jasa layanan dan realisasinya
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan
40
Tabel 4. Target dan Realisasi PNBP Tahun 2005 sd 2009
Rp. 000
Jenis Layanan Tahun
2005 2006
2007 2008
2009 Prognosa
2009
Penelitian dan Pengembangan
Target 625.369
548.180 600.000
600.000 500.000
889.875 Realisasi
366.198 421.985
375.962 952.702
716.105 961.899
Persentase 58,56
76,98 62,66
158,78 143.22
108,09 Pelatihan
Teknik Operasional
Target 45.000
42.900 22.500
22.500 45.000
45.000 Realisasi
19.500 15.200
7.000 5.100
11.750 11.750
Persentase 43,33
35,43 31,11
22,67 26.11
26,11 Pengujian
Bahan dan Produk
Target 289.560
269.171 600.000
622.500 775.000
775.000 Realisasi
409.162 439.994
898.632 716.435
706.105 741.565
Persentase 141,30
163,46 149,77
115,09 91.11
95,69 Konsultasi
Keteknikan Target
113.736 108.680
120.000 120.000
125.000 125.000
Realisasi 21.850
39.048 84.090
67.000 133.050
133.050 Persentase
19,21 35,93
70,08 55,83
106.44 106,44
Standardisasi dan
Pengawasan Mutu Produk
Target 61.532
58.960 100.000
100.000 125.000
125.000 Realisasi
62.465 49.018
62.970 109.317
87.015 87.015
Persentase 101,52
83,14 62,97
109,32 69.61
69,61 Kalibrasi
Peralatan dan Mesin
Target 35.000
35.000 35.000
40.000 40.000
Realisasi 15.365
47.585 13.610
25.015 26.125
Persentase 0,00
43,90 135,96
38,89 62.54
65,31 Sertifikasi
SMM, SML, dan Produk
Target 133.736
112.600 200.000
200.000 250.000
250.000 Realisasi
256.484 154.490
246.182 338.238
282.908 290.408
Persentase 191,78
137,20 123,09
169,12 113.16
116,16 Rancang
Bangun Perekayasaan
Industri RBPI Target
192.267 152.600
112.600 112.600
40.000 40.000
Realisasi 8.052
29.570 29.570
Persentase 0,00
0,00 0,00
7,15 73.93
73,93 Penanganan
Pencemaran Target
627.410 831.909 1.202.550 1.480.050 1.600.000
2.210.125 Realisasi
953.294 1.240.467 1.520.333 1.274.717 1.962.934 2.318.383
Persentase 151,94
149,11 126,42
86,13 122.68
104,90 JPT Lainnya
Target Realisasi
1.100 Persentase
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 100,00
Total
Target 2.088.610 2.160.000 3.000.000 3.300.000 3.500.000
4.500.000
Realisasi 2.088.952 2.375.567 3.242.754 3.485.171 3.954.452
4.600.864
Persentase 100,02
109,98 108,09
105,61 112.98
102,24
Keterangan: Periode Januari-September 2009.
Dari seluruh komponen jasa layanan BBTPPI, jasa pengujian memberikan kontribusi tertinggi dan terus meningkat secara konsisten.
Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan
41
Hal ini ditunjang oleh sumber daya manusia yang berpengalaman, sarana peralatan yang cukup memadai, layanan yang semakin
profesional, dan tarif yang kompetitif sehingga jasa pengujian BBTPPI mendapat kepercayaan dari pelanggan dan dapat bersaing dengan
lembaga pengujian lainnya. Walaupun pada tahun 2008 diberlakukan tarif baru, jumlah contoh yang masuk tetap meningkat, karena tarif
tersebut sebagian besar relatif masih murah dibandingkan dengan lembaga lain, meskipun ada tarif pengujian tertentu yang lebih mahal.
Seperti terlihat pada Tabel 4 diatas, maka tidak semua target penerimaan dapat tercapai, sehingga berdampak kepada belum
proporsionalnya pendapatan JPT. Hal ini disebabkan adanya prioritas untuk layanan yang sudah mempunyai pelanggan tetap seperti
penanganan pencemaran, pengujian, kalibrasi dan sertifikasi diberi kenaikan pagu, sementara untuk jasa lainnya target pagunya harus
diturunkan, kecuali sudah ada kerjasama yang disepakati sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, ternyata tidak mudah merencanakan
penerimaan berdasarkan
ketersediaan pagu
dan seringkali
menyebabkan pelaksanaan layanan tidak optimal, ketika perencanaan tersebut tidak sesuai kebutuhan yang sebenarnya. Hal ini
menyebabkan tidak diketahui kinerja yang sebenarnya dari layanan tersebut.
Dari Tabel 4 diatas terlihat bahwa penerimaan PNBP melebihi target kecuali tahun 2007, sehingga data pada Tabel 4 diatas hanya
menggambarkan yang telah dilakukan bukan maksimal yang dapat dilakukan. Dengan demikian diperlukan pengelolaan keuangan yang
lebih progresif guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat industri. Namun dari sisi trend penerimaan PNBP selalu meningkat
sebagaimana tergambar pada grafik di bawah ini.
Rencana Strategis Bisnis 2010–2014 Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
Bab III. Kondisi Kinerja Tahun Berjalan
42
Target dan Realisasi PNBP
500.000 1.000.000
1.500.000 2.000.000
2.500.000 3.000.000
3.500.000 4.000.000
1 2
3 4
5
Tahun 2005 - 2008 D
a la
m R
ib u
an R
p .
Target Realisasi
3. Aspek Sumber Daya Manusia dan Organisasi