6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
92 Angka pengangguran pada
bulan Februari 2009 yang mengalami peningkatan dibandingkan kondisi
bulan Agustus 2008 dan mengalami penurunan dibandingkan kondisi tahun
sebelumnya juga terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan
Bank Indonesia Palembang. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa terjadi
penurunan indeks ketersediaan lapangan kerja pada triwulan I 2009 apabila dibandingkan dengan triwulan III 2008 dan terjadi peningkatan indeks ketersediaan kerja apabila
dibandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya.
6.3. Tingkat Kemiskinan
Berdasarkan data resmi BPS Propinsi Sumatera Selatan, jumlah penduduk miskin penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Propinsi Sumsel pada bulan Maret 2009
tercatat sebesar 1.167.870 atau 16,28 dari jumlah penduduk Sumsel. Angka tersebut tercatat mengalami penurunan sebesar 6,54 atau sebesar 81.740 orang dari periode
yang sama tahun sebelumnya Maret 2008 yang tercatat sebesar 1.249.610 jiwa.
Tabel 6.4 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Selatan
Tahun 1993-2009 Tahun
Jumlah Penduduk Miskin ribuan
Persentase
1993 901,9
15,73 1996 1.017,0 17,04
1999 1.481,9
23,87 2002 1.434,1 22,49
2003 1.397,3
21,54 2004 1.379,3 20,92
Juli 2005 1.429,0
21,01 Juli 2006
1.446,9 20,99
Maret 2007 1.331,8
19,15 Maret 2008
1.249,61 17,73
Maret 2009 1.167,87
16,28 Sumber : Data BPS Propinsi Sumsel, diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas
Grafik 6.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
93 Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 1993-2009 berfluktuasi dari
tahun ke tahun. Pada periode 1996-1999 jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 464,9 ribu karena krisis ekonomi, yaitu dari 1.017 ribu menjadi 1.481 ribu. Persentase
penduduk miskin mengalami peningkatan dari 17,04 menjadi 23,87 pada periode yang sama. Sementara itu, penurunan jumlah penduduk miskin pada satu tahun terakhir ini
tidak terlepas dari program Bantuan Langsung Tunai BLT yang diberikan pemerintah. BLT yang diberikan pemerintah secara signifikan telah mengangkat daya beli masyarakat kecil
sehingga melampaui Garis Kemiskinan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapitabulan di bawah Garis Kemiskinan.
Dalam satu tahun terakhir ini Garis Kemiskinan meningkat sebesar 8,11 dari Rp196.452,- per kapitabulan menjadi Rp212.381,- per kapitabulan. Berdasarkan
pembagian kelompok kemiskinan perkotaan dan pedesaan, Garis Kemiskinan di perkotaan dalam setahun terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 7,89 dari Rp229.552 per
kapitabulan menjadi Rp247.661,- per kapitabulan. Sementara itu, Garis Kemiskinan di daerah pedesaaan mengalami kenaikan sebesar 8,29 pada periode yang sama, dari
Rp175.556,- per kapitabulan menjadi Rp190.109,- per kapitabulan. Dari penurunan jumlah penduduk miskin di wilayah Sumsel, jumlah penduduk
miskin di daerah perkotaan tercatat turun lebih tajam dibandingkan daerah pedesaan. Selama periode Maret 2008 hingga Maret 2009 jumlah penduduk miskin di daerah
perkotaan tercatat berkurang sekitar 44.680 orang, sementara di daerah pedesaan tercatat berkurang sekitar 37.060 orang.
Tabel 6.5 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah, Maret 2008-Maret 2009 DaerahTahun
Garis Kemiskinan RpKapitaBulan
Jumlah Penduduk Miskin ribuan
Persentase Perkotaan
Maret 2008 229.552
514,70 18,87
Maret 2009 247.661
470,03 16,93
Perdesaan
Maret 2008 175.556
734,91 17,01
Maret 2009 190.109
697,85 15,87
Kota+Desa
Maret 2008 196.452
1.249,61 17,73
Maret 2009 212.381
1.167,87 16,28
Sumber : Data BPS Propinsi Sumsel, diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas
6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
94
6.4. Nilai Tukar Petani