Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan

Bab 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL • Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan diprediksi mengalami peningkatan secara triwulanan. • Semakin pulihnya perekonomian Sumsel dipengaruhi terus membaiknya harga komoditas unggulan Sumsel di pasar internasional dan kenaikan konsumsi selama moment Idul Fitri.

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan

Laju pertumbuhan ekonomi tahunan yoy Propinsi Sumatera Selatan Sumsel pada triwulan III 2009 diprediksi sebesar 3,62 dengan migas. Laju pertumbuhan ekonomi tahunan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,97 dengan migas, namun walaupun demikian pertumbuhan secara triwulanan mengalami perbaikan cukup signifikan. Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 dengan Migas Angka Sementara Proyeksi Bank Indonesia Palembang Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan, diolah Masih rendahnya pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan III 2009 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya terkonfirmasi oleh survei bisnis yang dilakukan Bank Indonesia Palembang, dimana secara umum permintaan domestik masih menurun dibanding tahun sebelumnya. Permintaan domestik tercatat mulai membaik sejak triwulan II 2009 dan terus menunjukkan kecenderungan peningkatan di semua sektor meskipun masih belum pulih seperti kondisi sebelum terjadinya krisis global. Secara nominal Produk Domestik Regional Bruto PDRB Propinsi Sumsel Atas Dasar Harga Konstan ADHK 2000 pada triwulan III 2009 diperkirakan sebesar Rp15,78 triliun dengan migas, sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan PDRB periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp15,23 triliun Atas Dasar Harga Konstan ADHK 2000. 8 Sementara itu, permintaan luar negeri juga mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, namun tanda-tanda peningkatan permintaan mulai terjadi sejak triwulan II 2009 dan terus berlanjut hingga kini. Membaiknya permintaan luar negeri tersebut terutama untuk komoditas karet yang diiringi dengan membaiknya harga jual menyebabkan dilonggarkannya kuota produksi mulai semester II 2009 hingga sebesar 100. Triwulan III 2009 dapat dikatakan sebagai penegasan pemulihan perekonomian Sumsel yang ditandai dengan terus membaiknya harga beberapa komoditas unggulan di pasar Internasional dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya. Namun, volatilitas jangka pendek diperkirakan akan terjadi karena rentannya aksi profit taking pada instrumen hedging komoditas tersebut. Sementara itu, informasi yang dihimpun dari kalangan dunia usaha menyatakan bahwa di tengah semakin membaiknya kondisi usaha masih terdapat beberapa faktor yang dinilai kurang kondusif dalam pengembangan dunia usaha di Sumsel, antara lain: i infrastruktur jalan maupun pelabuhan, ii ketersediaan listrik, iii perijinan dan birokrasi, iv bahan baku, v kebijakan dan peraturan pemerintah, vi suku bunga pinjaman perbankan yang dinilai masih tinggi, vii pungutan liar lihat Suplemen 1. Kondisi Usaha Sumatera Selatan Semakin Membaik. Kinerja perekonomian sektoral triwulan III 2009 ditandai dengan pertumbuhan tahunan tertinggi pada sektor pengangkutan dan telekomunikasi yang tumbuh sebesar 12,43, serta peningkatan kinerja sektor keuangan bangunan dan sektor Listrik, Air, dan Gas LGA Sektor pertanian dan sektor industri pengolahan sebagai sektor unggulan di Sumsel diperkirakan mengalami perlambatan yakni masing-masing menjadi sebesar 1,37 dan 0,10. Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan yoy Sektoral PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Lapangan Usaha 2008 2009 III IV I II III Pertanian 3.44 -1.60 - 0.48 2.23 1.37 Pertambanga n dan Penggalian 2.05 0.97 1.53 1.89 2.87 Industri Pengolahan 4.91 -1.25 - 1.29 0.28 0.10 Listrik, Gas Air Bersih 4.00 0.68 3.41 3.75 4.63 Bangunan 5.85 5.13 5.06 7.32 8.92 Perdagangan , Hotel Restoran 6.90 4.05 3.67 4.14 3.04 Pengangkuta n Komunikasi 13.63 13.79 14.82 15.23 12.43 Keu., Persewaan Jasa Perusahaan 8.76 7.97 7.35 6.98 5.02 Jasa-jasa 10.74 7.72 7.85 10.80 9.61 Angka Sementara Proyeksi Bank Indonesia Palembang Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan, diolah 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 9 KONDISI USAHA SUMATERA SELATAN SEMAKIN MEMBAIK Berdasarkan informasi dari para pelaku usaha di Sumatera Selatan, sinyal membaiknya kondisi usaha yang mulai terlihat pada triwulan II 2009 secara umum menunjukkan arah yang semakin membaik pada triwulan III 2009 ini. Meskipun demikian kondisi tersebut belum sepenuhnya pulih sebagaimana kondisi sebelum terjadinya krisis global akhir tahun lalu. Di tengah kondisi semakin membaiknya kondisi usaha, di sisi lain masih terdapat beberapa faktor yang dinilai kurang kondusif dalam pengembangan dunia usaha antara lain : i infrastruktur jalan maupun pelabuhan, ii ketersediaan listrik, iii perijinan dan birokrasi, iv bahan baku, v kebijakan dan peraturan pemerintah, vi suku bunga pinjaman perbankan yang dinilai masih tinggi, serta vii pungutan liar. Secara umum, permintaan domestik masih lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Namun demikian, permintaan yang mulai membaik sejak triwulan II 2009 terus menunjukkan kecenderungan perbaikan di semua sektor. Pulihnya sektor bangunan ditandai dengan meningkatnya kinerja sektor properti yang pada awal tahun 2009 mengalami penurunan cukup signifikan, telah menunjukkan perbaikan dan diperkirakan akan memenuhi target yang telah ditetapkan pada tahun 2009. Sektor pertambangan dan penggalian pun menunjukkan tingkat permintaan domestik yang semakin membaik karena meningkatnya kebutuhan terutama untuk material bangunan seiring dengan meningkatnya realisasi proyek infrastruktur pada triwulan III 2009. Sementara itu, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran PHR, secara umum mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya disebabkan oleh berkurangnya event-event yang diselenggarakan serta dampak tidak langsung dari krisis global yang menurunkan tingkat permintaan terhadap jasa perhotelan untuk kepentingan bisnis dan konsumsi. Namun demikian, dibanding triwulan sebelumnya, saat ini telah menunjukkan peningkatan dengan didukung oleh moment pergantian tahun ajaran sekolah, puasa dan lebaran yang meningkatkan konsumsi masyarakat. Sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa, secara umum juga menunjukkan penurunan permintaan dibanding tahun sebelumnya. Meskipun demikian, masih terdapat pelaku usaha yang masih mengalami pertumbuhan permintaan domestik disebabkan oleh diversifikasi produk layanan yang ditawarkan kepada konsumen Secara umum, permintaan luar negeri juga mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya dengan tanda-tanda peningkatan permintaan yang terus membaik. Membaiknya permintaan luar negeri tersebut terutama untuk komoditas karet yang diiringi dengan membaiknya harga jual menyebabkan dilonggarkannya kuota produksi mulai semester II 2009 hingga 100. Ke depan, diperkirakan permintaan luar negeri akan terus membaik terkait dengan semakin membaiknya perekonomian negara-negara yang terkena dampak krisis global yang selama ini menjadi negara tujuan ekspor dan adanya peluang pasar ekspor baru terutama untuk crumb rubber. Diperoleh dari hasil Business Survey yang merupakan kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai langsung pelaku usaha Suplemen 1 10 Kapasitas utilitasi pelaku usaha bervariasi dan secara umum mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya sebagai dampak dari masih belum pulihnya tingkat permintaan, kendala bahan baku terkait dengan faktor musiman, maupun penghentian operasional. Ke depan, diperkirakan tingkat utilisasi akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan domestik maupun luar negeri. Meskipun kondisi bisnis belum pulih sebagaimana sebelum terjadinya krisis global, beberapa pelaku usaha berencana untuk tetap melakukan investasi di tahun 2009 baik melanjutkan investasi tahun sebelumnya maupun investasi baru. Investasi tersebut dalam bentuk perluasan lahan, penambahan jaringan kantor, penambahan armada, penambahan dan renovasi bangunan, serta penambahan peralatan dan mesin. Meskipun demikian, terdapat beberapa pelaku usaha yang tidak memiliki rencana untuk melakukan investasi paling tidak hingga satu tahun mendatang tergantung dengan situasi dan kondisi perekonomian ke depan. Kondisi jumlah tenaga kerja pada triwulan III 2009 secara umum relatif tetap dibanding tahun sebelumnya karena perusahaan tetap berupaya untuk tidak melakukan pengurangan tenaga kerja meskipun kondisi usaha belum pulih. Namun demikian terdapat beberapa perusahaan yang menyatakan terjadi pengurangan tenaga kerja karena menurunnya aktivitas yakni penutupan pabrik maupun penghentian operasional produksi.Ke depan, mayoritas pelaku usaha menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja masih akan relatif sama dengan tahun ini. Namun seiring dengan membaiknya perekonomian dan kondisi usaha, terdapat pelaku usaha yang berencana untuk melakukan penambahan tenaga kerja terkait dengan investasi yang akan dilakukan dan meningkatnya aktivitas usaha perusahaan. Secara umum biaya mengalami peningkatan pada kisaran yang bervariasi terutama pada biaya tenaga kerja yang mengacu pada ketentuan pengupahan daerah setempat serta biaya energi dan bahan baku. Meskipun demikian terdapat beberapa perusahaan yang justru mengalami penurunan biaya bahan baku karena menurunnya harga bahan baku di pasar dunia. Harga jual pada relatif sama dengan tahun sebelumnya, meskipun beberapa pelaku usaha menyatakan bahwa harga jual mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya terutama untuk komoditi ekspor dimana harganya berfluktuasi seiring dengan perkembangan harga di pasar dunia. Selain itu, penurunan harga juga dipengaruhi oleh menurunnya harga bahan baku yang sangat signifikan di pasar dunia maupun karena kondisi permintaan yang belum pulih, sehingga margin usaha secara umum relatif menurun dibanding tahun sebelumnya karena meningkatnya biaya operasional sementara penjualan dan harga jual secara umum masih relatif menurun. 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 11 Sektor pengangkutan dan komunikasi diprediksi masih tercatat sebagai sektor yang mengalami pertumbuhan tahunan yang paling tinggi pada triwulan III 2009 yakni sebesar 12,43. Kinerja sub sektor telekomunikasi diprediksi memberi andil besar dalam mendorong peningkatan sektor ini dibandingkan tahun sebelumnya. Semakin banyaknya operator seluler yang menawarkan tarif murah dan semakin tingginya animo masyarakat dalam menggunakan produk telekomunikasi dibandingkan tahun sebelumnya menjadi salah satu penyebab signifikannya pertumbuhan sub sektor telekomunikasi. Sementara itu, sub sektor pengangkutan diprediksi tumbuh dalam kisaran 9,00 yang dipengaruhi oleh rata-rata curah hujan yang relatif lebih rendah dibandingkan kondisi pada tahun sebelumnya menyebabkan kinerja sub sektor ini dapat dikatakan relatif lebih tinggi dibandingkan kondisi tahun lalu. Sektor jasa-jasa serta sektor bangunan masing-masing diprediksi tumbuh sebesar 9,61 dan 8,92. Pertumbuhan di sektor jasa-jasa diprediksi lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya, yang disebabkan oleh masih lemahnya kondisi perekonomian secara umum dibandingkan tahun sebelumnya yang berdampak pada penurunan konsumsi jasa-jasa secara tahunan. Sub sektor bangunan teridentifikasi mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yoy yang diperkirakan sebagai dampak dari cukup tingginya permintaan masyarakat terhadap properti dibanding tahun sebelumnya. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa serta sektor listrik, gas dan air bersih LGA masing-masing diprediksi tumbuh sebesar 5,02 dan 4,63. Pertumbuhan tahunan di sektor keuangan diprediksi lebih rendah dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya, sedangkan pertumbuhan sektor LGA diprediksi meningkat dibandingkan dengan kondisi pada triwulan sebelumnya yang diantaranya disebabkan semakin meratanya program konversi minyak tanah hingga ke pelosok Sumsel. Program konversi energi yang diluncurkan pertengahan tahun 2008 diprediksi menjadi pendorong konsumsi di sub sektor gas kota, yang mendorong kinerja sektor LGA secara keseluruhan. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran PHR dirediksi tumbuh sebesar 3,04. Pertumbuhan tahunan di sektor PHR tercatat melambat dibandingkan dengan kondisi pada triwulan sebelumnya, dimana kinerja sektor PHR pada triwulan II 2009 tercatat tumbuh sebesar 4,14. Cukup tingginya kinerja tahunan sektor PHR pada triwulan III 2008 menyebabkan pertumbuhan pada triwulan ini secara matematis menjadi tidak optimal. 12 Sektor pertambangan dan penggalian diprediksi mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 2,87, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 1,89. Sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi diperkirakan cukup memberi andil dalam mendorong peningkatan sektor pertambangan seiring dengan terus menguatnya harga minyak bumi pada triwulan ini dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sub sektor pertambangan non migas, kapasitas produksi beberapa pertambangan besar di Sumatera Selatan dalam beberapa tahun terakhir ini tergolong stagnan. Namun walaupun demikian, dalam beberapa tahun ke depan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan rencana beberapa industri besar yang berbahan baku pertambangan seperti industri semen berencana membangun pabrik baru. Sektor pertanian diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan. Sektor ini diprediksi mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 1,37, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang disebabkan karena pergeseran masa tanam sub sektor tanaman bahan makanan telah menyebabkan kinerja sub sektor tanaman bahan makanan lebih rendah apabila dibandingkan dengan kondisi pada tahun sebelumnya, apalagi pada triwulan sebelumnya kinerja sub sektor tanaman bahan makanan ini tumbuh kurang optimal yang disebabkan telah selesainya masa panen. Sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan diperkirakan mengalami penurunan pertumbuhan masing-masing dalam kisaran 3,00 dan 2,00. Kondisi sektor industri pengolahan diperkirakan mengalami pertumbuhan tahunan paling rendah yakni sebesar 0,10 seiring dengan penurunan kinerja sektor pertanian yang terutama disebabkan oleh turunnya kinerja sub sektor industri pengolahan tanpa migas. Grafik 1.2 Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM Propinsi Sumsel Sumber: Pertamina UPMS II Palembang 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 13

1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Triwulanan