Permasalahan utama strategic issued
LAKIP TIRBR 2016 10
nasional. Sesuai Perpres No 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019, pemerintah berkomitmen memberikan dukungan anggaran pengembangan
terhadap program prioritas industri pertahanan. Disisi lain pemerintah juga menyediakan anggaran belanja pengadaan alat poeralatan pertahanan dan
keamanan alpahankankam, pemerintah menyediakan alokasi dana cukup besar untuk pengadaan produk alpalhankam dalam negeri PDN serta alokasi
PDN yang disediakan untuk mendorong percepatan penguasaan teknologi dan pengembangan produk alutsista prioritas yang dalam kurun waktu 5 tahun
dapat diproduksi di dalam negeri sesuai opreq Kemenhan TNI- POLRI. Tantangan yang dialami Sejalan dengan pelaksanaan program kegiatan
nasional pengembangan industri hankam dan produk alutsista nasional, BPPT secara umum dan PTIPK secara khusus berkewajiban meningkatkan
kemampuan sumber daya fasilitas, riset dan SDM di bidang kompetensi teknologi hankam disamping menyiapkan anggaran program kegiatan dan
melalui anggaran tahunan BPPT serta bekerjasama dengan institusi badan litbang Kemhan, TNI, BUMN, Perusahaan swasta, lembaga negara dan
universitas. Melalui sinergi bersama ini diharapkan permasalahan utama penguasaan teknologi dan kemandirian industri hankam nasional dapat diatasi.
Bidang Teknologi Industri Transportasi: perkembangan wilayah dan
peningkatan interaksi antar kota-kota di Jawa dan Sumatera dan Indonesia pada umumnya sebagai turunan kegiatan ekonomi mengakibatkan makin
tingginya volume lalu lintas pada jalan-jalan primer provinsi dan nasional. Tingginya beban jalur Pantura Jawa yang ditandai dengan banyaknya titik-titik
kemacetan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang pada gilirannya akan memperlemah daya saing produk. Rendahnya tingkat penggunaan jalur rel
untuk angkutan barang merupakan bukti belum optimalnya pemanfaatan prasarana transportasi. Pemanfaatan jalur rel diperkirakan akan mengurangi
biaya transport utamanya jarak jauh – Surabaya – Semarang – Cierebon –
Jakarta dan mengurangi beban jaringan jalan seperti Pantura. Kereta api merupakan moda transportasi primadona yang akan terus
bertambah menjadi tulang punggung sistem transportasi nasional yang aman, selamat, nyaman, tepat waktu dan efisien. Namun demikian, permasalahan
utama dalam transportasi darat khususnya kereta api adalah keselamatan.
LAKIP TIRBR 2016 11
Hasil laporan Kementerian Perhubungan menunjukkan bahwa hampir 66 kecelakaan kereta api disebabkan oleh peralatan sarana maupun prasarana
yang merupakan produk teknologi. Untuk itu sesuai dengan tupoksi BPPT pada umumnya dan Kedeputian TIRBR pada khususnya, pengkajian dan penerapan
produk teknologi keselamatan kereta apidilakukan guna mendapatkan layanan transportasi yang aman dan nyaman.
Bidang Teknologi Industri Permesinan: Berdasarkan data dari Kementrian
Perdagangan neraca ekspor-impor barang modal menunjukkan defisit yang cukup besar. Jumlah impor barang modal dan kendaraan bermotor dalam
jumlah sangat besar merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi industri permesinan. Upaya merebut pangsa pasar barang modal dan kendaraan
bermotor dengan substitusi impor perlu didukung oleh kesiapan teknologi SDM, penyiapan industri manufaktur peralatan barang modal dan alat angkut,
penyiapan rantai pasok industri, penyiapan industri komponen pengganti spare parts, penyiapan jasa purna jual serta dukungan jasa keuangan dalam
membiayai seluruh aktifitas industri terkait. Beberapa produk industri permesinan seperti turbin uap, motor listrik, pompa,
smelter, mesin perkakas CNC, motor bakar engine, kendaraan angkutan masih memerlukan dukungan kesiapan desain engineering produk
tersebut.Beberapa industri DN sudah memiliki kemampuan produksi tetapi penguasaan teknologi produksi untuk produk dengan kompleksitas dan presisi
tinggi masih perlu ditingkatkan.Untuk itu, program di bidang teknologi permesinan ditujukandifokuskan pada inovasi design dan engineering,
peningkatan kemampuanpenguasaan
teknologi produksi
dan dukunganlayanan dalam meningkatkan kemampuan industri permesinan
dalam negeri.
Bidang Teknologi Industri Maritim. Untuk mewujudkan Indoneisa sebagai
poros maritim dunia, peningkatan kesiapan industri perkapalan dan pelabuhan perlu dilakukan. Saat ini, Industri perkapalan nasional pada tingkatan global
belum mampu bersaing karena tidak adanya standard dalam pembuatan kapal baru, kandungan komponen impor yang mencapai 70 dan fasilitas peralatan
galangan untuk perawatan kapal yang obsolete. Biaya pembuatan kapal yang
LAKIP TIRBR 2016 12
mahal di Indonesia membuat perusahaan pelayaran nasional lebih memilih untuk memesan kapal baru atau membeli kapal bekas dari luar negeri.
Kebijakan pemerintah telah diupayakan melalui Pemberlakuan Inpres 5 Tahun 2005, yang dikenal dengan pemberlakuan asas cabotage. Regulasi lainnya
adalah PP 69 Th 2015, yang diikuti dengan KepmenKEU no. 93 Th. 2015 yang di antaranya mengatur perihal tax allowance untuk impor komponen bangunan
kapal. Namun semua kebijakan tersebut belum dapat berjalan secara optimal. Selanjutnya, Bappenas merencanakan pembangunan sektor kepelabuhanan
sebagai dukungan
untuk mempersiapkan
pembangunan pelabuhan
internasional yang berkapasitas besar dan modern untuk ekspor berbagai komoditas dan berfungsi juga sebagai International Seaport-Hub. Perencanaan
lainnya adalah Peningkatan kedalaman perairan pelabuhan hub minimal 12m, Peningkatan kedalaman perairan pelabuhan feeder minimal 7m, Peningkatan
fasilitas dan peralatan pelabuhan utama hub dan feeder Tol Laut, Revitalisasi pelabuhan pelayaran rakyat di Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut diatas,
Kedeputian TIRBR memfokuskan program pengkajian teknologi maritimnya pada Inovasi dan layanan Teknologi Infrastruktur Kepelabuhanan dan Industri
Perkapalan melalui penyediaan desain standard kapal 100 TEU’s serta desain infrastruktur pelabuhan untuk Mendukung program Poros Maritim.