Gambaran Umum Penjelasan Umum Organisasi

LAKIP TIRBR 2016 2 daya saing Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global Global Competitiveness Index – GCI berdasarkan laporan World Economic Forum pada tahun 2014-2015 dari peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi peringkat 37 pada tahun 2015-2016. Pemeringkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja 12 pilar, yaitu: Institusi, Infrastruktur, Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi. Diantara pilar daya saing tersebut terdapat tiga 3 pilar yang berkaitan langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu: 1 Kesiapan Teknologi, 2 Kecanggihan Bisnis, dan 3 Inovasi. Nilai ketiga pilar daya saing tersebut relatif rendah dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya kecuali Efisiensi Pasar Tenaga Kerja. Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia.Kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa.Oleh karena itu Indonesia sangat memerlukan peran aktif berbagai pihak untuk bisa saling bekerjasama dan berkontribusi dalam rangka meningkatkan posisi daya saing bangsa. Sebagai salah satu Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang membidangi urusan pemerintah di bidang riset dan teknologi, yang berperan sebagai lembaga pengkajian teknologi, solusi teknologi, intermediasi, audit teknologi dan technology clearing house TCH,Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT memiliki peran yang penting dalam mendukung pembangunan nasional agar mampu meningkatkan daya saing industri dan kemandirian bangsa Indonesia. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kedepannya BPPT akan memiliki peran yang penting dalam rangka meningkatkan posisi daya saing bangsa, khususnya dalam upaya meningkatkan kinerja dari 3 tiga pilar yang berkaitan langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu: Kesiapapan Teknologi, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi. LAKIP TIRBR 2016 3 Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa TIRBR merupakan unit organisasi eselon I kedeputian di BPPT yang berperan sebagai lembaga intermediasi, technology clearing house TCH, pengkajian teknologi, audit teknologi, dan solusi teknologi dalam meningkatkan kemampuan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa untuk mendukung pembangunan nasional sehingga mampu meningkatkan standard kehidupan bangsa, kemandirian dan daya saing bangsa Indonesia. Kemampuan Kedeputian TIRBR dalam melaksanakan peran tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung program BPPT untuk mewujudkan 3 pilar untuk daya dukung teknologi.

B. Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan TeknologiNomor 009 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kedeputian Industri Rancang Bangun dan Rekayasa: 1 Kedudukan 1 Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BPPT di bidang teknologi industri rancang bangun dan rekayasa, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala. 2 Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa dipimpin oleh Deputi.. 2 Tugas BPPT Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi industri rancang bangun dan rekayasa.. 3 Fungsi TIRBR Dalam melaksanakan tugasnya, TIRBR menyelenggarakan fungsi : 1 perumusan kebijakan teknis pelaksanaan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa; 2 pelaksanaan kegiatan teknologi industri pertahanan dan keamanan, teknologi industri permesinan, sistem dan prasarana transportasi serta teknologi rekayasa industri maritim; LAKIP TIRBR 2016 4 3 pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang pengkajian dan penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa; 4 pembinaan dan pemberian bimbingan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa; dan 5 pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala.

C. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan TeknologiNomor 009 Tahun 2015Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Kepala BPPT mempunyai tugas : 1 Memimpin BPPT sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 2 Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum sesuai dengan tugas BPPT; 3 Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas BPPT yang menjadi tanggungjawabnya; dan 4 Membina dan melaksanakan kerja sama dengan instansi dan organisasi lain. Dalam Perka BPPT No. 009 Tahun 2015 tersebut, KedeputianTIRBR terdiri atas 4 empat pusat yaitu:

1. P

USAT T EKNOLOGI I NDUSTRI P ERTAHANAN DAN KEAMANAN PTIPK Dengan tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi industri pertahanan dan keamanan dan fungsinya adalah: a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan matra udara; b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan matra laut; c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan matra darat; d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi industri pertahanan dan keamanan; dan