Pasang surut merupakan gerakan massa air secara teratur yang disebabkan oleh adanya gaya tarik bulan dan matahari. Tipe pasut di Kepulauan Seribu
adalah harian tunggal dengan kedudukan air terendah dan tertinggi adalah 0,6 dan 0,5 meter di bawah duduk tengah. Tunggang air saat perbani mencapai 0,9 meter
sedangkan saat pasang mati mencapai 0,2 meter dengan tunggang tahunan 1,1 meter. Gaya pasang surut air laut menyebabkan terjadi pergerakan massa air yang
sangat berperan terhadap distribusi dan transportasi padatan tersuspensi. Disamping itu berdampak terhadap turbulensi dan pengadukan dasar perairan
pada daerah dangkal terumbu karang.
4.3 Kondisi Fisika-Kimia Perairan
Kondisi fisika-kimia perairan pada kedua stasiun penelitian memperlihatkan pola hidrodimika secara temporal selama periode penelitian.
Adanya interaksi dan pengaruh lingkungan pada periode yang berbeda akan memberikan variasi terhadap kondisi fisika-kimia pada setiap periode pengmatan.
Tabel 2 . Kualitas air kondisi fisika-kimia perairan di kedua stasiun penelitian
ST1-pari ST2-tikus
No Kualitas Air
T0 T1
T2 T3
T4 T5
T6 Rerata
T0 T1
T2 T3
T4 T5
T6 Rerata
1 Suhu
29 28
31 29,5
28 28
31 29,21
30 29
30 29,8
29 29,5
31 29,68
2 pH
8 8
8 7
8 7
7 7,57
8 8
8 7
7 7
7 7,43
3 Kecerahan
14 12
7 7
10 13
5 9,71
9 17
11 8
10 12
8 10,71
4 Arus
meterdt 0,16
0,03 0,01
0,1 0,3
0,15 0,2
0,12 0,2
0,025 0,1
0,06 0,15
0,12 0,1
0,10 5
Salinitas 34
35 31
30 31
34 30
32,14 35
35 33
31 29
33 32
32,57 7
Phospat mgL
0,04 0,03
0,06 0,02
0,1 0,03
0,1 0,05
0,1 0,01
0,1 0,04
0,04 0,07
0,03 0,046
6 Nitrat mgL
0,6 0,6
0,6 0,7
0,4 0,3
0,7 0,56
0,6 0,5
0,6 0,6
0,5 1,1
0,6 0,64
8 Silikat mgL
0,5 0,5
0,7 0,4
2 0,7
0,4 0,74
2 1,1
1,2 2
0,8 2,4
0,7 1,46
9 Sedimentasi
3,45 4,04
9,71 5,02
5,62 2,58
5,07 2,42
1,87 10,19
4,22 8,14
9,69 6,09
4.3.1 Suhu Permukaan
Suhu permukaan rata-rata perairan terlihat tidak terlalu berbeda pada kedua stasiun yaitu 29,2
o
C pada Stasiun ST1-pari dan 29,6
o
C pada Stasiun ST2- tikus. Varisasi suhu permukaan pada setiap periode pengamatan juga cukup
konstan yaitu berkisar antara 28-31
o
C. Hal ini tidak terlalu berbeda dari hasil pengukuran suhu permukaan pada beberapa lokasi di Kepulauan Seribu selama
kurun waktu 1974 sampai 1989 yaitu berkisar antara 28,5
o
C sampai 30
o
C Ilahude
dan Liasaputra 1995 dan nilai ini persis sama dengan yang diukur Rudi 2006. Dalam kondisi normal rata-rata suhu permukaan perairan laut tropis berkisar
antara 28
o
C sampai dengan 32
o
C serta nilainya cenderung konstan pada lintang yang sama zonal
Perubahan cukup variatif suhu permukaan terlihat pada pada waktu yang bereda. Pada Stasiun ST1-pari suhu rendah 28
o
C terlihat pada pengamatan waktu T1, T4 dan T5 dan suhu tinggi 31
o
C pada T2 dan T6 sedangkan stasiun S2-tikus tidak terlihat perbedaan yang signifikan. Secara temporal , kondisi cuaca dan
iklim lebih berperan terhadap perubahan hidrodinamika perairan termasuk suhu permukaan terutama pada daerah sub tropis. Sebaran suhu permukaan secara
horizontal relatif sama apa lagi terjadi pada lokasi yang berdekatan. Perubahan suhu permukaan kedua stasiun lebih disebabkan oleh kondisi lokal masin-masing
stasiun antara lain posisi, pola arus dan pengaruh musim yang berkaitan dengan curah hujan dan kekuatan angin.
Hasil pengukuran suhu masih berada dalam kisaran normal dan mendukung perkembangan rekrutmen karang. Fluktuasi suhu yang melebihi
kisaran normal bagi kehidupan karang dapat berdampak pemutihan bleaching dan berlanjut pada kematian. Suharsono 1999 melaporkan bahwa selama terjadi
bleaching di Perairan gugus Pulau Pari terjadi kenaikan suhu 2-3
o
C dari batas normal.
4.3.2 Derajat Keasaman pH
Nilai derajat keasaman pH menunjukan kosentrasi ion H
+
atau OH
-
yang terlarut dalam air laut. Pada Tabel 2 dapat dilihat hasil pengukuran derajat
keasaman rata-rata yaitu menunjukan nilai sedikit lebih tinggi pada Stasiun S1- pari yaitu 7,6 dibanding Stasiun S2-tikus yaitu 7,4, namun masih berada dalam
kisaran normal pH air laut yaitu antara 7 sampai 8. Gradien nilai derajat keasaman pH perairan sangat tergantung oleh kelarutan Karbon inorganik DIC
terutama dari CO
2.
Pada saat ini kosentrasi CO2 di udara mencapai 380 ppmv dan diperkirakan akan terus meningkat sekitar 1 setiap tahunnya dan penambahan
ini akan menurun nilai pH perairan. Di perairan perubahan pH dari kisaran normal dapat memicu terurainya senyawa toksin dalam kolom air atau sedimen
yang berasal dari daratan melalui aliran permukaan ke laut runoff. Bierkeland 1997, dalam Connel dan Miller, 1984 melaporkan salah satu senyawa toksin
yang dapat terurai akibat perubahan pH adalah Pestisida Chloropyrifos yang dapat menurunkan kemampuan penempelan dan metamorfosis rekrutmen karang
4.3.3 Kecerahan Perairan