Selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rata –rata aktivitas belajar kelas
eksperimen dan kelas kontrol menggunakan data aktivitas belajar pada pertemuan akhir untuk mengetahui perbedaan aktivitas belajar antara kedua kelas tersebut.
Tabel 4.14 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata –rata: Uji Satu Pihak
Kelas Rata-rata
Varians dk
hitung
t
tabel
t
Kriteria Eksperimen
43,875 102,565
63 9,887
1,665 Aktivitas belajar
kelas eksperimen lebih baik dari kelas
kontrol Kontrol
24,152 26,570
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 34. Berdasarkan uji kesamaan dua rata
–rata uji satu pihak, diperoleh t
hitung
sebesar 9,887 , dengan dk = 63 dan taraf signifikansi 5 diperoleh t
tabel
diperoleh 1,665. Karena t
hitung
t
tabel
, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti bahwa aktivitas belajar kelas eksperimen berbeda dan lebih baik dibandingkan aktivitas
belajar kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran aktif dengan strategi Three-stage Fishbowl Decision dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa lebih efektif dibandingkan model pembelajaran ceramah dan tanya jawab.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disajikan diagram batang perbandingan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:
50
Gambar 4.1 Perbandingan Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Diagram batang yang disajikan pada gambar 4.1 menunjukkan
perbandingan nilai tertinggi, nilai terendah dan rata –rata antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Nilai tertinggi kelas eksperimen sebesar 87 sedangkan nilai tertinggi kelas kontrol sebesar 77. Nilai terendah kelas eksperimen sebesar 50
sedangkan kelas kontrol sebesar 47. Rata –rata hasil belajar siswa kelas
eksperimen sebesar 68,56 sedangkan kelas kontrol sebesar 61,82. Hasil belajar masing
–masing kelas kemudian dilakukan pengujian peningkatan hasil belajar menggunakan uji gain ternormalisasi g dan peningkatan hasil belajar kelas
eksperimen sebesar 0,469 yang termasuk kategori sedang, sedangkan peningkatan hasil belajar kelas kontrol sebesar 0,298 yang termasuk kategori rendah. Untuk
masing –masing kelas, peningkatan hasil belajar yang dihasilkan kemudian
dilakukan uji efektivitas menggunakan uji t yang membandingkan rata –rata kelas
eksperimen dengan nilai KKM yang ditetapkan sebesar 65. Hasil uji t yang dilakukan diperoleh hasil bahwa t
hitung
kelas eksperimen sebesar 2,094 dan t
hitung
kelas kontrol sebesar -2,354. Jika t
hitung
masing –masing kelas dibandingkan
87
50 68.56
77
47 61.82
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata - rata
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
51
dengan t
tabel
maka peningkatan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol sama
–sama signifikan yang berarti bahwa kedua model pembelajaran yang diterapkan efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tetapi, besarnya
peningkatan hasil belajar yang diperoleh kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran aktif dengan
strategi Three-stage Fishbowl Decision lebih efektif meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan model pembelajaran ceramah yang diterapkan pada kelas
kontrol. Selanjutnya, hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
dilakukan uji satu pihak uji pihak kanan. Berdasarkan uji pihak kanan diperoleh hasil t
hitung
sebesar 3,533 dan t
tabel
sebesar 1,665 dengan dk = 63 dan taraf signifikansi 5. Karena t
hitung
t
tabel
t
1- α
, maka Ho di tolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa hasil belajar kelas eksperimen yang diberi pembelajaran aktif
dengan strategi Three-stage Fishbowl Decision lebih baik dibandingkan model pembelajaran ceramah yang diterapkan pada kelas kontrol.
Penelitian ini dapat dikatakan sudah berhasil karena berdasarkan hasil penelitian, hipotesis alternatif penelitian ini diterima dan menolak hipotesis nol,
yaitu hasil belajar kognitif siswa pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran aktif dengan strategi Three-stage Fishbowl Decision lebih
tinggi dibandingkan dengan hasil belajar kognitif siswa pada kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran ceramah.
Pembelajaran aktif yang diterapkan pada kelas eksperimen dirancang dengan memberi kesempatan seluas
–luasnya bagi siswa untuk membangun 52
pengetahuannya sendiri berdasarkan informasi –informasi yang diperolehnya.
Pembelajaran aktif mengajak siswa untuk mulai memikirkan apa yang mereka lihat, mereka dengar dan yang mereka lakukan. Murdoch dan Paul W. Guy 2010
mengatakan bahwa teknik pembelajaran aktif dengan berkelompok lebih efektif digunakan pada kelas kecil dibandingkan kelas besar, sedangkan pada penelitian
ini pembelajaran aktif diterapkan pada kelas besar. Pembelajaran aktif yang digunakan dirancang dengan mengkombinasi diskusi kelompok dengan
dilengkapi lembar diskusi untuk setiap kelompok dan sebelum diskusi dimulai dilakukan demonstrasi agar pembelajaran aktif dapat digunakan pada kelas besar.
Rata –rata nilai siswa kelas eksperimen sebesar 68,56 yang lebih tinggi
dibandingkan rata –rata nilai kelas kontrol sebesar 61,82, menunjukkan bahwa
pembelajaran aktif dapat digunakan pada kelas besar dengan membuat rancangan yang tepat.
Adanya demonstrasi pada pembelajaran aktif digunakan untuk membantu siswa untuk mulai berfikir tentang apa yang mereka lihat. Diskusi kelompok dan
lembar diskusi digunakan untuk membuat siswa mulai berfikir apa yang mereka dengar dan lakukan. Kombinasi demonstrasi, diskusi kelompok yang disertai
lembar diskusi dan penjelasan guru di akhir pembelajaran membentuk pembelajaran yang berusaha untuk mengajak siswa untuk menjadi subyek di kelas
bukan obyek yang hanya mendengar dan mendapat informasi dari guru saja. Hal ini sesuai dengan penelitian Liam Kane 2004 yang menyatakan bahwa metode
yang digunakan akan berhasil jika didukung dengan rencana pembelajaran yang dirancang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dipakai, serta peran
53
guru yang harus menjadi fasilitator yang baik sehingga kemampuan belajar siswa melalui metode yang diterapkan dapat muncul dan berkembang.
Kombinasi demonstrasi, diskusi kelompok disertai lembar diskusi, dan penjelasan guru sebagai penguatan membentuk rancangan pembelajaran aktif
yang baik untuk memberikan kesempatan bagi siswa mengembangkan kemampuan yang dimiliki serta membangun pengetahuannya sendiri dengan cara
belajarnya sendiri. Menurut Marno 2009, setiap siswa memiliki cara belajar sendiri
– sendiri, ada siswa yang lebih mudah dengan cara melihat tipe visual, ada siswa yang lebih mudah belajar dengan mendengarkan tipe auditori, dan ada
siswa yang lebih mudah belajar dengan melakukan tipe kinestetik. Pembelajaran aktif pada penelitian ini dirancang dengan demonstrasi, diskusi kelompok dan
penjelasan guru di akhir pembelajaran menjadi satu kesatuan saling terkait yang membantu semua siswa belajar dengan tipe belajar visual, auditori maupun
kinestetik. Hasil belajar siswa kelas eksperimen yang meningkat sebesar 0,469, dan
uji pihak kanan menunjukkan hasil belajar kelas eksperimen berbeda dan lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa pembelajaran aktif tepat dan lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan belajar kognitif siswa karena pembelajaran aktif mengajak siswa untuk
mendominasi pembelajaran. Siswa dilibatkan dalam semua kegiatan selama pembelajaran berlangsung. Siswa diajak untuk memperhatikan dan melakukan
demonstrasi, siswa melakukan diskusi kelompok, siswa mendengarkan diskusi kelompok lain, siswa mendengarkan penjelasan guru, siswa bertanya, siswa
54
menjawab pertanyaan, siswa membuat rangkuman dari hasil diskusi kelompok, siswa membuat catatan dari penjelasan guru, serta siswa diharuskan terlibat aktif
secara penuh selama pembelajaran. Seluruh kegiatan pembelajaran kelas eksperimen dirancang untuk
membuat siswa mendominasi pembelajaran dan sebagai pelaku. Zaini dkk 2007 menyatakan bahwa ketika siswa mendominasi pembelajaran maka hasil belajar
dapat dioptimalkan. Penelitian Kennedy 2007 juga menyatakan bahwa pembelajaran aktif dengan diskusi dan debat, dapat mempertinggi penguasaan
konsep siswa. Hal ini terbukti pada penelitian ini, yang menunjukkan hasil belajar siswa yang diberikan pembelajaran aktif dengan strategi Three-stage Fishbowl
Decision memberikan peningkatan sedang, rata – rata 68,56 yang lebih tinggi dari
KKM dan nilai tertinggi sebesar 87. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa 72 siswa sebanyak 23 siswa kelas eksperimen mendapatkan nilai di atas KKM,
sedangkan hanya 36 siswa sebanyak 12 siswa kelas kontrol yang mendapat nilai di atas KKM. Strategi Three-stage Fishbowl Decision yang digunakan dalam
pembelajaran merupakan bentuk diskusi, yang menurut Zaini dkk 2007 diskusi cocok jika guru ingin siswa mulai berfikir kritis, membantu siswa mencoba
memformulasikan penerapan suatu prinsip, membantu siswa memahami suatu masalah dan memperoleh feedback yang cepat tentang seberapa jauh tujuan
pembelajaran ingin dicapai. Khususnya untuk penelitian ini tujuan yang diinginkan dengan penerapan diskusi Three-stage Fishbowl Decision, siswa dapat
memahami dan menguasai konsep tekanan yang dievaluasi melalui tes kognitif. 55
Jika dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan ceramah dan tanya jawab menjadikan siswa menjadi kurang berpartisipasi aktif, pembelajaran aktif
dengan strategi Three-stage Fishbowl Decision yang diterapkan pada kelas eksperimen memberikan tanggung jawab penuh kepada siswa untuk belajar dan
mengajak siswa melakukan sesuatu disamping mendengarkan guru serta mengaplikasikan materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Silberman
bahwa ketika belajar adalah aktif, siswa banyak melakukan aktivitas, otak siswa mulai berfikir, menyelesaikan masalah, dan menerapkan apa yang dipelajari.
4.2.2 Aktivitas Belajar Siswa