Hanya vertebrata yang diketahui memiliki sistem sensor khusus yang dapat mengubah sinyal non listrik menjadi bermuatan listrik pada daerah sekitar
medan listrik menjadi aksi potensial dengan fungsi dari sel-sel sensori dan mengirimkan informasi tersebut dengan integritas spasial, artinya diberikan oleh
serabut-serabut syaraf kepada pusat sel syaraf. Kemampuan untuk memproduksi sitem koordinasi, stereotipe medan listrik eksternal, atau organ elektrik khusus
juga diketahui hanya terdapat pada ikan Albert dan Crampton, 2006. Hal tersebut digunakan untuk kegiatan predasi, pertahanan, orientasi, atau
komunikasi. karena aliran listrik memerlukan medium penghantar, semua spesies akuatik memiliki elektroresepsion atau elektrogenesis.
Pada vertebrata ada yang memiliki passive electroreception dan active
elekroreception Albert dan Crampton,2006. Passive electroreception adalah deteksi dari medan listrik eksternal secara alami atau yang berasal dari jaringan
hidup yang digunakan dalam orientasi dan keberadaan mangsa. Hewan yang memiliki
passive electroreception berbeda dengan active electroreception. Pada hewan tersebut tidak dapat membangkitkan sendiri medan listrik untuk
mendeteksi objek. Passive electroreception pada vertebrata diasosiasikan
dengan sederetan peripheral syaraf tepi dan struktur pusat neural syaraf,
termasuk sel kulit, reseptor sel rambut sebelah dalam yang sama dengan syaraf- syaraf pada
lateral line, dengan target utama pada bagian khusus inti otak bagian sebelah belakang dan pusat pemrosesan dalam otak bagian belakang, otak
bagian tengah, dan thalamus.
2.6 Pencernaan pada Ikan
Saluran pencernaan ikan terdiri dari segmen mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung,
piloric cecae, usus, rektum, dan anus. Menurut Michel 2006, sebelum terjadi pencernaan makanan di dalam tubuh ikan, keberhasilan ikan
dalam mendeteksi makanan menjadi faktor penting. Oleh karena itu, sistem sensor kimia pada ikan atau
chemoreception disusun untuk mendeteksi substansi kimia yang terlarut di dalam air, dimana rangsangan kimia memainkan
peranan yang penting dalam pencarian makanan dan kebiasaan makan pada ikan. Rangsangan kimia ini akan ditangkap oleh sistem
olfactory yang mampu mempelajari rangsangan pemberian pakan.
Menurut Evans dan Claiborne 2006, pakan yang masuk ke dalam tubuh ikan akan mengalami pencernaan secara mekanik di dalam rongga mulut,
kemudian ditransfer ke esophagus melalui faring. Esophagus pada ikan
bentuknya pendek, lebar, dan lurus. Fungsinya mentransfer makanan ke lambung. Di dalam lambung, makanan akan dicerna secara kimia dengan
bantuan enzim-enzim pencernaan dan kontraksi otot. Kemudian makanan masuk ke dalam
pyloric cecae yang memiliki fungsi meningkatkan area permukaan untuk penyerapan sari-sari makanan agar lebih efektif tanpa menambah panjang
usus. Penyerapan sari-sari makanan terjadi pada usus intestine. Sisa-sisa
pencernaan makanan masuk ke rektum dan dikeluarkan melalui anus. Oleh karena itu, usus memegang peranan penting dalam penyerapan sari-sari
makanan untuk menunjang proses pertumbuhan. Menurut Opuszynki dan Shireman 1995, rasio panjang usus terhadap
panjang tubuh PUPT ikan herbivora adalah 3.7-6, ikan omnivora 1.3-4.2, dan ikan karnivora adalah 0.5-2.4. Menurut Affandi 1993, rasio PUPT ikan gurame
berbeda tiap ukuran, seperti berikut : Tabel 1. Nilai Rasio PUPT Ikan Gurame pada Tiap Ukuran Panjang Tubuh
Panjang tubuh Cm Rasio PUPT
3.8 - 5 0.62 - 1.02
8.9 - 11.9 1.11 - 1.64
13.5 - 15 1.31 - 2.31
Oleh karena itu, semakin panjang usus benih ikan gurame, semakin lama pula pakan yang berada dalam usus. Sehingga diduga, proses pencernaan dan
penyerapan zat-zat yang terkandung dalam pakan akan semakin baik Natsir, 2002.
2.7 Efek Medan Listrik terhadap Jaringan Hidup