I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan gurame merupakan ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan harga yang relatif stabil. Harga benih gurame di tingkat petani di Bogor
tahun 2008, ukuran panjang 3-5 cm silet adalah Rp. 1000 per ekor, ukuran panjang 6-7 cm korek Rp.1300 per ekor, dan ukuran panjang 8-11 cm rokok
Rp. 2000 per ekor, sedangkan untuk ukuran konsumsi mencapai Rp. 20.000 per kilogram atau Rp. 25.000 per kilogram di tingkat konsumen. Walaupun demikian,
kegiatan budidaya ikan gurame masih menghadapai berbagai kendala. Salah satunya, gurame dikenal sebagai ikan yang lambat pertumbuhannya. Untuk
membesarkan benih ukuran 2-3 cm sampai siap konsumsi atau 500 gram per ekor diperlukan waktu sekitar 1,5 tahun Qitanong, 2006.
Hal tersebut diatas, diduga akibat ikan gurame memiliki usus yang pendek dibandingkan dengan ikan-ikan herbivora pada umumnya. Rasio panjang usus
dengan panjang tubuh PUPT ikan herbivora pada umumnya adalah 3.7-6 Opuszynki dan Shireman, 1995. Pada ikan gurame ukuran 13.5 - 15 cm
memiliki nilai rasio PUPT 1.31 - 2.31 Affandi, 1993. Sehingga diduga proses pencernaan dan penyerapan makanan dalam usus menjadi kurang efektif akibat
kurangnya luas permukaan penyerapan sari-sari makanan pada dinding usus. Dalam upaya memacu pertumbuhan ikan gurame, dapat dilakukan melalui
berbagai pendekatan diantaranya pendekatan lingkungan berupa paparan medan listrik. Menurut Lismann dan Machin 1958
dalam Hoar dan Randall 1971, ikan dapat merespon arus listrik karena memiliki organ
electroreceptor. Pemberian listrik yang rendah di sekitarnya dapat menimbulkan respon yang
luar biasa pada electroreceptor tersebut. Berdasarkan penelitian Nuryandani
2005, pemberian medan listrik memberikan pengaruh terhadap amplitudo dan frekuensi kontraksi otot polos pada usus halus kelinci. Sehingga diharapkan
paparan medan listrik dapat menstimulus kerja otot polos pada usus ikan, agar penyerapan sari-sari makanan menjadi lebih baik. Medan listrik juga berinteraksi
dengan hormon pertumbuhan dan neurotransmitter Nair, 1989 dalam Sitio 2008.
Oleh karena itu, diharapkan rangsangan dari lingkungan berupa induksi medan listrik dapat membantu penyerapan sari-sari makanan dalam usus ikan menjadi
lebih baik. Selain itu, diharapkan mampu merangsang hormon pertumbuhan
untuk bekerja lebih optimal. Sehingga energi yang berasal dari makanan digunakan untuk pertumbuhan.
Nybakken 1988 menyatakan air yang bersalinitas lebih tinggi, memiliki konduktivitas yang lebih tinggi pula. Hal tersebut disebabkan air bersalinitas
mengandung garam-garam elektrolit yang bermuatan negatif lebih tinggi, sehingga daya hantar listriknya meningkat. Mackee and Wolf 1963
dalam Boyd 1982 menyatakan darah ikan air tawar memiliki tekanan osmotik sekitar 6 atm
atau setara dengan 7000 mgl sodium klorida NaCl. Berdasarkan penelitian Dewi 2006, benih gurame ukuran 3-6 cm yang dipelihara pada media
bersalinitas 3 ppt memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi yaitu 92.27. Diduga media bersalinitas 3 ppt mendekati isotonik dengan cairan tubuh ikan
gurame, sehingga ikan tidak banyak mengeluarkan energi untuk proses osmoregulasi. Oleh karena itu, energi yang diperoleh dari makanan digunakan
untuk pertumbuhan. Berdasarkan beberapa hasil penelitian diatas, menunjukkan bahwa
rangsangan lingkungan berupa paparan medan listrik dan media bersalinitas sama-sama memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan. Hasil
penelitian Sitio 2008, paparan medan listrik sampai 10 volt masih memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan ikan gurame yang dipelihara pada
media bersalinitas 3 ppt. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai kinerja pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan gurame yang dipelihara pada
media bersalinitas 3 ppt dengan paparan medan listrik yang lebih tinggi tegangannya.
1.2 Tujuan