Gambar 4.13 Diagram Peningkatan Persentase Ketuntasan Klasikal Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Pembelajaran Matematika menggunakan pendekatan model think pair share dengan CD pembelajaran menunjukan adanya peningkatan dari siklus-
siklus sebelumnya. Pada siklus siklus I ketuntasan klasikal hanya mencapai 35,7. Kemudian pada siklus II mengalami peningkatan sebanyak 35,7 menjadi
71,4. Dan pada siklus III, persentase ketuntasan klasikal mencapai 92,8 atau meningkat sebanyak 21,4. Dengan begitu indikator keberhasilan yang
ditentukan sebesar minimal 80 sudah mampu dicapai pada siklus III
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian
Pembahasan pada penelitian didasarkan pada hasil pengambilan data yang dilaksanakan pada siklus I, II, dan III. Proses pembelajaran Matematika di kelas
0,0 20,0
40,0 60,0
80,0 100,0
Siklus I Siklus II
Siklus III 35,7
71,4 92,8
Siklus I Siklus II
Siklus III
IV MIN Gabugan Tanon, dilakukan dengan menggunakan pendekatan model think pair share dengan. CD pembelajaran
4.2.1.1 Keterampilan Guru dalam Pembelajaran Matematika menggunakan pendekatan model Think Pair Share dengan CD pembelajaran
Mengajar adalah suatu pekerjaan profesional yang menuntut kemampuan yang kompleks untuk dapat melakukannya. Ada beberapa keterampilan yang
harus dimiliki oleh seorang guru. Dengan pemahaman dan penguasaan keterampilan dasar mengajar, guru diharapkan mampu meningkatkan kualitas
proses pembelajaran. Menurut penelitian Turney1973 terdapat 8 keterampilan dasar mengajar yang dianggap menentukan keberhasilan pembelajaran
keterampilan yang dimaksud adalah: a. Keterampilan bertanya
b. Keterampilan memberikan penguatan c. Keterampilan mengadakan variasi
d. Ketrampialan menjelaskan e. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
f. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
g. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Pada penelitian ini, keterampilan guru yang digunakan mengacu pada teori
keterampilan guru yang disampaikan oleh Tuney 1973 yang dipadukan dengan teori pendekatan model think pair share dengan CD pembelajaran. Sehingga
diperoleh 10 indikator keterampilan guru sebagai berikut.
a. Keterampilan membuka pelajaran Berdasarkan hasil observasi, keterampilan membuka pada siklus I
menunjukan bahwa guru telah menunjukan dua deskriptor yaitu mengkondisikan kelas dengan baik agar pembelajaran berlangsung efektif
dan melakukan apersepsi dengan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Ditunjukan dengan guru meminta siswa untuk duduk
rapi dan kemudian memulai kegiatan dengan berdoa apersepsi guru mengajukan sebuah pertanyaan. Sedangkan pada siklus II muncul
deskriptor penyampaian tujuan pembelajaran pada 10 menit kegiatan awal pembelajaran dan pada siklus III muncul satu deskriptor lagi berupa guru
menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Perolehan skor pada siklus I adalah 3 karena guru telah menunjukan dua deskriptor,
sedangkan untuk siklus II dan 3 adalah 4 karena guru telah menunjukan 3- 4 deskriptor.
b. Keterampilan Menggunakan Media pembelajaran Menurut hasil observasi, keterampilan guru yang berikut ini memperoleh
skor sebanyak 3 pada siklus I,sedangkan pada siklus II dan III mendapat skor sebanyak 4. Yang membedakan perolehan tersebut adalah deskriptor
yang muncul pada tiap siklusnya. Pada siklus I dan II, hanya muncul sebanyak tiga deskriptor. Deskriptor tersebut meliputi CD yang
ditampilkan sesuai dengan tujuan pembelajaran, CD yang ditampilkan sesuai dengan taraf berfikir siswa, dan CD yang ditampilkan mampu
mendukung setiap isi bahan materi yang diajarkan. Guru menampilkan CD
yang berisikan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan penggaris bilangan. Sehingga dikatakan sesuai dengan
standar isi untuk kelas IV. Sedangkan untuk siklus III muncul deskriptor keempat berupa CD yang ditampilkan memperdalam pengetahuan siswa,
terbukti guru menunjukan berbagai contoh soal penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan penggaris bilangan.
Oleh karena itu pada indokator ini diperoleh skor 4 karena guru telah menunjukan 3-4 deskriptor.
c. Keterampilan Bertanya Think Indikator ini memperoleh skor sebanyak 3, baik pada siklus I, II, maupun
III. Karena terdapat dua deskriptor yang muncul pada indikator ini yaitu guru telah menggunakan kalimat yang jelas dan mudah dimengerti oleh
siswa, kemudian guru juga memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk berpikir menjawab pertanyaan. Ketika pembelajaran berlangsung
guru sering memberikan pertanyaan yang bersifat interaktif seperti “Angka negatif selalu menuju k
e arah?”, dan juga memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir setelah guru memberikan pertanyaan.
d. Keterampilan Menjelaskan Indikator ini memperoleh skor sebanyak 4 baik pada siklus I, II, maupun
III. Hal tersebut dibuktikan melalui munculnya tiga deskriptor awal di dalam pembelajaran siklus I dan II yang meliputi melibatkan siswa untuk
mengemukakan ide. Guru sering memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan yang mereka miliki. Selain memberikan
kesempatan pada siswa, pada akhir kegiatan diskusi guru akhirnya meluruskan persepsi siswa yang kurang tepat. Pemberian contoh-contoh
mengenai materi yang sedang dibahas juga dilakukan pada kegiatan diskusi. Akhirnya pada siklus III muncul deskriptor keempat yaitu
membimbing siswa memahami konsep materi yang sedang dipelajari yang dilakukan guru ketika kegiatan pair berlangsung.
e. Keterampilan Mengelola Kelas Pair Pada keterampilan ini, skor yang didapatkan oleh guru pada pembelajaran
di siklus I yaitu sebanyak 3. Guru hanya mampu menunjukan dua deskriptor yaitu menciptakan kondisi belajar yang optimal melalui
pembentukan kelompok belajar, memberikan petunjuk yang jelas tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran yang
dilakukan masih belum terstruktur dengan baik, dibuktikan dengan memakan waktu tambahan yang lumayan lama. Selain itu banyak pula
siswa yang gaduh sehingga pembelajaran kurang kondusif. Pada siklus II, alokasi waktu sudah mulai tepat. Dan di siklus ketiga guru sudah mulai
mengelola kelas dengan baik, dengan adanya punishment yang diberikan kepada siswa yang berbuat gaduh. Dengan demikian keempat deskriptor
telah muncul. f.
Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Siklus I diperoleh skor sebanyak 3, atau telah nampak dua deskriptor.
Guru telah mampu membuat siswa berfikir secara fokus dan terarah dengan menampilkan media CD pembalajaran sebagai acuan. Kemudian
dominasi siswa mampu diredam dengan penunjukan secara acak. Sedangkan pada siklus II urun pendapat siswa mampu dirangsang oleh
guru. Siswa menjadi aktif dan berani berpartisipasi dalam kegiatan diskusi. Akan tetapi deskriptor meminta siswa untuk membuat rangkuman belum
mampu terlaksana. Siklus terakhir juga demikian, deskriptor keempat belum mampu dimunculkan sehingga pada akhirnya untuk keterampilan
guru hanya dapat mencapai tiga deskriptor saja yang muncul. g. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil dan Perorangan
Share Terjadi peningkatan pada indikator ini. Semula pada siklus I diperoleh
skor sebanyak 2, dikarenakan hanya muncul satu deskriptor saja yaitu memberikan penguatan kepada siswa yang maju. Sedangkan pada siklus II
kini meningkat menjadi 3 atau berarti telah muncul dua deskriptor. Deskriptor tersebut adalah guru telah memberikan penguatan kepada siswa
yang maju dan membantu siswa untuk maju tanpa merasa tertekan. Bantuan tersebut diberikan dengan cara memberikan kata-kata motivasi
maupun iming-iming hadiah kepada siswa dan memberikan hukuman bagi siswa yang menggangu. Sedangkan untuk siklus III, deskriptor ketiga
muncul, yaitu guru mengadakan pendekatan secara pribadi pada siswa dengan sikap bersahabat kepada siswa yang mengalami kesulitan.
h. Keterampilan Mengadakan Variasi Skor yang diperoleh pada indikator ini adalah 3, diwujudkan dengan
tercapainya dua deskriptor baik pada siklus I, II, maupun III. Deskriptor
tersebut meliputi
variasi penggunaan
media yang
mendukung pembelajaran, media yang digunakan tak lain adalah CD pembelajaran
yang diberi efek gambar. Melalui media tersebut siswa menjadi tertarik dan antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kedua menciptakan
suasana kelas yang kondusif bersih, nyaman, tenang dan guru membuat KBM menjadi menarik, menantang dan menyenangkan bagi siswa. Guru
belum mampu membuat pembelajaran lebih menantang dan belum mampu memberikan pola interaksi kepada siswa sepert yel-yel atau sejenisnya.
i. Keterampilan Memberikan Penguatan
Pada siklus I dan II guru telah mampu memberikan penguatan, akan tetapi penguatan yang diberikan hanyalah berbetnuk verbal dan gerakan. Belum
ada penguatan dalam bentuk hadiah. Pada siklus III lah hadiah muncul, sehingga guru dikatakan telah menunjukan deskriptor tiga deskriptor pada
keterampilan ini. Dengan begitu maka skor yang diperoleh yaitu sebanyak 4.
j. Keterampilan Menutup Pelajaran
Hasil siklus pada pembelajaran siklus I diperoleh skor sebanya 3 atau telah muncul dua deskriptor, yaitu mengadakan refleksi pada akhir kegiatan
belajar dan melakukan evaluasi. Sedangkan pada siklus II bertambah satu lagi deskriptor yang muncul yaitu guru membimbing siswa untuk
membuat kesimpulan. Siklus III pun demikian, guru belum memunculkan deskriptor keempat yaitu memberikan tindak lanjut.
4.2.1.2 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika menggunakan Pendekatan Model Think Pair Share dengan CD Pembelajaran.
Perilaku siswa dalam pembelajaran merupakan segala apa yang dilakukan siswa atau segala aktivitas siswa. Pada model pembelajaran sekarang siswa yang
aktif belajar sedangkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar mandiri atau
melakukan aktivitas sendiri. Menurut Dierich dalam Sardiman 2001 : 99 membuat 177 kegiatan siswa yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral activities, misalnya: bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat dan diskusi.
c. Listening activities, misalnya: mendengar uraian, diskusi, percakapan. d. Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin. e. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, diagram.
f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, bermain, berkebun.. g. Mental activities, misalnya: mengingat, menganalisis, mengambil
keputusan, memecahkan soal. h. Emotional activities, misalnya: gembira, berani, berpengaruh.
Pada penelitian ini, aktivitas siswa yang digunakan mengacu pada teori aktivitas siswa yang disampaikan oleh Diendrich yang dikutip oleh sardiman
2011:101 yang dipadukan dengan teori pendekatan model think pair share dengan CD pembelajaran. Sehingga diperoleh 10 indikator aktivitas siswa sebagai
berikut. a. Kesiapan Siswa
Sebagian besar siswa telah menunjukan sebanyak tiga deskriptor, yaitu siswa telah datang tepat waktu telah mempersiapkan alat, bahan yang
diperlukan dalam pembelajaran, dan siswa memperhatikan petunjuk guru sebelum pembelajaran dimulai selama penelitian ini dilakukan.
Dijabarkan pada siklus I, hanya satu deskriptor yang paling banyak muncul yaitu siswa datang tepat waktu, tidak ada siswa yang terlambat
masuk ketika pelajaran akan dimulai. Sehingga diperoleh rerata skor sebanyak 2,7 pada siklus tersebut. Pada siklus II sudah mulai muncul
deskriptor kedua yaitu siswa mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam KBM, maka diperoleh skor sebanya 3,6. Sedangkan
untuk siklus terakhir telah muncul deskriptor ketiga yaitu perhatian siswa terpusat pada petunjuk yang disampaikan oleh guru, skor yang diperoleh
sebanyak 3,5. Ada pula siswa yang terlihat duduk dengan rapi tanpa membuat suasana kelas menjadi ramai.
b. Menyimak Penjelasan Materi Kegiatan siswa dalam menyimak penjelasan materi telah menunjukan
satu deskriptor pada siklus pertama, rerata skor yang diperoleh adalah
1,7. Siswa telah memperhatikan penjelasan materi yang diadakan oleh guru. Sedangkan pada siklus II masih sama, belum ada peningkatan
aktivitas dari siswa. Rerata skor yang diperoleh pada siklus II adalah 2,1. Peningkatan terjadi pada siklus III dengan munculnya deskriptor kedua
yaitu siswa mencatat penjelasan materi yang dilakukan oleh guru. Memperoleh rerata skor sebanyak 2,7 berarti bahwa pada indikator ini
sebagian besar siswa dapat memunculkan dua deskriptor pada kegiatan pembelajaran. Deskriptor tersebut adalah memperhatikan penjelasan
materi dan mencatat penjelasan materi. c. Berfikir Secara Individual Think
Skor rerata pada siklus I diperoleh sebesar 1,2. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa belum mampu memunculkan satu deskriptor pun
pada siklus ini. Siswa mengalami kesulitan untuk berfikir secara individu karena belum terbiasa dengan pembelajaran yang dilakukan. Sedangkan
pada siklus II sebagian besar siswa telah memunculkan satu hingga dua deskriptor. Deskriptor tersebut meliputi mampu berpikir mandiri dan
menuliskan hasil pemikirannya. Dengan begitu maka diperoleh rerata skor sebesar 1,6. Sama seperti siklus II, siklus III pun demikian. Siswa
telah menunjukan dua deskriptor pada KBM. Skor yang diperoleh pada siklus III yaitu sebesar 2,5.
d. Memperhatikan CD Pembelajaran yang Ditampilkan oleh Guru Aktivitas siswa yang nampak pada indikator ini, terutama pada siklus I
yaitu memperhatikan penayangan CD dengan baik, sehingga diperoleh
rerata skor sebanyak 1,4. Di siklus II diperoleh rerata skor sebanyak 1,9, itu berarti beberapa siswa telah menunjukan dua deskriptor meliputi
memperhatikan penayangan CD dengan baik dan antusias dalam memperhatikan penayangan CD yang disajikan oleh guru. Untuk siklus
III diperoleh rerata skor sebanyak 2,1 atau berarti sebagian besar siswa telah menunjukan dua deskriptor.
e. Belajar dalam Kelompok Pair Siswa hanya mampu menunjukan deskriptor ikut serta mengkaji masalah
bersama dengan kelompok pada siklus satu sehingga diperoleh rerata skor sebanyak 1,6. Peningkatan terjadi pada siklus II, siswa mulai berani
untuk urun pendapat di dalam kegiatan diskusi, maka diperoleh rerata skor sebanyak 2,1. Sedangkan pada siklus III masih sama dan jumlah
siswa yang mulai berperan urun pendapat pun bertambah banyak, sehingga diperoleh rerata skor sebanyak 2,2. Sehingga dikatakan
sebagian besar siswa telah memunculkan dua deskriptor pada kegiatan pembelajaran dan sebagian lainnya hanya mampu memunculkan satu
deskriptor. Deskriptor yang paling sering muncul adalah ikut mengkaji permasalahan yang diutarakan oleh guru bersama kelompok dan
deskriptor yang telah muncul yaitu aktif urun pendapat. f.
Mempresentasikan Hasil Diskusi Share Sebagian besar siswa belum mampu menampakan deskriptor pada siklus
I, namun ada pula beberapa siswa yang telag menunjukan deskriptor menyampaikan hasil diskusi di depan kelas, oleh karena itu rerata skor
pada siklus I hanya memperoleh 1,3. Peningkatan terjadi di siklus II, siswa yang telah menunjukan satu deskriptor dan ada pula beberapa
siswa yang telah menunjukan dua deskriptor. Deskriptor yang baru muncul di siklus ini yaitu menyimpulkan hasil diskusi dengan kalimat
yang mudah dipahami. Sehingga diperoleh rata-rata skor sebanyak 1,7 pada siklus II. Sedangkan untuk siklus III diperoleh rerata skor 2,2 atau
sebagian siswa mulai menunjukan adanya dua deskriptor yang nampak. Deskriptor yang umumnya telah nampak adalah siswa menyampaikan
hasil diskusi mengenai permasalahan yang telah diberikan oleh guru di depan kelas. Sedangkan deskriptor kedua adalah siswa menyimpulkan
hasil diskusi dengan kalimat yang mudah dipahami. g. Mengemukakan Pendapat
Indikator ini memperoleh rerata skor sebanyak 1,5 pada siklus I atau berati siswa hanya mampu menunjukan satu deskriptor saja yaitu
menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Sama halnya dengan siklus I, siklus II mengalami peningkatan jumlah siswa yang mau mengemukakan
pendapat, sehingga diperoleh rerata skor sebesar 2,0. Di siklus ketiga diperoleh rerata skor 2,1. Berarti bahwa dalam kegiatan pembelajaran
sebagian besar siswa telah mampu menunjukan satu deskriptor. Deskriptor tersebut adalah menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Selain itu terdapat sekitar 13 siswa yang telah bertanya pada guru ketika belum paham, atau telah menunjukan deskriptor kedua.
h. Bertanggung Jawab Terhadap Tugas yang Diberikan Guru Indikator ini memperoleh skor sebanyak 2,1 pada siklus I. Berarti siswa
telah menunjukan sekitar dua deskriptor di saat pembelajaran terjadi. Deskriptor tersebut adalah menyelesaikan tugas tepat waktu dan sesuai
dengan petunjuk guru. Siklus II mengalami peningkatan, siswa yang menunjukan dua deskriptor kini bertambah, sehingga diperoleh rerata
skor sebesar 2,6. Namun pada siklus III mengalami penurunan karena ada banyak siswa yang tidak tepat waktu ketika mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru. Siswa telah mampu memunculkan dua deskriptor di dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Sehingga rerata skor
yang diperoleh adalah 2,5 menurun 0,1 poin dr siklus sebelumnya. Deskriptor yang telah muncul adalah menyelesaikan tugas tanpa melebihi
waktu yang disediakan dan mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk dari guru.
i. Antusias dalam Mengikuti Pembelajaran dengan Model TPS
Deskriptor yang muncul pada siklus I adalah siswa menunjukan minat terhadap media yang digunakan. Maka diperoleh rerata skor sebesar 1,8.
Sedangkan untuk siklus II, perolehan skor mencapai 2,3, hal ini dikarenakan siswa telah menunjukan deskriptor kedua yaitu menunjukan
minat pada materi yang disampaikan. Pada akhirnya di siklus III diperoleh hasil rerata sebesar 2,4. Hal tersebut berarti bahwa sebagian
siswa telah menunjukan dua deskriptor dalam kegiatan pembelajaran. Deskriptor yang telah muncul yaitu menunjukkan minat terhadap media
yang digunakan dan menunjukkan minat terhadap materi yang diajarkan dan ada beberapa siswa yang menunjukan kegembiraan.
j. Mengerjakan Soal Evaluasi
Perolehan rerata skor sebesar 2,2 pada siklus I membuktikan bahwa siswa telah menunjukan satu deskriptor yaitu mengerjakan soal evaluasi
secara mandiri. Sedangkan untuk siklus II muncul deskriptor selanjutnya yaitu mengerjakan soal evaluasi dengan petunjuk yang telah diberikan
oleh guru. Untuk siklus III diperoleh rerata skor sebanyak 2,4 dengan demikian siswa telah menunjukan bahwa sebagian besar siswa telah
menunjukan dua deskriptor. Deskriptor tersebut adalah siswa mengerjakan soal evaluasi secara mandiri dan mengerjakan soal evaluasi
sesuai dengan uraian petunjuk dari guru. Siswa juga telah menunjukan deskriptor ketiga yaitu mengerjakan soal evaluasi dengan waktu yang
telah ditentukan oleh guru. 4.1.2.3 Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika menggunakan
Pendekatan Think Pair Share dengan CD Pembelajaran Menurut Oemar Hamalik, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan
terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tau menjadi tau, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Merujuk pemikiran Gagne
hasil belajar berupa hal-hal sebagai berikut : a. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lesan maupun tulisan. Kemampuan merespon secara
spesifik terhadap ransangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan
aturan. b. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan kosep dan
lambang. Keterampilan
intelektual terdiri
dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan
analitis-sintetis fakta-konsep,
dan mengembangkan pripsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual
merupakan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. c. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dan urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani. e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak subjek tersebut.
Kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar prilaku.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dalam penelitian ini peneliti membatasi hanya pada masalah kognitif. Hasil kegiatan tes yang dilakukan pada siklus I dengan jumlah siswa
sebanya 28 yang mengikuti tes diperoleh persentase ketuntasan belajar siswa mencapai 35,7 , yaitu sebanyak 10 dari 28 siswa yang mengikuti tes telah tuntas
KKM sebesar 60. Masih ada sekitar 64,2 yaitu sebanyak 18 dari 28 siswa yang masih belum tuntas KKM sebesar 60. Rerata kelas sebesar 62 dengan nilai
tertinggi 82 dan nilai terendah 40. Sedangkan untuk siklus II, tes diikuti oleh 28 siswa diperoleh persentase
ketuntasan belajar siswa mencapai 71,4, yaitu sebanyak 20 dari 28 siswa yang mengikuti tes telah tuntas KKM sebesar 60. Masih ada sekitar 28,5 yaitu
sebanyak 8 dari 28 siswa yang masih belum tuntas KKM sebesar 60. Rerata kelas sebesar 70 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 45.
Pada siklus III dengan jumlah siswa sebanyak 28 yang mengikuti tes, diperoleh persentase ketuntasan belajar siswa mencapai 92,8, yaitu sebanyak 26
dari 28 siswa yang mengikuti tes telah tuntas KKM sebesar 60. Masih ada sekitar 7,14 yaitu sebanyak 2 dari 28 siswa yang masih belum tuntas KKM sebesar 60.
Rerata kelas sebesar 77 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 55.
4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian