PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN TPS MENGGUNAKAN CD PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV MIN GABUGAN TANON

(1)

i

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN TPS

MENGGUNAKAN CD PEMBELAJARAN PADA

SISWA KELAS IV MIN GABUGAN TANON

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

OLEH

UNUN NUR MU’ASAROH

1401910028

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini hasil penelitian saya sendiri, bukan buatan orang lain dan tidak menjiplak karya ilmiah orang lain baik sebagian maupun secara keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 14 Febuari 2013

Unun Nur Mu’asaroh NIM. 1401910028


(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama Unun Nur Mu’asaroh NIM 1401910028 dengan Judul Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan TPS Menggunakan CD Pembelajaran Pada Siswa Kelas IV MIN Gabugan Tanon telah disetujui oleh Dosen pembimbing dan siap untuk diujikan pada :

hari : Rabu

tanggal : 14 Febuari 2013

Semarang, 14 Febuari 2013 Dosen pembimbing I

Dra. Tri Murtiningsih, M.Pd NIP. 19481124 197501 2 001

Dosen pembimbing II

Drs. Moch Ichsan, M.Pd NIP. 19500612 198403 1 001


(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi atas nama Unun Nur Mu’asaroh NIM 1401910028 ini telah dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada :

hari : Jum’at

tanggal : 8 Maret 2013

Panitia Ujian

Penguji I

Pitadjeng,S.Pd.,M.Pd. NIP 195004241976032001 Penguji II

Dra. Tri Murtiningsih, M.Pd NIP 19481124 197501 2 001

Penguji III

Drs. Moch Ichsan, M.Pd NIP 19500612 198403 1 001


(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto

:

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

maka apabila kamu telah selesai dari pekerjaan/tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh-sungguh”

(Terjemahan: QS. Al Nasyirah 6-7)

“Kesuksesan berawal dari adanya niat dan kemauan untuk berusaha”

Persembahan

:

Karya ini saya persembahkan kepada: Kedua orang tua yang selalu mendo’akan saya


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur peneliti haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas RahmatNya sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Model TPS menggunakan CD Pembelajaran pada siswa kelas IV MIN GABUGAN TANON”, diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dalam peningkatan proses pembelajaran Matematika, sehingga dapat memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan

Dalam menyusun skripsi ini, tidak lepas dari kesulitan dan hambatan. Namun berkat bimbingan, arahan, dan bantuan dari pihak, skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan rasa hormat kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M. Si, selaku Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Harjono, M.Pd, selaku dekan FIP Universitas Negeri Semarang

3. Dra. Hartati, M.Pd, selaku Ketua Jurusan PGSD FIP Universitas Negeri Semarang

4. Dra.Tri Murtiningsih,M.Pd, selaku dosen pembimbing I, yang telah sabar memberikan bimbingan dan arahan yang berharga.

5. Drs. Moch Ichsan M. Pd, selaku dosen pembimbing II, yang telah sabar memberikan bimbingan dan arahan yang berharga.

6. Penguji Utama Skripsi yang telah menguji dengan teliti dan sabar serta memberikan banyak masukan kepada penulis.

7. Samsuri, S.Ag selaku kepala MIN GabuganTanon yang telah memberikan izin dan tempat penelitian kepada peneliti.

8. Rekan-rekan guru MIN GabuganTanon yang telah memberikan bantuan dan dukungannya selama penelitian.


(7)

vii

9. Sahabat-sahabat mahasiswa jurusan S-1PGSD UNNES 10. Teman-teman Unjra-unjru

Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi peneliti, pembaca maupun dunia pendidikan pada umumnya.

Semarang, Maret 2013


(8)

viii

ABSTRAK

Mu’asaroh,Unun Nur. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan TPS menggunakan CD Pembelajaran Siswa Kelas IV MIN Gabugan Tanon.Skripsi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Dra.Tri Murtiningsih, M.Pd dan Drs.MochIchsan,M.Pd

Dalam proses belajar mengajar siswa kelas IV MIN Gabugan Matematika dianggap mata pelajaran yang paling sulit oleh siswa sehingga menyebabkan hasil belajar rendah. Hal ini ditunjukan dari 28 siswa, yang mendapatkan nilai di atas 60 ada 10 siswa dan 18 siswa mendapatkan nilai di bawah 60. Nilai tersebut tidak sesuai dengan kriteriaketuntasan minimal (KKM) untuk mata pembelajaran matematika yaitu 60. Model pendekatan TPS menggunakan CD Pembelajaran merupakan solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan : (1) keterampilan guru, (2) aktivitas siswa, dan (3) hasil belajar siswa dalam menerapakan model pendekatan TPS menggunakan CD Pembelajaran.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV MIN Gabugan yang terdiri dari 28 siswa dengan jumlah siswa laki-laki 11 siswa dan 17 siswa perempuan serta seorang guru kelas IV MIN Gabugan. Variabel / faktor yang diselidiki penelitian ini adalah keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar observasi, soal tes dan foto kegiatan dengan analisis data deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan peningkatan keterampilan guru yaitu pada siklus I skor rata-rata adalah 30 dengan kriteria baik, pada siklus II skor rata-rata adalah 35 dengan kritera sangat baik dan pada siklus III skor rata-rata adalah 38 dengan criteria sangat baik. Aktivitas siswa mengalami peningkatkan yaitu pada siklus I skor rata-rata adalah 17,5 dengan kriteria cukup, pada siklus II skor rata-rata adalah 22,3 dengan kriteria baik, dan pada siklus III skor rata-rata adalah 24,6 dengan kriteria sangat baik.Pada siklus I ketuntasan klasikal hasil belajar siswa sebesar 35,7%, siklus II ketuntasan klasikal hasil belajar siswa sebesar 71,4%, dan untuk siklus III ketuntasan klasikal hasil belajar siswa sebesar 92,8%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari hasil penelitian mengenai peningkatan kualitas pembelajaran matematika melaluipendekatan model TPS menggunakan CD Pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas IV MIN GabuganTanon.


(9)

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah Dan Pemecahan Masalah ... 5

1.2.1 Perumusan Masalah ... 5

1.2.2 Pemecahan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Umum ... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 9


(10)

x

2.1.1 Hakekat Belajar ... 9

2.1.2 Pembelajaran ... 11

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengarui Pembelajaran ... 12

2.1.4 Kualitas Pembelajaran ... 18

2.1.5 Hakekat Matematika ... 33

2.1.6 Model Kooperatif ... 35

2.1.7 Model pembelajaran TPS ... 39

2.1.8 Media CD Pembelajaaran ... 42

2.1.9 Penerapan TPS Menggunakan CD Pembelajaran dalam Pembelajaran Matematika ... 48

2.2 Kajian Empiris ... 50

2.3 Kerangka Berpikir ... 51

2.4 Hipotesis Tindakan ... 53

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian ... 54

3.2 Variabel Penelitian ... 54

3.3 Prosedur PTK ... 55

3.3.1 Perencanaan ... 55

3.3.2 Pelaksanaan Tindakan ... 55

3.3.3 Observasi ... 56

3.3.4 Refleksi ... 56

3.4 Siklus Penelitian ... 57

3.4.1 Siklus I ... 57

3.4.2 Siklus II ... 59


(11)

xi

3.5 Data dan Cara Pengumpulan Data ... 63

3.5.1 Sumber Data ... 63

3.5.2 Jenis Data ... 64

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 64

3.7 Teknik Analisi Data... 66

3.7.1 Data Kuantitatif... 66

3.7.2 Data Kualitatif... 68

3.8 Indikator Keberhasilan... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 73

4.1.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Siklus I ... 73

4.1.2 Deskripsi Data Pelaksanaan Siklus II ... 92

4.1.3 Deskripsi Data Pelaksanaan Siklus III ... 109

4.1.4 Pembandingan data pada pembelajaran siklus I, II, III ... 127

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 130

4.2.1 Pemaknaan Hasil Penelitian ... 130

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 145

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 148

5.2 Saran ... 149

DAFTAR PUSTAKA ... 150


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I... 78

Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I... 83

Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 87

Tabel 4.4 Rekapitulasi Siklus I ... 89

Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II... 96

Tabel 4.6 Data Hasil Observasi Aktivitas SiswaPada Siklus II ... 101

Tabel 4.7 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 106

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Siklus II ... 107

Tabel 4.9 Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus III ... 113

Tabel 4.10 Data Hasil ObservasiAktivitas Siswa Siklus III ... 118

Tabel 4.11 Daftar Hasil BelajarSiswa Siklus III ... 123


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Diagram Perolehan Data Keterampilan Guru Siklus I ... 79

Gambar 4.2 Diagram Perolehan Data Aktivitas Siswa Siklus I... 84

Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 87

Gambar 4.4 Diagram Perolehan Data Keterampilan Guru Siklus II ... 97

Gambar 4.5 Diagram Perolehan Data Aktivitas Siswa Siklus II ... 102

Gambar 4.6 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 106

Gambar 4.7 Diagram Perolehan Data Keterampilan Siklus III ... 114

Gambar 4.8 Diagram Perolehan Data Aktivitas Siklus III ... 119

Gambar 4.9 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 124

Gambar 4.10 Diagram Rekapitulasi Nilai Rata-rata... 125

Gambar 4.11 Diagram Perbandingan Data Keterampilan Guru ... 128

Gambar 4.12 Diagram Perbandingan Aktivitas Siswa ... 129


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisiInstrumen 153

Lampiran 2 Lembar Pengamatan Keterampilan Guru 156

Lampiran 3 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa 163

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 170 Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 187 Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III 204 Lampiran 7 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Guru 218

Lampiran 8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa 219

Lampiran 9 Daftar Nilai 225


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan. Disini juga dijelaskan bahwa bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (dalam KTSP 2007)

Hal ini juga didukung oleh UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,


(16)

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan hal tersebut, seorang guru harus bisa menerapkan sebuah strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa terutama dalam pembelajaran matematika sehingga nantinya siswa akan bisa menjadi pribadi yang mandiri dan berakhlak mulia (dalam Usman,2010).

Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan di antara hal-hal itu. Untuk dapat memahami struktur serta hubungan-hubungannya diperlukan penguasaan tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika.Matematika bagi siswa SD berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya, dan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang kemudian. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1). Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,dalam pemecahan masalah;2). Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;3). Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4). Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk


(17)

memperjelas keadaan atau masalah;5). Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang telah berkembang pesat baik materi dan kegunaannya dalam kehidupan. Dengan demikian upaya peningkatan hasil belajar mata pelajaran matematika diharapkan mencapai hasil maksimal atau setidaknya mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Berdasarkan hasil analisis nilai ulangan harian semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012 siswa kelas IV MIN Gabugan Tanon pada mata pelajaran matematika termasuk belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan sekolah yaitu 60. Hasil ulangan harian semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 siswa kelas IV MIN Gabugan Tanon pada mata pelajaran matematika diperoleh nilai terendah 42, nilai tertinggi 67 dan nilai rata-rata 54. Dari 28 siswa yang mencapai KKM hanya 10 siswa. Demikian pula dari hasil wawancara dan observasi awal yang dilaksanakan pada siswa kelas IV diperoleh data masih banyak materi matematika yang belum dipahami siswa, antara lain materi menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat.

Dari hasil observasi di lapangan juga menunjukan bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan guru terjadi hanya satu arah, artinya hanya guru yang aktif menerangkan, sedangkan siswa hanya sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Hal ini terlihat dari guru dalam mengajar monoton (mengajar melalui metode ceramah kemudian memberi tugas), dalam menjelaskan materi pelajaran terlalu


(18)

cepat tanpa menggunakan alat peraga sebagai contoh konkret, dan guru jarang memberi motivasi belajar siswa. Akibatnya hampir 60% siswa kurang aktif dalam pembelajaran matematika karena kurang tertarik dan merespon sehingga siswa menjadi bosan, sibuk dengan pekerjaannya sediri seperti berbicara sendiri, keadaan ini diperburuk ada 3 siswa yang sering mengganggu siswa lain yang sedang belajar.

Berdasarkan diskusi dengan teman kolaborasi, untuk memecahkan masalah pembelajaran matematika di kelas IV MIN Gabugan Tanon, peneliti menetapkan alternative tindakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran matematika, yang dapat mendorong keterlibatan siswa dan meningkatkan keterampilan guru, serta meningkatkan hasil belajar siswa. Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran inovatif yaitu melalui model pembelajaran

Think-Pairs-Share (TPS) menggunakan CD Pembelajaran.

Penelitian lain tentang keefektifan pendekatan TPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa juga telah dilakukan. Adapun hasil penelitiannya sebagai berikut .

Hasil penelitian Widayanti (2010) menunjukan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif TPS dalam pembelajaran hitung campuran, hasil belajar siswa meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II.Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif TPS dapat meningkatkan hasil belajar operasi hitung campuran siswa kelas IV SDN I Sumberjo Wetan Tulungagung.


(19)

Hasil penelitian Yuniarto (2003) menunjukkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share pada pokok bahasan bilangan dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II.

Keefektifan penerapan model pembelajaran kooperati tipe Think Pair Share

(TPS) juga diperkuat dengan jurnal penelitian Universitas Muhamadiyah Surakarta oleh Rohmatul pada tahun 2012 tentang peningkatan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

bagi siswa kelas IV SDN Kalongan 3 Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012 yang menunjukkan bahwa pendekatan

Think Pair Shair (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Kalongan 3 Kecamatan Purwodadi Kabupaten Groboogan pada mata pelajaran Matematika.

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, dimana keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat meningkat , serta hasil belajar siswa dapat meningkat.

Dari ulasan latar belakang tersebut di atas maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika melalui pendekatan Think-Pairs-Share (TPS) menggunakan CD Pembelajaran pada kelas IV MIN Gabugan Tanon”.


(20)

1.2 PERUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana cara meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika pada kelas IV MIN Gabugan Tanon ?

Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

a. Apakah dengan pendekatan TPS menggunakan CD pembelajaran dapat meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran matematika di kelas IV MIN Gabugan Tanon ?

b. Apakah dengan pendekatan TPS menggunakan CD pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran matematika di kelas IV MIN Gabugan Tanon ?

a. Apakah dengan pendekatan TPS menggunakan CD pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran matematika di kelas IV MIN Gabugan Tanon ?

1.2.2 Pemecahan Masalah

Untuk mengatasi masalah sebagai dirumuskan di atas, maka penulis mencoba menerapkan pendekatan TPS menggunakan CD pembelajaran. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut

a. Guru menyiapkan media pembelajaran berupa leptop dan LCD b. Guru menyampaikan materi dengan menggunakan CD pembelajaran c. Guru mengajukan pertanyaan mengenai materi pembelajaran


(21)

e. Siswa melakukan diskusi secara berpasangan (Pair) untuk menemukan jawaban

f. Siswa membentuk kelompok baru untuk membandingkan hasil diskusi kelompok yang berpasangan tadi

g. Salah satu kelompok melakukan presentasi hasil diskusi di depan kelas kemudian kelompok lain menanggapi (Share)

h. Siswa menyimpulkan hasil diskusi i. Evaluasi

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah maka dapat ditentukan tujuan dari penelitian sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada peserta didik kelas IV MIN Gabugan Tanon melalui pendekatan TPS (

Think Pair Share ) menggunakan CD pembelajaran.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan Umum diatas kemudian dirumuskan dalam tujuan khusus sebagai berikut.

a. Dengan menggunakan pendekatan TPS menggunakan CD pembelajaran, dapat mendeskripsikan peningkatan ketrampilan guru dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat kelas IV MIN Gabugan Tanon.


(22)

b. Dengan menggunakan pendekatan TPS menggunakan CD pembelajaran, dapat mendeskripsikan peningkatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat kelas IV MIN Gabugan Tanon.

c. Dengan menggunakan pendekatan TPS menggunakan CD pembelajaran, dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi umumnya.

Selain itu dapat memberikan manfaat bagi peserta didik, guru dan sekolah sebagai berikut.

1.4.1 Peserta didik

Dengan pendekatan TPS dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran dan kemampuan memahami materi pembelajaran matematika. 1.4.2 Guru

Memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang model pembelajaran yang inovatif,efektif,aktif dan menyenangkan.

1.4.3 Lembaga

Dengan menerapkan pendekatan TPS memberikan variasi aplikasi model-model pembelajaran ,sehingga mutu sekolah dapat meningkat.


(23)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Hakekat Belajar

Istilah belajar sudah dikenal luas di berbagai kalangan walaupun sering disalahartikan atau diartikan secara common sense atau pendapat umum saja.Misalnya “lain kali kamu harus belajar dari pengalaman”, yang maksudnya jangan mengulangi kesalahan serupa pada masa mendatang. Dari contoh tersebut belajar dapat diartikan sebagai proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang. Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan secara alami, sedangkan pakar pendidikan melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis– pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajar yang sengaja diciptakan.

Bell Gredler (dalam Winataputra,2008:1.5) menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies), ketrampilan (skill), dan sikap (attitude) . Sedangkan Fontana (1981), mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Seperti Fontana, Gagne (1985) juga menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan. Dari


(24)

pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang dirancang dan disengaja yang dapat menciptakan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari praktik atau pengalaman.

Dari semua pengertian tentang belajar, sangat jelas pada kita bahwa belajar tidak hanya berkenaan dengan jumlah pengetahuan tetapi juga meliputi seluruh kemampuan individu. Dari kedua pengertian terakhir tersebut dapat disimpulakn adanya beberapa ciri belajar yaitu

a. Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor).

b. Perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku dengan lingkungan.

c. Perubahan tersebut relatif menetap ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah – ubah. Dengan kata lain perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses yang dilakukan manusia untuk mendapatkan kemampuan dari pengalaman.

Proses belajar terjadi kalau ada interaksi guru, siswa, dan lingkungan dalam pembelajaran


(25)

2.1.2 Pembelajaran

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Oleh karena pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Menurut Gagne, Briggs, dan Wager (dalam Winataputra 2008:1.19), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.

Pada pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan lebih baik.(http://id.wikipedia.org/wiki/pembelajaran)

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah serangkaian proses kegiatan atau interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar yang dirancang untuk memberi bantuan pada peserta didik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan serta pembentukan sikap yang lebih baik oleh peserta didik.


(26)

Untuk meningkatkan hasil pembelajaran seorang guru juga harus memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi pembelajaran

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran

Faktor-faktor yang memengaruhi pembelajaran dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (dalam Baharuddin,dkk.2010:19). Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar Kedua faktor tersebut adalah :

2.1.3.1 Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

2.1.3.1.1 Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.

Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil


(27)

belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar.

2.1.3.1.2 Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar, yang terdiri dari. :

1. Kecerdasan / inteligensi siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar.


(28)

2. Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).

Menurut Arden N. Frandsen (dalam Baharududdin,2010:23), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah:

a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas

b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju


(29)

c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;

d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.

Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan guru orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.

3. Minat

Menurut Reber (Baharuddin,2010:24), minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

4. Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Baharuddin,2010:24). Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.


(30)

5. Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Baharuddin,2010:25). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.

2.1.3. 2 Faktor Eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

2.1.3.2.1 Lingkungan sosial

Lingkungan sosial terdiri dari Lingkungan sosial masyarakat, lingkungan sosial keluarga, dan lingkungan sosial sekolah.

1. Lingkungan sosial masyarakat.

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar


(31)

yang kebetulan belum dimilikinya.. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

2. Lingkungan sosial keluarga.

Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

3. Lingkungan sosial sekolah

Guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

2.1.3.2.2. Lingkungan nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah: a. Lingkungan alamiah


(32)

Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat. b. Faktor instrumental,

Perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama,

hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.

Apabila fakto-faktor tersebut saling mendukung, maka kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

2.1.4 Kualitas Pembelajaran

2.1.4.1 Pengertian kuaalitas pembelajaran

Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan. Secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya (Etzioni,1964).

Efektivitas ini sesunguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Dengan demikian efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya. Di samping itu, efektivitas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat kepuasan yang dicapai oleh orang (Robbins, 1997). Selain itu, kualitas pembelajaran secara operasional


(33)

diartikan sebagai intensitas sistemik dan sinergis antara guru, siswa, kurikulum, bahan belajar, media, fasilitas, sistem pembelajaran agar proses maupun hasil belajar tercapai secara optimal sesuai tuntutan kurikuler. Adapun indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku guru, dampak bagi siswa, iklim, materi, media dan sistem pembelajaran (Depdiknas, 2004:7).

1. Perilaku pembelajaran pendidik dapat dilihat dari kinerjanya sebagai berikut.

a. Membangun persepsi dan sikap positif siswa terhadap belajar dan profesi pendidik.

b. Mengusai displin ilmu

c. Dapat memberikan layanan pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan siswa

d. Menguasai pengelolaan pembelajaran

e. Mengembangkan kepribadian dan keprofesionalan

2. Perilaku dan dampak belajar siswa dapat dilihat dari kompetensinya sebagai berikut.

a. Memiliki persepsi dan sikap positif terhadap belajar

b. Mau dan mampu mendapatkan dan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta membangun sikapnya

c. Mau dan mampu memperluas serta memperdalam pengetahuan dan keterampilan serta memantapkan sikapnya

d. Mau dan mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya secara bermakna


(34)

e. Mau dan mampu membangun kebiasaan berpikir, bersikap, dan bekerja produktif

f. Mampu menguasai materi ajar mata pelajaran dalam kurikulum sekolah/satuan pendidikan sesuai dengan bidang studinya

3. Iklim pembelajaran dapat mendukung proses pembelajaran apabila memenuhi hal-hal seperti berikut.

a. Suasana kelas yang kondusif.

b. Perwujudan nilai dan semangat ketauladanan, prakarsa, dan kreatifitas pendidik

4. Materi pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat dari komponen-komponen berikut.

a. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dikuasai siswa.

b. Ada keseimbangan antara keluasan dan kedalaman materi dengan waktu yang tersedia.

c. Materi pembelajaran sistematis dan kontektual.

d. Dapat mengakomodasikan partisipasi aktif siswa dalam belajar semaksimal mungkin.

e. Dapat menarik manfaat yang optimal dari perkembangan dan kemajuan bidang ilmu, teknologi, dan seni.

f. Materi pembelajaran memenuhi kriteria filosofis, professional, psiko-pedagogis, dan praktis.


(35)

5. Kualitas media pembelajaran dapat menunjang proses pembelajaran apabila memenuhi indikator seperti berikut.

a. Dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna.

b. Mampu memfasilitasi proses interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan ahli bidang ilmu yang relevan.

c. Media pembelajaran dapat memperkaya pengalaman belajar siswa. d. Melalui media pembelajaran, mampu mengubah suasana belajar

dari siswa pasif dan guru sebagai sumber ilmu satu – satunya, menjadi siswa aktif berdiskusi dan mencari informasi melalui berbagai sumber belajar yang ada.

6. Sistem pembelajaran dapat menunjang keberhasilan pembelajaran apabila memenuhi komponen-komponen sebagai berikut.

a. Dapat menonjolkan ciri khas keunggulannya. b. Memiliki perencanaan yang matang

Sementara itu belajar dapat pula dikatakan sebagai komunikasi terencana yang menghasilkan perubahan atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan dengan pola berperilaku yang diperlukan individu untuk mewujudkan secara lengkap tugas atau pekerjaan tertentu (Bramley,1996).

Berdasarkan pengertian di atas kualitas pembelajaran dapat di sebut sebagai efektifitas pembelajaran. Efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran,termasuk dalam pembelajaran seni. Pencapaian tujuan


(36)

tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.

Kualitas sering kali di sebut juga dengan mutu atau keefektifan sedangkan untuk meningkatkan keefektifan siswa seorang guru dituntut untuk memiliki ketrampilan dalam mengajar.

2.1.4.1.1 Keterampilan guru

Seorang guru professional telah mengikuti beberapa pelatihan yang berkaitan dengan keterampilan dasar mengajar. Menurut Turney (1973) mengemukakan ada 8 keterampilan yang dapat digunakan guru selama proses belajar mengajar yaitu:

a. keterampilan bertanya

b. keterampilan memberikan penguatan c. keterampilan mengadakan variasi d. keterampilan menjelaskan

e. keterampilan membuka dan menutup pelajaran f. keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil g. keterampilan mengelola kelas

h. keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan. a. Keterampilan Bertanya

Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”. Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif


(37)

yang mendorong kemampuan berpikir. Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif. Pertanyaan yang baik di bagi manjadi dua jenis, yaitu pertanyaan menurut maksudnya dan pertanyaan menurut taksonomo Bloom. Pertanyaan menurut maksudnya terdiri dari : Pertanyaan permintaan (compliance question), pertanyaan retoris (rhetorical question), pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) dan pertanyaan menggali (probing question). Sedangkan pertanyaan menurut taksonomi Bloom, yaitu: pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowlagde question), pemahaman (conprehention question), pertanyaan penerapan (application question), pertanyaan sintetis ( synthesis question) dan pertanyaan evaluasi (evaluation question).

Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Dan harus menghindari kebiasaan seperti : menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, mengulang pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak, menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya dan mengajukan pertanyaan ganda. Dalam proses belajar mengajar setiap pertanyaan, baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntut respons siswa sehingga dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, di masukkan dalam golongan pertanyaan. Ketrampilan bertanya di bedakan atas ketrampilan bertanya dasar dan ketrampilan bertanya lanjut.


(38)

Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen-komponen yang di maksud adalah : Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singakat, Pemberian acuan, pemusatan, Pemindah giliran, Penyebaran, Pemberian waktu berpikir dan pemberian tuntunan.

Sedangkan keterampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan dari keterampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar pertisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif sendiri. Keterampilan bertanya lanjut di bentuk di atas landasan penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah : Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, Pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi

b. Keterampilan Memberikan Penguatan

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.


(39)

Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif. Ketrampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh mahasiswa calon guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis.

Komponen-komponen itu adalah : Penguatan verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Dan penguatan non-verbal, terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan tak penuh. Penggunaan penguatan secara evektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif.

c. Keterampilan Mengadakan Variasi

Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang di tujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu :


(40)

1. Variasi dalam cara mengajar guru, meliputi : penggunaan variasi suara (teacher voice), Pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), gerakan badan mimik: variasi dalam ekspresi wajah guru, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru (teachers movement).

2. Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut : variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau bahan yang dapat didengart (auditif aids), variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids).

Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya. Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.

d. Keterampilan Menjelaskan

Yang dimaksud dengan ketrampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Secara garis besar komponen-komponen ketrampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu : Merencanakan, hal ini mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan


(41)

yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Dan penyajian suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.

e. Keterampilan Membuka dan Menutup pelajaran

Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.

Komponen ketrampilan membuka pelajaran meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari. Komponen ketrampilan menutup pelajaran meliputi: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, dan mengevaluasi.

f. Ketrampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.


(42)

Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.

g. Keterampilan Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam melaksanakan ketrampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentip) berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran, dan bersifat represif ketrampilan yang berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

h. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan

Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3- 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa.


(43)

Komponen ketrampilan yang digunakan adalah: ketrampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, ketrampilan mengorganisasi, ketrampilan membimbing dan memudahkan belajar dan ketrampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. ( http://edukasi.kompasiana.com/2009/10/19/delapan-kompetensi-dasar-mengajar/)

Pada saat proses kegiatan belajar mengajar seorang guru dapat menggunakan beberapa ketrampilan sesuai dengan materi dan mata pelajaran yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar.

2.1.4.1.2 Aktivitas siswa dalam pembelajaran

Aktivitas menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan -kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas. Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya (dalam Depdiknas 2005 : 31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.


(44)

Diendrich yang dikutip oleh Sardiman (2011:101) menggolongkan aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Visual activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan.

b. Oral activities, misalnya: bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat dan diskusi.

c. Listening activities, misalnya: mendengarkan uraian, diskusi percakapan d. Writing activities, misalnya: menulis laporan, menyalin.

e. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, diagram. f. Motor activities, misalnya: melakukan percobaan, bermain, berkebun g. Mental activities, misalnya: mengingat, menganalisis, mengambil

keputusan, memecahkan soal

h. Emotional activities, misalnya: gembira, berani, bergairah.

Berdasarkan penggolongan aktivitas belajar diatas peneliti lebih memilih untuk mengatasi visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, mental activities dan emotional activities karena :

a. Sesuai dengan masalah yang ada di kelas yaitu nilai pada mata pelajaran matematika belum mencapai KKM.

b. Siswa masih belum bisa menganalisis persoalan dengan baik sehingga diperlukan pendekatan yang tepat.

c. Siswa sudah mampu memecahkan soal namun jawaban masih kurang tepat. Pada umumnya tujuan pembelajaran mengikuti pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan oleh Bloom pada tahun 1956 yaitu cognitive, affektive, dan


(45)

psychomotor. Kognitif (cognitive) adalah ranah yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual. Ranah afektif (affective) berkaitan dengan sikap dan nilai. Sedangkan psikomotor (psychomotor) adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan motorik. Ada lima tingkatan dalam ranah afektif yaitu:1) menerima/memperhatikan (receiving), 2) menjawab (responding); 3) menilai (valuing); 4) mengatur/mengorganisasi (organization), 5) karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai (poerwanti, 2008:1.22-1.29).

Adanya aktivitas siswa akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

2.1.4.1.3 Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.

Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.Perinciannya adalah sebagai berikut:


(46)

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan.

b. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai

c. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang.

Dalam pendidikan matematika diperlukan pengajaran yang berulang-ulang untuk menanamkan konsep pelajaran matematika itu sendiri.


(47)

2.1.5. Hakekat Matematika

Istilah mathematics (Inggris), mathematic (Jerman), mathematique (Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia), atau mathematic / wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti “relating to learning”. Perkataan tersebut mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Istilah mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar atau berpikir.

Herman Hudojo menyatakan bahwa: “matematika merupaka ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya dedukti, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi.”

Sedangkan James dalam kamus matematkanya menyatakan bahwa “Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljaar, analisis dan goemetri.

Sedangkan menurut Mulyono Abdurahman mengemukakan bahwa matematika adalah suatu era untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang betuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.


(48)

Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abtrak, sehingga disebut objek mental, objek itu merupakan objek pikiran. Objek dasar itu meliputi:Konsep, merupakan suatu ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan sekumpulan objek. Misalnya, segitiga merupakan nama suatu konsep abstrak. Dalam matematika terdapat suatu konsep yang penting yaitu “fungsi”, “variabel”, dan “konstanta”. Konsep berhubungan erat dengan definisi, definisi adalah ungkapan suatu konsep, dengan adanya definisi ornag dapat membuat ilustrasi atau gambar atau lambing dari konsep yang dimaksud.Prinsip, merupakan objek matematika yang komplek. Prinsip dapat terdiri atas beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi/operasi, dengan kata lain prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Prisip dapat berupa aksioma, teorema dan sifat.Operasi, merupakan pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan matematika lainnya, seperti penjumlahan, perkalian, gabungan, irisan. Dalam matematika dikenal macam-macam operasi yaitu operasi unair, biner, dan terner tergantungd ari banyaknya elemen yang dioperasikan. Penjumlahan adalah operasi biner karena elemen yang dioperasikan ada dua, tetapi tambahan bilangan adalah merupakan operasi unair karena elemen yang dipoerasika hanya satu.

Berdasarkan hakikat matematika tersebut,dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran matematika tidak hanya dibutuhkan pengetahuan saja tetapi perlu adanya penanaman konsep terhadap suatu materi.Dalam pembelajaran matematika tentunya diperlukan sebuah model pembelajaran yang tepat agar materi pembelajaran dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik.Pemilihan model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran matematika.Oleh


(49)

karena itu,selanjutnya akan dijelaskan tentang model kooperatif agar bisa diterapkan dalam pembelajaran matematika.

2.1.6 Pembelajaran Kooperatif

2.1.6.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger,dkk (dalam Huda,2011:29) pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang di dalamnya setiap pembelajaran bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain (Roger, dkk.1992)

Parker (1994) mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran di mana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama. Sementara itu, Davidson (1995) mendefinisikan pembelajaran kooperatif secara terminologis dan perbedaannya dengan pembelajaran koolaboratif. Menurutnya, pembelajaran merupakan suatu konsep yang sebenarnya sudah ada sejak dulu dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini memang dikenal sangat penting untuk meningkatkan kinerja kelompok, organisasi, dan perkumpulan manusia.

Dalam konteks pengajaran, pembelajaran kooperatif sering kali didefinisikan sebagai pembentukan kelompok-kelompok kecilyang terdiri dari siswa-siswa yang dituntut untuk bekerja sama dan saling meningkatkan pembelajarannya dan pembelajaran siswa lain.


(50)

Artz dan Newman (1990) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai kelompok kecil pembelajar / siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan bersama.

Singkatnya, pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Setidaknya ada empat perspektif teoritis yang mendasari pembelajaran kooperatif

2.1.6.1.1 Perspektif Motivasional

Perspektif motivasional berasumsi bahwa usaha-usaha kooperatif haruslah didasarkan pada penghargaan kelompok dan struktur tujuan. Menurut perspektif motivasional, aktivitas-aktivitas pembelajaran kooperatif jika diterapkan dengan tepat dapat menciptakan suatu kondisi yang di dalamnya setiap anggota kelompok berkeyakinan bahwa mereka bisa sukses mencapai tujuan kelompoknya hanya jika teman-teman satu kelompoknya yang lain juga sukses mencapai tujuan tersebut.

2.1.6.1.2 Perspektif Kohesi Sosial

Perspektif ini menegaskan bahwa pembelajaran kooperatif hanya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa jika dalam kelompok kooperatif terjalin sesuatu kohesivitas antaranggota didalamnya. Kohesivitas ini dapat dimaknai sebagai suatu kondisi di mana setiap anggota kelompok saling membantu satu sama lain karena ingin sama-sama sukses.


(51)

2.1.6.1.3 Perspektif Kognitif

Perspektif ini berpandangan bahwa interaksi antarsiswa akan meningkatkan prestasi belajar mereka selama mereka mampu memproses informasi secara mental daripada secara motivasional.

2.1.6.1.4 Perspektif Perkembangan

Perspektif perkembangan kognitif berasal dari pemikiran Jean Piaget dan Lev Vyogotsky. Perspektif Piagetian menegaskan bahwa ketika siswa bekerja sama, konfluk sosio-kognitif akan muncul dan melahirkan apa yang dikenal dengan ketidakseimbangan kognitif. Ketidakeseimbangan inilah yang nantinya dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk berfikir, bernalar, dan berbicara. Sedangkan perspektif Vygotsky menyatakan bahwa pengetahuan merupakan produk sosial (Johnson dan Johnson, 1999).

2.1.6.1.5 Perspektif Elaborasi Kognitif

Perspektif ini dikembangkan oleh O’Donnel dan O’Kelly (1994) ini menegaskan bahwa elaborasi bisa menjai latihan kognitif yang dapat meningkatkan pembelajaran siswa. Perspektif ini menekankan peran elaborasi dalam pengaruhnya terhadap pembelajaran kooperatif. Elaborasi berkaitan erat dengan penambahan informasi baru dan restrukturasi informasi yang sudah ada.

Seperti yang telah dijelaskan pada model kooperatif diatas,pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa dapat bekerjasama dalam kelompok dan saling membantu satu sama lain.Dengan penggunaan metode yang tepat maka proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik sesuai


(52)

dengan tujuan pembelajaran.Adapun macam-macam metode pembelajaran akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.

2.1.6.2 Beberapa Contoh Pembelajaran Kooperatif

2.1.6.2.1 Numbered Heads Together (NHT)

Pada dasarnya, NHT merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaanya hampir sama dengan diskusi kelompok. Pertama-tama guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap anggota diberi nomor dan guru memanggil nomor tersebut secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

2.1.6.2.2 Team Product (TP)

Dinamakan Team Product karena setiap kelompok diminta untuk berkreasi atau menciptakan sesuatu. Misalnya guru meminta siswa berkelompok untuk membuat presentasi di depan kelas atau menganalisis puisi. Untuk memastikan adanya tanggung jawab individu, guru dapat memberikan peran atau tugas yang berbeda-beda pada masing-masing anggota kelompok untuk menciptakan satu produk kelompok.

2.1.6.2.3 Think Pair Share (TPS)

Model pembelajaran yang sederhana, namun sangat bermanfaat karena pertama-tama, siswa diminta untuk duduk berpasangan, kemudian guru memberikan satu pertanyaan atau masalah dan setiap siswa diminta untuk berpikir sendiri-sendiri terlebih dahulu kemudian baru mendiskusikan pemikirannya


(53)

dengan pasangan disebelahnya. Setelah itu guru meminta menshare jawaban yang telah sepakati pada siswa-siswa yang lain di ruang kelas.

Alasan kenapa peneliti memilih menggunakan metode Think Pair Share (TPS) karena

a. Bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan kelas. b. Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang

lain.

c. Mengoptimalkan partisipasi siswa.

d. Memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka pada orang lain.

Dari macam-macam metode diatas peneliti lebih memilih untuk menggunakan metode TPS.

2.1.7 Model Pembelajaran TPS

Model Think-Pair-Share tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif, model Think-Pair-Share dapat juga disebut sebagai model belajar-mengajar berpasangan. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985 (Think-Pair-Share) sebagai struktur kegiatan pembelajaran gotong royaong. Model ini memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Model Think-Pair-Share sebagai ganti dari tanya jawab seluruh kelas.


(54)

Adapun prosedur pelaksanaanya sebagai berikut

a. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat anggota / siswa.

b. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.

c. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.

d. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.

e. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk menshare hasil diskusinya.

Sebagai suatu model pembelajaran Think-Pair-Share memiliki langkah-langkah tertentu. Menurut Muslimin (dalam Trianto,2011:126) langkah-langkah-langkah-langkah Think-Pair-Share ada tiga yaitu : Berpikir (Thinking), berpasangan (Pair), dan berbagi (Share).

Tahap 1 : Thinking (berpikir)

Kegiatan pertama dalam Think-Pair-Share yakni guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara untuk beberapa saat. Dalam tahap ini siswa dituntut lebih mandiri dalam mengolah informasi yang dia dapat.

Tahap 2 : Pairing (berpasangan)

Pada tahap ini guru meminta siswa duduk berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama. Interaksi


(55)

pada tahap ini diharapkan dapat membagi jawaban dengan pasangannya. Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

Tahap 3 : Share (berbagi)

Pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi jawaban dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Keunggulan dari Think-Pair-Share ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, model Think-Pair-Share ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah:

a. memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.

b. siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.

c. siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.


(56)

d. siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.

e. memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran (Hartina, 2008: 12)

Model pembelajaran akan lebih menarik apabila didukung dengan media pembelajaran yang memadai.

2.1.8 Media CD Pembelajaran

2.1.8.1 Media pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Selain itu kata media juga berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, dan secara harfiah berarti perantara atau pengantar atau pengantar sumber pesan dengan menerima pesan (Ely dalam Hamdani,2011: 243).

Media juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi ( http://www.sekolahdasar.net/2012/03/pengertian-dan-karakteristik-media.html).

Sugandi (2008 : 30) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah alat / wahana yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. Sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran berfungsi meningkatkan peranan strategi pembelajaran. Sebab


(57)

media pembelajaran menjadi salah satu komponen pendukung strategi pembelajaran di samping komponen waktu dan metode mengajar.

Media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Media pembelajaran digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri atas buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film slide (gambar), foto, gambar, gambar, televisi, dan komputer. Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat mengbangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa (Hamalik dalam Hamdani, 2011: 244).

Sesuatu baru bisa disebut sebagai media jika sudah memenuhi 2 unsur, yaitu: unsur pesan (software) dan unsur perangkat keras (hardware). Unsur pesan merupakan isi atau bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa, sedangkan unsur perangkat keras merupakan sarana ataupun peralatan yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut.

Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan, pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan tepercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Berdasarkan definisi tentang media pembelajaran di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan atau informasi, dapat merangsang


(58)

pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

2.1.8.1.1 Manfaat Media Pembelajaran

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Akan tetapi, secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Nana Sudjana (2009: 2) mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran sebagai berikut : (1) Menyampaikan materi pelajaran dapat diseragamkan, (2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, (3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, (4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga, (4) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, (5) Media memungkinkan proses belajar dapat di lakukan di mana saja dan kapan saja, (6) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar, (7) Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini peneliti memilih CD pembelajaran sebagai media bantu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan model TPS.

2.1.8.2 Media CD Pembelajaran

Media CD pembelajaran adalah sebuah media yang dapat membantu peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dan fungsi untuk meningkatkan dan memperluas pengetahuan peserta didik serta memberikan fleksibilitas tempat, waktu dan metode dalam pembelajaran (Kusnaeni, 2009: Vol.2.1). Pengertian lain


(59)

dikemukakan oleh Susanto (dalam http://edyawm1.wordpress.com/2011/06/23/cd-pembelajaran/), CD pembelajaran adalah suatu media yang dirancang secara sistematis yang berpedoman pada kurikulum yang berlaku dan mengembangkan prinsip-prinsip pembelajaran yang memungkinkan siswa lebih mudah dan tertarik dalam menerima materi pembelajaran.

Kelebihan dari pemanfaatan media bentuk CD pembelajaran menurut Susanto ( http://edyawm1.wordpress.com/2011/06/23/kelebihan-dan-kelemahan-cd-pembelajaran/ ) antara lain :

a. CD merupakan media yang cocok untuk perbagi ilmu pembelajaran, seperti kelas kelopok kecil, bahkan satu siswa seorang diri dari sekalipun.

b. Multimedia juga bisa dimanfaatakan untuk hampir semua topic, tipe pelajar, dan setiap ranah: kognitif, efektif dan psikomotorik.

c. Mengatasi jarak dan waktu

d. Dapat berulang-ulang bila perlu menambah kejalasan. e. Pesan yang di sampaikan cepat dan mudah diingat. f. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa. g. Mengambangkan imajinasi.

h. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan penjelasan yang lebih realistik.

CD pembelajaran dapat dikembangkan dengan software presentasi seperti :

OpenOffice Impress, Microsoft PowerPoint, dsb. Untuk yang lebih kompleks, dapat menggunakan software seperti Macromedia Authorware, Swish, atau Adobe


(60)

Flash. Dalam penelitian ini, CD pembelajaran yang digunakan akan dikembangakan dengan Microsoft Office PowerPoint 2007.

2.1.8.3 Microsoft Office PowerPoint 2007

Microsoft Office System 2007 adalah paket program sebagai kelanjutan dari Microsoft Office System 2003 yang terdiri dari program Microsoft Office Acces, Excel, Groove, Infopath, OneNote, Outlook, PowerPoint, Publiser, dan Word. Program Microsoft Office yang digunakan dalam pembuatan media CD pembelajaran adalah Microsoft Office PowerPoint.

Microsoft Office PowerPoint adalah aplikasi yang bisa digunakaan untuk membuat dokumen presentasi yang ditampilkan dalam bentuk slideshow (Jubilee Enterprise dalam Kristi,2012: 28).

Microsoft Office PowerPoint adalah sebuah program komputer untuk presentasi yang dikembang oleh microsoft di dalam paket aplikasi kantoran Microsoft Office Selain Microsoft Word, Excel, Acees, dan beberapa program lainnya. Microsoft Office PowerPoint dirilis pada Nopember 2006. Mulai dari versi Microsoft Office System 2003 nama Microsoft PowerPoint berubah menjadi Microsoft Office PowerPoint. Versi paling banyak digunakan saat ini adalah versi 12 (Microsoft Office PowerPoint 2007) yang tergabung dalam paket Microsoft Office System 2007.dibandingkan dengan Microsoft Office PowerPoint 2003, Microsoft Office PowerPoint 2007 memiliki banyak keunggulan yaitu terletak pada tampilan penggunaa yang lebih mudah, kemampuan grafik yang meningkat, dan format data XML dengan ekstensi *.pptx (http.//id.wikipedia.org).


(61)

Dalam kaitannya dengan pembelajaranprogram Microsoft Office PowerPoint 2007 dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk mempresentasikan materi pelajaran.

Tahapan pembuatan CD pembelajaran mengguakan program Microsoft Office PowerPoint 2007 adalah sebagai berikut :

a. Buka program PowerPoint dengan klik start, pilih all program, pilih Microsoft Office, dan pilih Microsoft Office PowerPoint 2007, maka akan muncul Microsoft Office PowerPoint.

b. Pada slide pertama ketik judul presentasi yang akan dibuat dan dilanjutkan mengetik di slide-slide berikutnya dengan materi yang telah dirancang.

c. Menambah slide baru : pilih menu home, dan kliknew, pilih salah satu tipe slide yang diingikan.

d. Menyisipkan gambar / kreasi, bentuk / kotak, dialog, suara, grafik, tabel : pilih menu insert, klik picture, shapes, text box, movie, sound, .chart, table.pilih file yang diinginkan, dan klik OK.

e. Memberi latar belakang pada slide : pilih menu design, dan klik kanan themes yang dikehendaki, pilih apply to all slide (latar belakang sama untuk seluruh slide) atau apply to selected slide (latar belakang untuk slide yang dipilih). f. Memberi animasi : pilih menu animation, pilih transition to the slide, atur

kecepatan transition dengan transition speed, atau bila ingin menyisipkan sound pilih transition sound. Atur pernggantian slide dengan memilih advance slide. Tekan play untuk melihat tampilan preview pengaturan yang dilakukan.


(62)

g. Memberi efek-efek menu animation, pilih custom animation, pilih bagian tulisan / gambar yang akan diberi efek, klik add efek, pilih efek yang dihendaki. Efek dapat diatur kecepatan dan bentuk tampilan dengan klik kanan bagian yang akan diatur pada custum animation, lalu pilih effect option. Urutan tanpilan efek dapat diatur dengan mengatur order. Tekan play untuk melihat tampilan preview pengaturan yang dilakukan.

h. Membuat hyperlink : pilih tombol / shapes / kata / gambar yang ingin diberi link, pilih menu lnsert dan klik hyperlink atau klik kanan tombol yang ingin diberi link, klik hyperlink, kemudian pilih materi yang akan dituju pada bokmark, dan klik OK.

i. Menampilkan slide : jika seluruh slide telah selesai dibuat, kita dapat melihat tampilan seluruh slide dengan klik icon slide show, untuk keluar dari slide tekan end show

2.1.9 Penerapan TPS Menggunakan CD Pembelajaran dalam Pembelajaran Matematika

Pendekatan tipe TPS bukanlah pendekatan pembelajaran konvensional. Sebagai pendekatan pembelajaran inovatif, pendekatan ini dapat dilengkapi dengan media pembelajaran seperti CD pembelajaran. Penerapan TPS menggunakan CD pembelajaran dalam pembelajaran matematika meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.

a. Persiapan

Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung guru perlu melakukan tahap persiapan meliputi.


(63)

a. Mempelajari materi pembelajaran, menyiapkan lembar kerja siswa beserta lembar jawaban

b. Menentukan konsep / merancang CD Pembelajaran sesuai materi pembelajaran.

c. Menyusun jadwal dengan topik dan program belajar yang dibuat. d. Mengatur kelas dan menyiapkan peralatan yang dibutuhkan. i. Pelaksanaan

Selama proses pembelajaran guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran tujuan dan pemberian motivasi. b. Guru menjelaskan materi dengan media CD pembelajaran.

c. Guru memberi soal kepada siswa.

d. Siswa berdiskusi dengan teman sebangku kemudian membuat kelompok baru untuk membandingkan hasil diskusi tadi.

e. Guru membimbing diskusi kelompok.

f. Salah satu kelompok maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusi.

g. Guru dan siswa bersama – sama membahas materi yang dipresentasikan. j. Tindak lanjut

a. Menyimpulkan materi.

b. Memberikan penghargaan kepada kelompok c. Menberikan umpan balik.


(64)

2.2 Kajian Empiris

Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap model pembelajaran Think-Pair-Share dalam meningkatkan pembelajaran matematika. Adapun hasil penelitian tersebut adalah:

Widayanti, Yeni Diyan. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Operasi Hitung Campuran Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Siswa Kelas IV SDN I Sumberjo Wetan Tulungagung. Skripsi. Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah FIP Universitas Negeri Malang.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan penerapan model pembelajaran

kooperatif TPS dalam pembelajaran hitung campuran, hasil belajar siswa meningkat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif TPS dapat meningkatkan hasil belajar operasi hitung campuran siswa kelas IV SDN I Sumberjo Wetan Tulungagung.

Yuniarto,Priyo.2003.Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Pendekatan Struktural Tipe Tps Pada Pokok Bahasan Bilangan (Bagian 5) Di

Kelas VI SD Negeri Nglinggis Tugu Trenggalek Tahun Ajaran

2002/2003.Universitas Negeri Surakarta

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share pada pokok bahasan bilangan dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II.

Keefektifan pendekatan Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran Matematika juga diperkuat dengan jurnal penelitian Universitas Muhamadiyah


(1)

27 YT 45 58 65 70

28 ZI 75 82 95 100

Jumlah 1170 1748 1970 2160

Rata-rata 41,7 62 70 77

Nilai tertinggi 75 82 95 100


(2)

227


(3)

Guru Membuka pelajaran


(4)

229

Guru menjelaskan materi pelajaran


(5)

Siswa melakukan diskusi kelompok


(6)

231

Siswa mempresentasikan hasil diskusi


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TPS DENGAN MEDIA CD INTERAKTIF PADA SISWA KELAS IV SDN GAJAHMUNGKUR 02 SEMARANG

0 7 335

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) BERBASIS CD PEMBELAJARAN SISWA KELAS IV A SDN WONOSARI 02 SEMARANG

0 6 260

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN CD PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS V SDN GEDANGAN REMBANG

0 3 229

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CONCEPT MAPPING DENGAN MEDIA CD PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV SDN GUNUNGPATI 03

0 8 339

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN CD INTERAKTIF PADA SISWA KELAS VB SDN BENDAN NGISOR

0 8 268

Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Berbasis CD Pembelajaran Pada Siswa Kelas IV B SDN Kalibanteng Kidul 01 Semarang

0 9 199

PENINGKATAN RESPON SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PAKEM Peningkatan Respon Siswa Pada Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Pakem(PTK Pembelajaran Matematika Kelas IV SD N Ngemplak Lasem Rembang).

0 0 14

PENDAHULUAN Peningkatan Respon Siswa Pada Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Pakem(PTK Pembelajaran Matematika Kelas IV SD N Ngemplak Lasem Rembang).

0 0 9

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI KONTEKSTUAL BERBASIS KARAKTER PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Kontekstual Berbasis Karakter Bagi Siswa Kelas IV SDN Cemara Dua No 13 Surakart

0 0 19

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Menggunakan CD Interaktif Kelas IV SDN 2 Bendungan Tretep Temanggung.

0 0 1