dengan pasangan disebelahnya. Setelah itu guru meminta menshare jawaban yang telah sepakati pada siswa-siswa yang lain di ruang kelas.
Alasan kenapa peneliti memilih menggunakan metode Think Pair Share TPS karena
a. Bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan kelas. b. Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang
lain. c. Mengoptimalkan partisipasi siswa.
d. Memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka pada orang lain.
Dari macam-macam metode diatas peneliti lebih memilih untuk menggunakan metode TPS.
2.1.7 Model Pembelajaran TPS
Model Think-Pair-Share tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif, model Think-Pair-Share dapat juga disebut sebagai model belajar-mengajar
berpasangan. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985 Think-Pair-Share sebagai struktur
kegiatan pembelajaran gotong royaong. Model ini memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Think-Pair-Share
memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
Model Think-Pair-Share sebagai ganti dari tanya jawab seluruh kelas.
Adapun prosedur pelaksanaanya sebagai berikut a. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari empat anggota siswa. b. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.
c. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.
d. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.
e. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk menshare hasil diskusinya.
Sebagai suatu model pembelajaran Think-Pair-Share memiliki langkah- langkah tertentu. Menurut Muslimin dalam Trianto,2011:126 langkah-langkah
Think-Pair-Share ada tiga yaitu : Berpikir Thinking, berpasangan Pair, dan berbagi Share.
Tahap 1 : Thinking berpikir
Kegiatan pertama dalam Think-Pair-Share yakni guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik pelajaran. Kemudian siswa diminta
untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara untuk beberapa saat. Dalam tahap ini siswa dituntut lebih mandiri dalam mengolah informasi yang dia dapat.
Tahap 2 : Pairing berpasangan
Pada tahap ini guru meminta siswa duduk berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama. Interaksi
pada tahap ini diharapkan dapat membagi jawaban dengan pasangannya. Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Tahap 3 : Share berbagi
Pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi jawaban dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini efektif
dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Keunggulan dari Think-Pair-Share ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan
membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, model Think-Pair-Share ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi
mereka kepada orang lain. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah: a. memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh
kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan. b. siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan
pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.
c. siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
d. siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
e. memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran Hartina, 2008: 12
Model pembelajaran akan lebih menarik apabila didukung dengan media pembelajaran yang memadai.
2.1.8 Media CD Pembelajaran