67
2.3 Kerangka Berpikir
Penguasaan keterampilan memproduksi teks eksposisi secara lisan peserta didik kelas X IPA B SMA Semesta Gunungpati Semarang masih tergolong rendah. Hal ini
ditunjukan dengan pencapaian indikator pembelajaran. Dari seluruh peserta didik dalam satu kelas, hanya 15 yang sudah dikatakan baik, tetapi 50 tergolong
standar dan 35 sisanya tergolong kurang. Kurangnya penguasaan keterampilan memproduksi teks eksposisi peserta didik
kelas X IPA B SMA Semesta Gunungpati Semarang disebabkan keseharian peserta didik lebih banyak menggunakan bahasa daerah masing-masing khususnya bahasa
Jawa. Selain itu, beberapa mata pelajaran menggunakan bahasa Inggris dan juga terdapat mata pelajaran bahasa Turki yang bisa mengganggu pemakaian struktur
bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa selaian bahasa Indonesia itulah yang dapat mengganggu pemakaian bahasa Indonesia secara formal, baik dalam segi struktur
maupun dalam segi konteks. Kedua aspek itulah yang ditekankan dalam memproduksi teks esksposisi secara lisan.
Upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melaksanakan pembelajaran memproduksi teks eksposisi secara lisan
dengan pola kolaboratif think pair share melalui media video. Pola kolabiratif think pair share dan media video merupakan suatu cara alternatif yang diharapkaan dapat
meningkatkan keterampilan memproduksi teks eksposisi secara lisan. Pemilihan model dan media tersebut didasarkan pada kegiatan antarpeserta
didik yang saling mengoreksi penampilan antarpeserta didik. Peserta didik saling
68 mengoreksi satu sama lain berdasarkan media video yang telah disaksikan
sebelumnya. Media video ini juga diharapkan dapat mampu memberikan gambaran bagaiman cara melisankan teks eksposisi yang baik.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah jika pembelajaran keterampilan memproduksi teks ekpsisi secara lisan dengan pola
kolaboratif think pair share melalui media video, pengetahuan dan keterampilan peserta didik kelas X IPA B SMA Semesta Semarang meningkat. Peningkatan
pengetahuan dan keterampilan membaca ini juga diikuti dengan meningkatnya sikap religius serta sosial peserta didik ke arah yang lebih baik.
69
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas PTK. Menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Daryanto 2014:3, Penelitian Tindakan Kelas PTK
adalah suatu refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan praktik sosial. Penelitian Tindakan
Kelas PTK juga merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersamaan Arikunto 2008:3. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Penelitian
Tindakan Kelas PTK pada penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh seorang guru atau calon guru yang merupakan suatu refleksi diri kolektif dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai calon guru atau guru, sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat dan lebih baik.
Penelitian Tindakan Kelas PTK termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif Ekawarna 2011:5. Penelitian
Tindakan Kelas PTK dilaksanakan oleh guru dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas secara
profesional. Tindakan tersebut terdiri atas empat tahap, yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan merefleksi. Hasil refleksi terhadap tindakan