1.3 Pembahasan Masalah
Dalam pembahasan masalah karya tulis ini, Penulis hanya membahas tentang Situs Semedo yang meliputi sejarah Situs Semedo,
Lokasi situs Semedo, Pengamatan Situs Semedo, dan Hasil fosil yang ditemukan disitus Semedo.
1.4 Metode Penelitian
a. Metode Observasi Pengamatan metode ini dilakukan dengan melakukan penelitian secara
langsung tentang lokasi penemuan fosil pada masa purbakala di Semedo yang dikunjungi
b. Metode Pustaka Metode pengumpulan data yang menggunakan buku-buku ataupun
sumber yang lain yang berhubungan dengan Semedo baik mengenai penemuan fosil, dan pengumpulan fosil pada masa purbakala di
Semedo yang dianggap sumber yang relevan.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Situs Semedo
Semedo, nama desa sekaligus perbukitan bergelombang. Penemu Situs Semedo ini adalah Pak Dakri, warga Desa Semedo yang mulai
mengumpulkan fosil-fosil dari Bukit Semedo sejak tahun 2003 dalam keadaan tergeletak begitu saja di atas tanah, tanpa adanya proses
penggalian. Beliau mengumpulkan satu persatu fosil tersebut dan menyimpannya di rumah beliau. Sehingga rumah beliau menjadi museum
sederhana bagi fosil-fosil Semedo tersebut. Fosil yang ditemukan olek Pak Dakri diantaranya fosil Binatang
seperti Mastodon sp. gajah purba, Stegodon sp. gajah purba, Elephas sp. gajah purba, Rhinoceros sp. badak, Hippopotamus sp. kuda nil,
Cervidas jenis rusa, Suidae jenis babi, Bovidae sapi, kerbau, banteng, dll ini pernah hidup di antara 1,2-0,4 juta tahun yang lalu di
Semedo. Di Semedo ditemukan kepingan tengkorak manusia purba Homo
Erectus yang membuka cakrawala baru mengenai penyebaran Homo Erectus di Pulau Jawa yang menurut peneliti dari tim ahli Balai
Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, fosil tersebut berusia sekitar 700.000 tahun lalu pada kala pleistosen tengah. Selain fosil,
diketemukan juga seperti kapak penetak chopping tool, serpih flake, serut scrapper, tatallimbah debris, sedangkan batu yang digunakan
sebagai alat, antara lain jenis batu rijang chert, batu gamping kersikan silisifide limestone dan batu kalsedon.
Temuan ini tentu saja fantastis. Peneliti dari Museum Sangiran, Dr. Harry Widianto menyebut, fosil di Semedo telah memberikan data
tentang evolusi manusia, budaya, dan lingkungan setidaknya sejak 1, 5 juta tahun yang lalu. Bagi masyarakat Tegal, temuan ini tentu saja
membanggakan. Selain bahasa dan kesenian tari topeng Tegal yang khas,
kini mereka memiliki identitas budaya mendunia. Harapannya, jika Semedo dikelola dengan baik, tentu tak lama lagi para peneliti dari
seluruh dunia akan berdatangan.
2.2 Lokasi Situs Semedo
Terletak di bagian timur kota Slawi tepatnya didesa Semedo, tepatnya di Kecamatan Kedung Banteng 20 kilometer_ 148m, koordinat
-6.958386, 109.282053 sebelah timur Kota Slawi, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah. Semula, Semedo desa biasa, seperti umumnya
desa-desa lain di negeri ini. Namun kini, Semedo jadi desa luar biasa. Situs ini mulai dikenal sejak tahun 2005, ketika beberapa orang
penduduk Desa Semedo – Dakri, Duman, Sunardi, Anshori– menemukan
fosil-fosil binatang vertebrata di kawasan hutan Semedo, kemudian LSM Gerbang Mataram mengekspos temuan fosil-fosil binatang vertebrata
dari hutan Semedo ke media cetak dan elektronik. Selanjutnya Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal melaporkan temuan tersebut kepada Bupati Tegal, dan meminta kepada Balai Arkeologi
Yogyakarta untuk melakukan penelitian. Mengingat temuan tersebut sangat penting dan dapat memberikan gambaran mengenai evolusi fauna
dan lingkungan purba pada Kala Plestosen, khususnya di Kabupaten Tegal, maka Balai Arkeologi Yogyakarta segera melakukan peninjauan
ke lokasi penemuan guna melakukan identifikasi temuan dan pengelolaan situs ke depannya.
Secara umum, hasil-hasil penelitian di Situs Semedo yang pernah dilakukan oleh BPSMP SANGIRAN dan Balai Arkeologi Yogyakarta
hingga tahun 2013 Seperti Cakupan wilayah, distribusi lateral Situs Semedo mencakup wilayah sekitar 2,5 kilometer persegi, yang apabila
dilakukan penelitian yang intensif lagi dapat mencakup wilayah yang lebih luas lagi.
2.3 Pengamatan dan Hasil Fosil Situs Semedo
Hasil pengamatan stratigrafi di daerah penelitian menunjukkan 2 komponen utama perlapisan batuan, yaitu lapisan tegalan yang secara