3.4.1. TPL Lahan Sawah di Sentra Produksi Beras Solok
Berdasarkan varietas yang ditanam, terdapat tiga TPL utama di Sentra Produksi Beras Solok, yaitu TPL Cisokan, Anak Daro dan Caredek. Secara umum
ketiga TPL tersebut mirip karena diusahakan pada lahan yang sama secara bergantian. Perbedaan terdapat pada teknologi pengelolaan lahan, terutama
pemupukan dan pemberantasan hama serta penyakit. Sentra Produksi Beras Solok merupakan sawah beririgasi teknis. Sawah-
sawah tersebut berada pada ketinggian 365-1.250 m d.p.l., menempati lereng tengah volkanik Gunung Talang, Dataran Aluvial Batang Sumani hingga Dataran
Lakustrin Danau Singkarak. Di daerah volkanik sawah-sawah diteras dengan lebar + 5-10 m, sehingga mempunyai lereng mikro datar. Dengan kondisi lereng
demikian, pengolahan tanah dapat dilakukan secara mekanisasi sama halnya dengan tanah-tanah sawah di daerah dataran. Meski demikian pada kondisi-
kondisi tertentu tenaga manusia tetap digunakan. Umumnya lahan sawah merupakan tanah ulayat yang kepemilikan
lahannya dilakukan secara turun temurun dengan luasan yang bervariasi. Pada awalnya usahatani padi merupakan usahatani subsisten, yaitu usahatani yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pangan keluarga food security. Beberapa tahun terakhir terjadi pergeseran orientasi ke komersial. Hampir setiap
panen, gabah dijual kepada para pedagang yang sebagian besar adalah para pemilik usaha penggilingan padi rice mill.
Bervariasinya modal usahatani menyebabkan pengelolaan lahan dilakukan bervariasi pula. Petani dengan modal kecil, tidak jarang meminjam modal usaha
kepada para pedagang pengumpul. Alasan ini juga yang menyebabkan kebutuhan tenaga kerja dipenuhi dari lingkungan keluarga. Permasalahan-permasalahan yang
muncul seputar teknologi pengelolaan lahan, seperti penggunaan varietas, pemupukan serta pemberantasan hama dan penyakit dipecahkan melalui diskusi
dalam kelompok tani. Pengetahuan petani tentang pupuk organik sangat rendah, terlihat dari pemberian pupuk kimia yang sangat jarang diikuti oleh pupuk
organik. Umumnya jerami dibakar, bahkan dibuang ke luar areal persawahan atau dijual untuk pakan ternak.
Petani dengan modal cukup, menggunakan pupuk kimia dalam jumlah besar. Hasil pengamatan di lapang, pemberian pupuk kimia dalam jumlah besar
memang dapat menghasilkan produksi tinggi, namun secara ekonomi belum tentu menghasilkan keuntungan yang tinggi pula. Bahkan pemberian pupuk secara
berlebihan dapat menggangu keseimbangan hara, menurunkan kualitas tanah sawah dan munculnya dampak negatif pada lingkungan yang pada akhirnya
mengancam keberlanjutan usahatani padi sawah. Dengan pengelolaan yang bervariasi, produksi yang dihasilkan bervariasi pula, pada tanah sawah dari
endapan danau rata-rata produksi Cisokan 3.37 tonha, tanah sawah dari endapan sungai 4.46 tonha dan tanah sawah dari bahan induk volkanik 4.39 tonha GKG,
sementara hasil tertinggi yang dapat dicapai adalah 7.08 tonha GKG. Selain masalah pengelolaan, perbedaan produksi Cisokan juga disebabkan sifat-sifat
tanah yang mengontrol produksi Cisokan di masing-masing bahan induk berbeda. Rekomendasi pemupukan disusun berdasarkan faktor pengontrol produksi dan
telah diuji di lapang guna mendapatkan rekomendasi pengelolaan lahan yang optimal, yaitu mampu berproduksi tinggi dan secara ekonomi menguntungkan,
sehingga layak diusahakan. Pengelolaan yang diberikan pada TPL yang ada saat ini existing menciptakan suatu TPL baru yang berbeda dengan TPL sebelumnya
yang disebut TPL expected. Berikut disajikan TPL expected di masing-masing bahan induk pada tanah sawah Sentra Produksi Beras Solok.
TPL Cisokan Expected pada Tanah Sawah dari Bahan Induk Volkanik
TPL Cisokan ini memerlukan Urea 200 kgha, SP-36 500 kgha dan KCl 50 kgha serta kompos jerami 2 tonha. Produksi tertinggi yang dapat dicapai TPL
ini adalah 7.52 tonha GKG. Biaya produksi yang dikeluarkan Rp. 10.787.681.00 dan menghasilkan Rp. 26.323.256.00. Keuntungan bersih yang diperoleh adalah
Rp. 15.535.575.00. Pendapatan dan keuntungan yang diperoleh pada produksi tertinggi TPL ini digambarkan dalam bentuk rasio RC dan BC sebesar 2.44 dan
1.44. Artinya penerimaan mencapai 2.44 kali dari biaya yang dikeluarkan dengan keuntungan 1.44 kali dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan.
TPL Cisokan Expected pada Tanah Sawah dari Endapan Sungai
TPL pada tanah-tanah sawah yang berkembang dari endapan sungai memerlukan Urea 100 kgha, SP-36 500 kgha dan KCl 50 kgha serta kompos
jerami 2 tonha. Produksi tertinggi yang dihasilkan TPL ini adalah 6.47 tonha GKG. Total biaya produksi yang dikeluarkan adalah Rp. 11.327.512.00 untuk
penerimaan sebesar Rp. 22.627.907.00. Keuntungan bersih usahatani ini adalah Rp. 11.300.395.00. Pendapatan dan keuntungan yang diperoleh tercermin pada
parameter ekonomi RC dan BC masing-masing 2.00 dan 1.00. Parameter ekonomi pada TPL ini menggambarkan bahwa penerimaan mencapai 2.00 kali
dari biaya yang dikeluarkan, sehingga keuntungan yang diperoleh 1.00 kali dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan.
TPL Cisokan Expected pada Tanah Sawah dari Endapan Danau
TPL Cisokan pada tanah sawah yang berkembang dari endapan danau memerlukan Urea 300 kgha, SP-36 100 kgha dan KCl 100 kgha serta kompos
jerami sebanyak 2 tonha. Produksi tertinggi yang dihasilkan TPL ini adalah 6.91 tonha GKG. Biaya produksi yang dikeluarkan mencapai Rp. 9.640.650.00 untuk
menghasilkan Rp. 19.423.900.00. Dengan demikian keuntungan bersih yang diterima adalah Rp. 9.783.250.00. Pendapatan dan keuntungan yang diperoleh
ditunjukkan oleh rasio RC dan BC masing-masing 2.01 dan 1.01. Artinya penerimaan mencapai 2.01 kali dari biaya yang dikeluarkan, dan keuntungan yang
diperoleh adalah 1.01 kali dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan. Berdasarkan analisis di atas bahwa TPL Cisokan yang diusahakan pada
tanah sawah dari bahan induk volkanik memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan TPL Cisokan yang diusahakan pada tanah-tanah sawah dari
endapan sungai maupun endapan danau.
3.4.2. Kriteria Kesesuaian Lahan