Keadaan Perekonomian GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUKABUMI 4.1.

29

4.3. Keadaan Perekonomian

Perkembangan perekonomian suatu wilayah dapat digambarkan oleh beberapa indikator ekonomi, seperti PDRB, PAD dan informasi mengenai ketenagakerjaan. Dalam menyusun perencanaan pembangunan yang baik perlu menggunakan data-data statistik yang memuat informasi tentang kondisi riil suatu daerah pada saat tertentu sehingga kebijaksanaan dan strategi yang telah atau akan diambil dapat dimonitor dan dievaluasi hasil-hasilnya. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun sehingga dapat diketahui keadaan ekonomi suatu wilayah. Tabel 4.3. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Sukabumi Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 1993 Tahun 1997-2004 Persen No. Sektor 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 1 Pertanian 34,91 35,56 36,46 33,69 34,33 35,04 34,97 34,59 2 Pertambangan dan Galian 7,25 5,27 4,61 4,34 4,23 4,07 3,98 3,78 3 Industri Pengolahan 9,81 9,95 9,43 16,58 16,72 17,12 17,11 17,26 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,82 0,88 0,89 0,93 1,00 0,99 1,19 1,22 5 Bangunan dan Konstruksi 2,17 1,47 1, 45 1,38 1,44 1,51 2,20 2,41 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 19,76 19,47 19,57 17,78 17,20 16,68 16,22 16,13 7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,40 6,49 6,55 6,08 6,10 6,03 6,00 6,08 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 4,86 5,11 5,10 4,69 4,65 4,55 4,56 4,82 9 Jasa lainnya 14,02 15,80 15,94 14,53 14,33 14,01 13,77 13,71 TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi, 2004. Berdasarkan Tabel 4.3., pada kurun waktu 1997-1999 kontribusi sektor industri berada di bawah angka sepuluh persen, sehingga Kabupaten Sukabumi 30 masih dikelompokkan pada daerah yang masih tradisional. Namun memasuki tahun 2000 terjadi perubahan yang cukup signifikan yaitu dengan melonjaknya kontribusi sektor industri pengolahan sampai hampir dua kali lipat yaitu dari 9,43 persen pada tahun 1999 menjadi 16,58 persen pada tahun 2000. Hal ini menandai mulai bergesernya tatanan perekonomian Kabupaten Sukabumi kearah industrialisasi. Perekonomian Kabupaten Sukabumi selalu didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini terlihat dari besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB yaitu 34,59 persen pada tahun 2004. Namun peranan sektor pertanian ini mengalami kemerosotan pada saat krisis ekonomi pada tahun 1997 sebesar 34,91 persen. Tahun 1998-1999 meningkat lagi dari 35,56 persen menjadi 36,46 persen. Pada tahun 2000 kembali turun menjadi 33,69 persen. Kurun waktu 2001-2002 peranan sektor pertanian mengalami kenaikan dari 34,33 persen menjadi 35,04 persen. Pada tahun 2003 kembali menurun menjadi 34,97 persen. Akhirnya, pada tahun 2004 turun menjadi 34,59 persen. Hal ini mengindikasikan adanya penurunan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi pada masa otonomi daerah. Perkembangan ketenagakerjaan secara sepintas dapat dilihat dari besarnya keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi. Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan proporsi penduduk yang masuk dalam pasar tenaga kerja, yaitu penduduk yang bekerja dan mencari pekerjaan, disebut juga sebagai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK. Pada Tabel 4.4., TPAK di Kabupaten Sukabumi dari tahun 1998 hingga 2004 selalu mengalami peningkatan. 31 Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyaknya penduduk di Kabupaten Sukabumi yang bekerja dan mencari pekerjaan. Tabel 4.4. TPAK dan TPT Kabupaten Sukabumi Tahun 1998 – 2004 Persen Sebelum Otonomi Daerah Pada Masa Otonomi Daerah Statistik 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 TPAK 48,79 50,50 52,70 55,94 55,79 57,71 57,71 61,89 TPT 9,63 8,22 6,31 4,83 5,01 6,15 15,77 13,58 Sumber : BPS Jawa Barat, 2004. Disamping TPAK, informasi Tingkat Pengangguran Terbuka TPT merupakan salah satu indikator ketenagakerjaan yang secara tidak langsung dapat menggambarkan kondisi ekonomi suatu wilayah. TPT adalah perbandingan penduduk yang mencari pekerjaan terhadap jumlah angkatan kerja. Tinggi rendahnya angka TPT memiliki kepekaan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat maupun terhadap keamanan dan stabilitas regional. TPT di Kabupaten Sukabumi pada periode tahun 1998-2004 mengalami fluktuasi. TPT tahun 2004 sebesar 13, 58 persen, artinya pada tahun 2004 dari 100 orang angkatan kerja terdapat rata-rata 14 orang yang sedang mencari pekerjaan. Proporsi penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama dapat dipakai sebagai salah satu ukuran untuk menggambarkan potensi sektor perekonomian suatu wilayah dalam menyerap tenaga kerja. Tabel 4.5. memperlihatkan komposisi penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama di Kabupaten Sukabumi. 32 Tabel 4.5. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Kabupaten Sukabumi Tahun 1998-2003 Persen Sebelum Otonomi Daerah Pada Masa Otonomi Daerah No. Sektor Perekonomian 1998 1999 2000 2001 2002 2003 1 Pertanian 43,41 50,89 45,73 44,54 45,65 47,49 2 Pertambangan dan Galian 0,92 1,01 0,81 0,74 0,38 0,22 3 Industri Pengolahan 11,45 11,57 11,33 10,14 14,92 12,29 4 Listrik, Gas dan Air Minum 0,22 0,13 0,06 0,05 0,00 0,38 5 Bangunan dan Konstruksi 6,47 4,73 4,90 2,92 5,12 4,75 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 17,53 16,35 20,47 22,29 18,02 18,79 7 Angkutan dan Komunikasi 9,13 7,34 9,00 7,23 8,14 7,77 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,25 0,11 0,20 0,26 0,08 0,08 9 Jasa Lainnya 10,62 7,87 7,50 11,83 7,69 8,23 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Jawa Barat, 2003. Bila dilihat dari lapangan pekerjaan utama, sektor pertanian merupakan lapangan pekerjaan yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2003 yaitu sebesar 47,49 persen. Kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 18,79 persen, sektor industri pengolahan sebesar 12,29 persen dan sektor jasa lainnya sebesar 8,23 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk di Kabupaten Sukabumi masih menyandarkan kehidupan perekonomiannya pada sektor pertanian yang ditunjukkan oleh besarnya kontribusi dalam menyerap tenaga kerja.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sumber Penerimaan Daerah dan Angkatan Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Humbang Hasundutan

2 32 102

Analisis Pengaruh Dana Perimbangan dan PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Era Otonomi Daerah.

3 55 57

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah.

1 81 92

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH DAN PENDAPATAN LAIN-LAIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN JEMBER DALAM ERA OTONOMI DAERAH

0 4 21

Analisis Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Ogan Komering Ulu Sebelum Otonomi dan Pada Masa Otonomi Daerah

0 3 123

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH PASCA PELAKSANAAN UNDANG UNDANG OTONOMI DAERAH

0 3 97

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SETELAH DIBERLAKUKANYA OTONOMI Analisis Kinerja Keuangan Dan Pertumbuhan Ekonomi Setelah Diberlakukanya Otonomi Daerah Di Kabupaten Sukoharjo.

0 1 14

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SETELAH DIBERLAKUKANYA OTONOMI Analisis Kinerja Keuangan Dan Pertumbuhan Ekonomi Setelah Diberlakukanya Otonomi Daerah Di Kabupaten Sukoharjo.

0 3 25

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI DAERAH Analisis Kinerja Keuangan Dan Pertumbuhan Ekonomi Sebelum Dan Sesudah Diberlakukannya Otonomi Daerah Di Kabupaten Boyolali APBD 2001-2010.

0 1 15

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA/KABUPATEN DI SUMATERA BARAT DALAM ERA OTONOMI DAERAH.

2 11 6