38 Selanjutnya sektor-sektor yang memberikan kontribusi negatif dengan
persentase kurang dari nol PP 0, yaitu sektor bangunan dan konstruksi sebesar -32,31 persen, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar –19,43
persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar -10,00 persen, dan sektor angkutan dan komunikasi sebesar -8,34 persen. Sektor-sektor tersebut merupakan
sektor yang memiliki laju pertumbuhan yang lambat. Sedangkan pada periode otonomi daerah, sektor-sektor yang memberikan
kontribusi positif yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 201,78 persen, sektor jasa lainnya sebesar 17,29 persen, dan sektor angkutan dan
komunikasi sebesar 4,27 persen, maka dapat diartikan bahwa sektor-sektor perekonomian tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat.
Sektor-sektor yang memberikan kontribusi negatif dengan persentase kurang dari nol PP 0, yaitu sektor pertambangan dan galian sebesar -40,62
persen, sektor pertanian sebesar -25,37 persen, sektor industri pengolahan sebesar -19,06 persen, sektor listrik, gas, dan air minum sebesar -8,76 persen, sektor
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar -4,21 persen, dan terakhir sektor bangunan sebesar -0,63 persen, maka dapat diartikan bahwa sektor-sektor
perekonomian tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lambat.
5.2.2. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Kabupaten Sukabumi
Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah.
Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW dapat mengetahui sektor-sektor mana saja yang mampu berdaya saing dan yang tidak mampu
berdaya saing dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Barat. PPW lebih dari nol
39 menunjukkan bahwa suatu sektor perekonomian memiliki daya saing yang baik.
Pada Tabel 5.3, komponen PPW pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Sukabumi pada periode sebelum otonomi daerah hampir seluruhnya bernilai
positif. Hanya sektor pertambangan dan galian saja yang memiliki nilai PPW negatif PPW 0, artinya sektor ini tidak memiliki daya saing yang baik dengan
wilayah lainnya di Provinsi Jawa Barat. Kemudian sektor yang memiliki daya saing paling baik adalah sektor
industri pengolahan dengan persentase PPW sebesar 89,32 persen. Pada urutan berikutnya, yaitu sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor
angkutan dan komunikasi, sektor jasa lainnya, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor bangunan dan konstruksi, sektor listrik, gas, dan air minum, dan
sektor pertanian. Secara umum komponen PPW sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Sukabumi sebelum otonomi daerah memiliki daya saing baik.
Tabel 5.3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Kabupaten Sukabumi Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah
Sebelum Otonomi Daerah Pada Masa Otonomi
Daerah 1997-2000 2001-2004
No. Sektor Perekonomian
Juta Rupiah Persen
Juta Rupiah Persen
1 Pertanian 61.591,53
8,00 103.782,72 12,62
2 Pertambangan dan Galian
-56.162,87 -35,15 20.078,24 19,82 3 Industri
Pengolahan 193.324,30
89,32 32.491,03
8,12 4
Listrik, Gas dan Air Minum 3.379,62
18,70 9.216,78
38,68 5 Bangunan
dan Konstruksi
9.341,74 19,45 39.759,31
115,54 6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
104.894,16 24,07 -900.155,11
-218,62 7 Angkutan
dan Komunikasi
38.994,85 27,63
-4.669,61 -3,20
8 Keuangan, Persewaan, dan
Jasa Perusahaan 43.131,62 40,26
-7.515,28 -6,73 9 Jasa
Lainnya 75.608,69
24,46 -124.866,95 -36,38
TOTAL 474.103,64 21,50
-831.878,87 -34,74
Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi, 2004 data diolah.
40 Pada masa otonomi daerah, Kabupaten Sukabumi memiliki lima sektor
perekonomian yang mampu berdaya saing baik dengan wilayah lainnya, yaitu sektor bangunan sebesar 115,54 persen, sektor listrik, gas, dan air minum sebesar
38,68 persen, sektor pertambangan dan galian sebesar 19,82 persen, sektor pertanian sebesar 12,62 persen, dan sektor industri pengolahan sebesar 8,12
persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang paling
tidak mampu berdaya saing dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Barat dengan nilai persentase PPW sebesar -218,62 persen, diikuti oleh sektor jasa lainnya
sebesar -36,38 persen, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar - 6,73 persen, dan sektor angkutan dan komunikasi sebesar -3,20 persen.
5.2.3. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di